[11] Jadi Sekarang Kita Pacaran, Nih?

1.4K 108 13
                                    

Semilir angin malam ini cukup membuat suhu badan mendingin. Di tengah-tengah taman komplek tampak sesosok perempuan sedang duduk dan menundukkan kepalanya.

Sedetik kemudian ia menengadah melihat bulan yang malu-malu menampakkan dirinya dari balik awan. Tangannya terulur merogoh saku celana mengambil benda pipih miliknya setelah meletakkan sekantung cemilan dan mie instan yang sempat di belinya tadi. Entah kenapa tiba-tiba saja ia teringat Gery.

📞Gery lo dimana?

📞Gue di tempat biasa Nat, kenapa? Kok suara lo lemes gitu?

Nata menghela napas pelan, di sebrang sana terdengar dengung bising khas dari arena balap. Ia langsung tahu kalau cowok itu sedang di arena balap.

📞Gapapa kok

📞Posisi lo di mana sekarang?

Dari nadanya terdengar panik dan tergesa menanti jawaban Nata. Setelah menghembuskan napas baru Nata menjawab.

📞Di taman komplek

Ia kembali menunduk lesu menatap sendal yang ia kenakan setelah memastikan sambungan sudah terputus. Lalu melirik sekilas sekantung cemilan dan mie instan di sebelahnya dan menghela napas pelan. Nata berusaha keras menahan air matanya yang berdesakan minta dikeluarkan dan menepis jauh-jauh sosok yang kembali hadir di pikirannya. Fauzan.

Setelah mendengar penuturan yang jelas sekali merupakan sebuah perhatian dari orang yang ternyata mantan kekasihnya tersebut, Nata segera menuju kasir membayar belanjaannya dan tergesa keluar saat orang tersebut memanggil-manggil namanya.

Bisa-bisanya ia bertemu lagi. Sudah cukup yang terakhir saat cowok itu mengantarnya pulang. Ia lelah jika harus gagal move on terus-menerus. Sepasang muda mudi tadi tak lain dan tak bukan adalah Fauzan dan Mutia. Dari sekian banyak minimarket di kota ini entah kenapa mereka harus ke minimarket yang sama dengan yang dikunjungi Nata.

Ketika cewek itu berseru dan berlari melewati Nata, Fauzan sengaja tidak mengejarnya. Bukan sengaja, tapi enggan. Untuk apa capek-capek mengejar? Kalau akhirnya ia juga tak akan bisa putus dengan cewek itu. Apalagi setelah melihat kehadiran Nata yang asik memilih cemilan di ujung kiri rak tak jauh darinya. Pandangannya seolah terpaku, melihat gadis yang selalu ia rindu kini hadir di hadapannya. Ia semakin tersenyum lebar, saat Nata mulai mendorong trolinya maju dan berhenti tepat di hadapannya.

Ia sangat bersyukur untuk ini. Meskipun Nata tak tau kehadirannya, tapi melihat cewek itu sedang memilih varian rasa mie instan membawanya kembali pada kenangan lama. Kenangan mereka berdua. Oleh karenanya ia refleks mengakatakan. "Jangan kebanyakan makan mie Ta, nanti sakit."

Seperti waktu itu. Seperti kebiasaannya dulu, saat Nata merengek-rengek minta dibuatkan mie rebus olehnya. Dulu, ia harus membujuk Nata agar menghilangkan kebiasaannya tersebut, sampai rela malam-malam pergi ke minimarket membeli berbagai cemilan dan es krim untuk Nata agar cewek itu lupa akan mie instan kesukaannya.

Beberapa saat mereka seolah terkunci oleh tatapan mata masing-masing. Sampai ketika tangannya terangkat ingin mengusap lembut rambut Nata, dengan kasar cewek itu menepisnya. Kemudian berbalik dan tergesa-gesa membayar belanjaannya di kasir sampai membentak mbak-mbak kasir yang tak bersalah tersebut.

Beberapa kali ia memanggil nama cewek itu. Tapi, semakin ia memanggil semakin kencang pula cewek itu berlalri menjauhinya. Seperti enggan mendengar dan dekat dekat dengannya lagi. Kini, ia tinggal sendiri. Dengan tatapan terkejut mbak-mbak kasir yang sempat dibentak oleh Nata tadi.

***

Tap

Tap

Tap

Hup!

"Ssttt udah jangan nangis, masa kesayangan Gery nangis sih, udah dong." Gery mengusap lembut rambut Nata, gadis itu semakin mempererat dekapannya. Menelusup lebih dalam ke dada bidang cowok itu. Menghirup aroma tubuh yang bisa menenangkannya, meredakan isakannya.

Setelah menutup sambungan, Gery bergegas menuju tempat yang Nata bilang dan berlari mendekat serta memeluk gadis itu yang dibalas pelukan erat juga isakan, Gery tidak tahu apa yang telah terjadi hingga gadis itu terisak seperti ini namun, ia tak bertanya hanya diam membiarkan Nata merangsek lebih rapat ke tubuhnya.

"Udah ya, gue di sini kok. Gue hadir buat lo." Ia mengecup lama puncak kepala Nata, memberitahukan bahwa hadirnya lebih penting daripada sang mantan yang sedang ia tangisi sekarang.

Kenapa ia tahu? Sebab setelah mengedarkan pandangan ke sekitar ia melihat sosok Fauzan di teras minimarket menatap ke arahnya. Sudah bisa dipastikan kalau gadis ini baru saja bertemu dengan Fauzan di sana. Mungkin tak sengaja bertemu.

"Udah ya." Ia merasakan Nata mengangguk dalam dekapannya. Cewek itu mendongak masih dengan ke dua pipi basah dan mata memerah. Ke dua iris itu menghanyutkannya. "Jangan pernah tinggalin gue." Gery mengangguk. Sejurus kemudian, ia berlutut di hadapan Nata. Menggenggam erat tangan cewek itu lalu mengecupnya lama.

"Gue gak mau lama-lama lagi. Gue sayang sama lo. Gue gak mau liat lo nangis karna mantan lo itu. Stop nangisin dia, gak guna Nat! Sekarang udah ada gue, gue gak akan pernah tinggalin lo. So, will you be mine?"

Nata terkesiap, refleks membuka lebar kedua matanya. Sebenarnya ia sudah mempersiapkan diri jika nanti Gery akan menembaknya, tapi saat cowok itu melakukannya langsung ia masih saja terkejut tak percaya. Rasanya menyenangkan saat debaran cepat dan hangat di dadanya. Ia menunduk menatap Gery yang masih di posisi sama, sedang berlutut sambil menggenggam kedua tangannya.

Harap-harap cemas, itu yang Gery rasakan sekarang. Kata-kata yang ia ucapkan barusan keluar begitu saja. Sepertinya otaknya sudah tidak tahan menyimpan kata-kata tersebut. Jadi, bagai roller coaster cepat dan tanpa halangan, kata-kata itu meluncur sempurna. Keringat dingin mulai memenuhi dahinya. Nata masih diam, menatapnya seperti tak percaya.

Satu,

Dua,

Tiga,

Nata mengangguk, lidahnya kelu, mengeluarkan satu kata saja susah rasanya. Dan akhirnya gerakan tubuh lah yang menjawab semuanya. Selama ia hidup, Gery tak pernah sebahagia ini melihat seseorang mengangguk mengiyakan permintaanya.

Ia langsung mendekap Nata ke dalam dekapan yang erat. Raut bahagia terpancar di wajah keduanya. Gery sampai berputar kesenangan sambil mengangkat Nata, dan berteriak bahagia.

"Gery pusing," keluh Nata sambil memukul bahu Gery minta diturunkan. Cowok itu terkekeh, melepaskan dekapannya lalu merapikan rambut Nata yang berantakan karna ulahnya.

"Jadi sekarang kita pacaran nih?" goda Gery sambil memainkan kedua pipi Nata.

Nata hanya mengangguk pelan, menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang merona ke dada bidang cowok itu. Memeluknya erat dan menghirup kuat aroma tubuh Gery yang mulai menjadi candunya sekarang.

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang