[3] Pertemuan Pertama

2.7K 222 44
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"Ta awas!" Sisy berseru kencang saat bola takraw dengan ganasnya mendekat ke arah Nata. Sisy dan Nata baru saja dari toilet setelah Sisy mengeluh kantung kemihnya penuh dan meminta Nata menemaninya ke toilet dan membiarkan Via kembali ke kelas sendirian setelah dari kantin. Namun, saat melewati selasar yang di sebelah kiri terdapat lapangan takrawa, bola yang keras itu melayang begitu saja ke arahnya.

Hap!

Tiba-tiba ada tangan yang menangkap bola takraw tersebut tepat sebelum mengenai wajah Nata. "Sorry sorry," ujarnya meminta maaf dengan napas terengah-engah. Nata tak bersuara, ia masih menatap takjub orang di hadapannya. Mulutnya kaku tak bisa mengeluarkan satu pun kata. Tinggi, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis sampai Nata khilaf dari tadi terpaku melihat bibir orang di hadapannya.

Orang itu adalah Gery. Gery Hans anak XI IPS 2. Salah satu pentolan sekolah, langganan apel ke ruang BP. Nata sempat beberapa kali melihatnya. Saat cowok itu sedang hormat di tiang bendera atau memilih sampah yang berserakan di dekat pagar sebagai hukuman. Tapi, dengan jarak sedekat ini Nata baru sadar kalau ternyata Gery benar-benar tampan. Persis seperti kata murid-murid perempuan di kelasnya, para biang gosip tak terkecuali Sisy.

Gery masih menatap Nata, ia heran dari tadi cewek di hadapannya tak membalas ucapannya sama sekali. "Hei," ucapnya sambil melambai-lambaikan tangan. Tapi Nata masih sama, diam mematung. Gery menghela napas pelan. Untung cantik, benaknya.

"Woi Gery cepetan!" sahut temannya dari lapangan takraw. "Gue duluan ya," ujar Gery tersenyum pada Nata dan juga Sisy lalu segera berlari kembali ke lapangan takraw melanjutkan permainan yang sempat terhenti.

"Ta, Nata! Taa!" Sisy menggoyangkan bahu Nata menyadarkan cewek itu. "Ah i-iya," jawab Nata setelah tersadar.

"Baru sadar lo?" decak Sisy sebal. "Lo kenapa sih, di panggil dari tadi malah bengong?" tanyanya heran sambil bersedekap dada.

Nata mengerjapkan mata, masih berusaha menyadarkan diri. "Btw cowok tadi siapa?" tanya Nata balik tak menanggapi pertanyaan Sisy.

"Gery, anak XI IPS 2 yang doyan apelin guru BK," jelas Sisy sekenanya. Nata hanya menganggukkan kepala mengerti dan kembali berjalan ke kelasnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Sisy tadi.

"Jangan bilang tadi lo bengong karena pesonanya Gery?" Nata merutuki Sisy yang seperti cenanyang sekarang. Dengan cepat ia menggeleng dan berseru tegas. "Gak!"

"Gue tau kalo Gery emang ganteng. Bahkan lebih ganteng dari pada mantan lo itu. Semua cewek yang berada di posisi kayak lo tadi, ditolongin Gery dan bisa mandang wajah tuh cowok dari dekat pasti tersepona. Eh terpesona. Jadi, gak usah bohongin gue!" Sisy berceloteh ria sepanjang jalan menuju kelas. Nata hanya pasrah dan menanggapi dengan ham hem seadanya. Pikirannya menerawang, saat Gery menangkap bola takraw tepat di hadapannya. Duh, memang kalau cowok ganteng selalu susah dilupakan apalagi kejadian barusan bisa disebut kejadian langka. Dan terbukti sampai sekarang Nata masih memikirkan wajah tampan cowok itu.

"Kalau dipikir-pikir gue pernah liat deh, tapi dimana?" gumamnya di sela-sela celotehan Sisy yang belum berhenti.

***

"Lalala syalala syalala." Nata bersenandung kecil melewati koridor kelas yang tampak sepi. Jelas karena masih dalam proses pembelajaran. Nata keluar kelas karena merasa bosan. Ia termasuk tipikal murid yang sering bosan bila sang guru tidak lebih dari mendongeng di depan kelas. Tapi, ia tak pernah lupa meminta beberapa pertanyaan pada sang guru dan dengan lugas di jawabnya sebelum permisi keluar kelas. Lumayan tambahan nilai, dan sang guru tidak akan marah kalau Nata tak kembali ke kelas sampai bel berdering tanda pulang sekolah. Sebab, mata pelajaran sejarah tak pernah lepas dari jam terakhir di kelasnya. Sudah jam terakhir pelajaran, sejarah pula. Perpaduan yang pas untuk sebagian murid yang mempunyai hobi tidur.

Lapangan takraw tampak sepi. Nata sengaja lewat sana karna siapa tahu akan bertemu lagi dengan sang penyelamat tampan. Setelah melihat ke seluruh penjuru lapangan yang kosong melompong, Nata menunduk lesu. Ia ingin mengucapkan terimakasih pada sosok penyelamat tampannya tadi. Tapi, sosok itu sepertinya tak ada.

Nata berjalan memasuki lapangan takraw tersebut. Ia menoleh ke kanan dan kiri terlihat sekali sedang mencari seseorang hingga matanya menangkap sosok yang memakai seragam putih abu-abu sedang terlelap di bawah pohon rindang. Mana tau sosok itu sang penyelamat tampannya kan ?

Pohon rindang itu letaknya disudut lapangan jauh dari pengawasan guru-guru yang sering berpatroli keliling penjuru sekolah. Bisa dibilang 98% aman. Tinggal lima langkah lagi Nata sudah berada tepat di hadapan sosok tersebut. Ia tersenyum senang dan memilih duduk bersila di atas rumput hijau sambil menatap lekat sosok tampan di hadapannya. Ya benar, sosok itu ternyata Gery. Pucuk di cinta ulam pun tiba. "Ganteng banget, tidur aja ganteng. Ya ampun," ujar Nata setengah gemas ingin mencubit kedua pipi cowok tersebut.

"Tidurnya pulas banget." Nata memiringkan kepalanya sembari tersenyum senang. Tak ada satupun cewek yang pernah menatap wajah tampan Gery sedekat dan selama yang ia rasakan. Benar-benar grand prize setelah mendapat nilai tambahan di pelajaran sejarah. "Ganteng banget pengen di pacarin," gumam Nata sekali lagi sebelum beranjak pergi takut kalau tiba-tiba Gery bangun dan mendapatinya tertangkap basah tengah memperhatikan wajah tampan cowok itu.

"Tunggu!" suara berat dan serak khas cowok menginterupsi Nata untuk menghentikan langkahnya. Refleks Nata berbalik dan mendapati Gery masih dengan posisi yang sama, menutup mata. Jantung Nata mulai ketar-ketir, keringat dingin perlahan membasahi telapak tangannya. Sepertinya ia ketahuan telah menikmati ketampanan cowok itu sendiri. Nata kembali duduk di posisi yang sama, pelan-pelan Nata bertanya dengan polosnya. "Lo gak tidur?" Selanjutnya Gery terkekeh sebagai jawaban seraya membuka ke dua matanya.

Gery menarik tangan Nata dan menyuruh cewek itu untuk duduk di sampingnya. "Duduk sini." Nata setengah pasrah setengah senang duduk di samping Gery. "Gue ngantuk," ujar Gery dan merebahkan kepalanya di bahu Nata, tangannya dengan gesit melingkar di lengan Nata, seperti enggan cewek itu kabur darinya.

Nata termangu akan perlakuan Gery barusan. "Na-Nama lo siapa?" tanya Nata sedikit gugup.

"Gery, lo Nata kan? Anak XI IPA 2? " tanyanya balik. Ia segera menegakkan kepalanya lalu menatap Nata intens. "Pacaran yuk! Lo tadi kan bilang ganteng banget minta di pacarin," ujarnya menirukan suara Nata tadi.

"G-gak kok. G-gue gak bi-bilang gitu," jawab Nata gelagapan. Sekali lagi Gery terkekeh dan merebahkan kembali kepalanya di bahu Nata. "Gak usah boong. Gue ikhlas banget pacaran sama lo. So, mulai hari ini kita resmi pacaran." Nata shock di tempat mendengar penuturan Gery barusan. Cowok ini benar-benar membuatnya gila dan senang secara bersamaan. Gery mempererat rangkulan di lengan Nata dan kembali memejamkan kedua matanya berusaha tidur setelah mendapat posisi yang nyaman.

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang