Jangan lupa vote dan komen ya😊
***
Gery mendesah pelan, menyandarkan kepalanya di atas stir mobil. Ia mengetuk-ngetukkan ujung ponselnya pada dashboard yang menjadi backsound keheningan di dalam mobil. Sekali lagi, ia menyentuh layar ponsel, membuka kunci dan mendapati satu pesan yang sama dari nomor yang ia namai 'Dina' di kontak ponsel miliknya.
Ia membacanya sekali lagi dan kembali mendesah, apa ia harus menuruti permintaan Dina? Tapi bagaimana dengan Nata? Meskipun cewek itu tak akan tahu ia akan pergi bersama Dina, tapi hatinya tetap tak tenang.
Setelah mendapati penolakan Nata untuk mengantar cewek itu pulang sekolah, Gery sudah berencana ingin pergi ke rumah cewek itu sore ini. Ia harus sedikit meluruskan masalahnya dengan Genta, ia paham maksud dari kakak laki-laki dari Nata itu bersikap dingin padanya, oleh karenanya ia ingin meluruskan sedikit dan mendapatkan kepercayaan Genta lagi. Tapi, sekarang ia malah bimbang. Harus menuruti Dina atau tetap pada rencananya ke rumah Nata sore ini.
To Gery :
Gege nanti sore jalan yuk :)
Ia meringis kecil melihat isi pesan dengan nama panggilan yang Dina berikan padanya, masih sama dengan saat mereka berdua hanya sibuk memperebutkan mainan ketika anak-anak. Gege? agak geli ia mendengarnya. Untung saja Nata memanggilnya Gee bukan Gege.
Kalau saja situasinya masih sama dengan dua tahun lalu, mungkin ia tak akan bimbang seperti ini. Dan tak akan risih dengan panggilan itu. Namun semuanya sudah beda, ia sudah punya Nata dan pacarnya itu sedang berada dalam keadaan sulit memilih dirinya atau mantan pacarnya itu. Jangan sampai Nata goyah dan pindah haluan darinya, jangan!
Kalau boleh dirinya menaikkan ego sedikit. Mungkin sudah sedari dulu ia memaksa Nata untuk memilihnya. Namun, untung saja Gery bukan termasuk jajaran lelaki sentimen dan tempramen seperti itu. Ia memang sedikit posesif tapi hanya sedikit tidak lebih sampai-sampai mengekang Nata tak boleh inilah tak boleh itulah. Itu tidak mungkin, sebab ia tahu setiap orang mempunyai hak dan kebebasannya masing-masing.
Tapi, kalau di pikir-pikir lagi ingin sekali Gery melakukan suatu hal supaya Nata akan tetap memilihnya dan selalu bersamanya. Sepertinya ia harus menyusun beberapa rencana dari sekarang. Ya, harus.
Apa susahnya juga sih memilih di antara dua orang yang jelas jelas adalah satu mantan pacarnya dan yang satu lagi pacarnya yang sah. Namun, saat ia coba menelisik ke belakang lagi, tiba-tiba Gery bungkam dan menghapus pernyataan laknat itu dari benaknya barusan. Jangan sampai ia melontarkan peryataan semacam itu, bisa-bisa Nata benar-benar pindah haluan darinya. Gawat!
Jelas sekali, Fauzan melindungi Nata sampai-sampai cowok itu rela terluka. Seharusnya ia berterimakasih pada cowok itu tapi bibirnya hanya bungkam dan semakin tak sudi saat melihat Fauzan malah mendekati Nata lagi. Dasar tak tahu malu! Sudah jelas sekali Nata memiliki pacar yang sah, mengapa harus didekati lagi? Dasar lelaki perebut pacar orang! Benaknya berseru tak terima.
Lain kali, saat ia sudah tak bisa mengontrol emosinya pada Fauzan, sederat kalimat dan berbagai sumpah serapah tadi pasti akan ia lontarkan. Lihat saja nanti!
To Gery :
Gege sibuk ya? Tapi aku pengen jalan-jalan sama kamu. Kalau kamu sibuk gak papa deh, aku ke rumah kamu aja nanti sore, gimana? Aku kangen banget sama Tante Bella, Mama kamu di rumah, kan?
Gery mendecak, satu pesan baru dari Dina kembali membuatnya jengah. Cewek itu masih sama seperti dulu. Perlu diingat sedikit, Dina memang lebih dewasa dari Nata. Sikapnya lebih keibuan dan jarang merengek padanya, bahkan dulu Gery sendiri yang selalu merengek dan minta dimanja pada Dina tapi setelah ia kehilangan Dina dua tahun lalu dan cewek itu kembali lagi rasa yang dulu ada semuanya hilang, menguap tanpa sisa. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Nata, Nata dan Nata.
Oh, ayolah. Nata itu segalanya bagi Gery.
Tinn tinn! Sekali lagi Gery berdecak, menatap horor sepeda motor ninja hitam yang berhenti tepat di depan mobilnya. Dengan malas ia keluar dan menatap tajam ke arah si pengendara motor yang membuka kaca helm seraya tersenyum miring, ternyata itu Fauzan.
"Lo, jangan sok karna status lo sebagai pacar Nata!" Fauzan menatap sinis Gery. "Karna, sebentar lagi status pacar sah Nata bakal jatuh ke gue, gue pastiin itu!"
"Jangan asal ngomong lo, bangsat!" Fauzan mengedikkan bahu acuh sebelum berlalu pergi seraya memainkan gas motornya, ia mengacungkan ibu jari mengarah ke bawah untuk Gery.
Gery kalap. "BANGSAT!"
***
"Loh Bang, ngapain di sini?" Genta tersedak minuman soda kaleng yang tadi Nata belikan untuknya supaya tak terlalu jenuh menunggu cewek itu belanja di tempat duduk depan minimarket. Ia secara dramatis langsung menepuk-nepuk dadanya dan merampas cepat botol air mineral yang disodorkan untuknya.
Ia mendesis kesal. "Sialan! Gak gue restuin sama adek gue tau rasa lu!"
Fauzan berjengkit kaget, seketika itu juga ia langsung panik dan cepat-cepat menggoyangkan tangan seraya berseru cepat. "Jangan!" Lalu menangkupkan ke dua telapak tangan di depan dada sambil memohon ampun pada Genta. "Maaf bang, maaf."
Genta hanya berdecak lalu mengangguk acuh tak acuh seraya mengibaskan tangan mengusir Fauzan menjauh dari hadapannya dan mulai sibuk dengan game online di ponselnya. Fauzan menurut, takut kalau lebih lama berada di sekitar Genta bisa-bisa ia benar-benar tak akan direstui dengan Nata nantinya, kan gawat.
Ia mulai melangkah masuk ke dalam minimarket, sesuai tujuan awalnya membeli beberapa cemilan untuknya di rumah nanti. Tapi, Bang Genta kok bisa ada di sini? Cowok itu juga masih mengenakan seragam yang sama dengannya, kalaupun ingin bersantai kan bisa di rumahnya sendiri yang tak terlalu jauh dari minimarket ini. Atau jangan-jangan Bang Genta menunggu Nata belanja? Bisa saja, kan? Lagipula tadi Gery masih berada di parkiran sekolah, sendiri di dalam mobilnya tak ada tanda-tanda keberadaan Nata.
Dan benar saja sesuai tebakannya, Nata sedang belanja. "Mie lagi, mie lagi." Fauzan melangkah ringan menuju rak-rak berisi makanan instant itu. Ia kembali teringat saat bertemu Nata di sini, dulu setelah hubungan mereka berakhir.
"Mie goreng tiga, mie kuah rasa soto dua, mie kuah kari ayam dua, mie rasa semur ayam pedes dua, mie rasa ayam bawang dua, banyak banget belinya mbak, gak takut nyakitin umbai cacingnya?" Fauzan berucap sarkas seraya menggeleng kepala tak habis pikir setelah mengabsen isi troli milik Nata.
"Suka-suka saya dong mas, kok masnya yang rep..." Nata kehilangan kata-kata, mengerjap beberapa kali masih tak menyangka dengan siapa yang baru saja berbicara sarkas padanya. "Zee?"
"Mie terus ya, bagus banget. Anak pintar!" Ia meraih setengah dari mie berbagai rasa dari dalam troli Nata lalu menyusunnya kembali ke dalam rak. "Kan aku udah bilang Ta, jangan makan mie lagi."
Nata meringis kecil, menggaruk tengkuknya yang tak gatal merasa bersalah belum bisa menghilangkan kebiasan buruknya yang satu ini. Sebab, saat melihat berbagai macam rasa mie instant yang menggoda, refleks tangannya meraih mie-mie tersebut. "Maaf," cicitnya pelan.
Fauzan mendesah. "Iya." Kemudian ia mengambil alih troli Nata lalu menjauhi rak berisi mie instan itu, kalau lebih lama di sana bisa-bisa Nata khilaf dan mengosongkan rak mie instan tersebut. Bahaya!
"Kamu beli daging? Mau masak apa?" tanya Fauzan setelah memindai isi troli lagi, ada dua bungkus daging sapi segar di sana. Nata mengangguk, memasukkan beberapa susu kotak rasa coklat ke dalam troli. "Iya, aku mau bikin dendeng sapi."
"Bang Genta suka pedes ya?" Fauzan awalnya tak merasa curiga. Mulai memilih beberapa keripik kentang dan memasukkannya ke dalam troli. "Suka sih, tapi bukan buat Bang Genta."
Fauzan terdiam. Kalau bukan buat bang Genta lalu siapa? Kalau untuk Nata sendiri tak mungkin juga cewek itu repot-repot membeli dua bungkus daging sapi sekaligus. Setaunya Nata tak terlalu suka daging sapi. Dan ia tak ke geeran kalau Nata ingin memasakkan untuknya, sebab Nata tahu betul ia tak suka pedas. Lalu untuk siapa dendeng sapi itu?
Mereka kembali berhenti tepat di rak berisi berbagai macam roti. Nata memasukkan beberapa roti tawar ke dalam trolinya. Seketika ia terdiam saat mendengar suara bernada lirih dan helaan napas dari Fauzan. "Buat Gery, ya?" Dan untuk yang ke sekian kalinya Fauzan menyumpah serapahi orang yang bernama Gery itu, telah mengambil perhatian Nata yang dulu selalu untuknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gee or Zee [✔]
Teen Fiction[Cover by : @prlstuvwxyz] Awalnya Nata hanya ingin melupakan, pergi meninggalkan kisah lamanya dengan Fauzan. Berjalan ke depan meskipun harus berkali-kali gagal move on. Pertemuan tak terduga dengan Gery, perhatian yang diberikan cowok itu dan jug...