[40] Gosip

1.3K 91 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Ada yang bilang gosip itu adalah berita murahan yang didengar oleh orang bodoh lalu diterima dengan baik oleh orang tolol. Entah dikutipan caption siapa dan di akun media sosial siapa Fauzan pernah membacanya. Setidaknya kutipan itu di rasa benar dan sama persis sesuai ingatannya.

Saling cerita lalu terkikik-kikik geli tanpa tahu rasa malu dan benar-benar mengganggu adalah hal yang paling menyebalkan bagi Fauzan. Seperti sekarang ini, ia sedang antri dengan tertib menunggu gilirannya memesan makanan di salah satu restoran cepat saji, saat dua orang gadis sedang terkikik geli saling cerita satu sama lain mengantri di sampingnya.

Apa mereka tak memiliki malu? Lihat beberapa orang melirik mereka tak suka meskipun seperempatnya asik dengan urusan sendiri dan seperempatnya lagi tampak acuh dan maklum karna memang dasarnya makhluk berkelamin perempuan hobi sekali bergosip. Dan Fauzan masuk dalam opsi pertama, melirik mereka tak suka dan lebih memasang ekspresi datar dengan kelopak mata sengaja dibuka besar-besar. Siapa tahu salah satu dari mereka melihatnya dan meringkuk ketakutan sebab pelototan yang Fauzan beri.

"Eh katanya Dina balik ke Indonesia?" Teman di sebelahnya langsung mengangguk riang, menanggapi dengan senang lalu meraih lengan temannya dan mengguncangnya, meluapkan kegembiraan yang semakin membuat Fauzan muak. Oh, sungguh! Mereka berdua benar-benar merusak moodnya sekarang.

Sepertinya ia sependapat dengan bapak-bapak yang mengantri tepat di depan gadis-gadis itu, ia memandang risih ke dua gadis penggosip setelah selesai membayar pesanannya dengan mengapit struk pembelian di antara jari telunjuk dan tengahnya, bapak-bapak itu menegur dan memberikan beberapa contoh etika yang tidak dimiliki oleh ke dua gadis penggosip tersebut yang berhasil bungkam tak berkutik.

"Mau makan di sini atau dibungkus?" Akhirnya Fauzan tiba di depan meja pemesanan. "Dibungkus," jawabnya.

"Dua ayam sama kentang goreng jumbo, ya mbak." Fauzan tersenyum setelahnya, setengah tertawa melihat ke dua gadis penggosip tersebut diam seakan kehilangan kata sebab teguran dari bapak-bapak tadi.

"Baik, minumannya?"

"Eum, cola dua."

"Baik. Saya ulangi ya, dua ayam dengan kentang goreng jumbo dan dua cola di bungkus ya."

Fauzan mengangguk menanggapi. Aroma khas restoran cepat saji membuat perutnya bergolak lapar. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan melirik sekilas pada dua gadis penggosip tadi yang tampak menunduk. Mungkin mereka malu dan ia juga tak perduli akan itu dan segera mengalihkan pandangan ke arah lain.

Awalnya Fauzan pikir suara obrolan dan pekik tertahan yang sedikit mereda itu telah usai namun, ke dua gadis itu tetap bercerita dengan suara lebih dipelankan, setidaknya ini lebih baik. Dan entah kenapa ia merasa perlu untuk menajamkan telinga saat ke dua gadis itu menyebut nama sekolahnya dan nama Gery di dalam pembicaraan itu. Ternyata dua gadis itu satu sekolah dengannya.

"Pasangan fenomenal se SMP dulu bakal makin famous di SMA kita, kalau nanti Dina satu sekolahan sama kita dan ketemu Gery."

"Pasti mereka udah rencanain ini semua."

"Eh, bener juga. Tapi, bukannya Gery udah punya pacar baru lagi? Siapa itu nama nya gue lupa?"

"Eum, Nana? Nina? Nona? Naa... Nata! Iya Nata!"

"Nah, bener! Kalau kayak gini Dina gimana? Masa....."

Suasana hatinya mulai tak enak. Yang dibicarakan ke dua gadis penggosip itu bukan Nata-nya kan? Bukan Gery rival yang ia kenal kan? Benar kan? Namun, hatinya berkata iya, sekeras apapun logika memaksa untuk ia percaya bahwa itu bukan Nata dan juga Gery yang ia kenal.

Ia menggeram kesal, meraih ponsel di saku lalu mengetik pesan dan mengirimnya selagi dalam benak berpikir kalau memang yang dibicarakan ke dua gadis penggosip tadi memang Nata dan Gery yang ia kenal, setidaknya ini adalah kesempatan bagus untuk merebut Nata lagi.

Sederhana saja, jika Dina yang dibicarakan ke dua gadis penggosip tadi adalah mantan pacar Gery yang mungkin dulu mereka memutuskan hubungan karena si Dina itu harus pindah ke luar negeri atau apalah itu dan cewek itu kembali lalu pasti akan merebut Gery yang dulunya miliknya. Sehingga Nata akan bimbang apa harus merelakan Gery atau tetap mempertahankannya? Dan. ia masuk kembali ke dalam hubungan mereka kemudian secara perlahan merebut Nata hingga memiliki cewek itu seutuhnya kembali.

Cukup bagus, pemikiran sederhana dari seorang mantan yang juga belum bisa move on ini. Berikan applause untuk Fauzan. Prok! Prok! Prok!

***

"Gimana?" Selagi meneguk colanya, ia menunggu tanggapan dari Fauzan dengan satu alis terangkat dan ke dua iris menatap lekat presensi cowok itu.

Mencomot dua kentang goreng dan mengunyah pelan seraya menghitung detik lamanya Fauzan hanya diam termenung sambil memandang dirinya. Oke, bukannya Nata ge-er atau apa tapi karena mereka hanya berdua di sini, di taman kota duduk berhadapan dan cowok itu memandang ke depan, siapa lagi kalau bukan dirinya.

Tuk! "Aw!"

Sekejap Nata tergelak namun tetap menahan ekspresi kesalnya sebab Fauzan hanya diam tak menanggapi pertanyaannya sedikitpun. Dan ia refleks melayangkan satu jitakan tepat di kepala cowok itu sekali lagi.

"Apasih Ta, sakit tau." Cowok itu merengek-rengek kesakitan seraya mengerucutkan bibirnya, seolah-olah apa yang baru saja Nata lakukan benar-benar membuatnya kesakitan. Huh, Nata berdecih! sampai semaput dengan luka di berbagai tubuh pun cowok itu masih bisa tersenyum, sekarang hanya karna dua jitakan di puncak kepala sudah merengek-rengek. Benar-benar minta di cium, eh salah! Di bogem maksudnya.

Nata menghela napas jengah seraya merotasikan bola mata malas. "Zee jangan lebai deh."

"Oke." Dengan ke dua jari berbentuk huruf 'v' dan kekehan geli karna puas telah membuat Nata kesal, Fauzan berdehem sebentar dan mulai memasang ekspresi serius. "Tadi gimana apanya?" Tetap dengan ke dua iris menatap lekat Nata.

Kenapa liatnya harus gitu, keluh Nata dalam benak. Benar-benar memalukan di saat ia sudah memiliki kekasih, merasa gugup di tatap sebegitu intens oleh mantan pacar sendiri. Melarikan pandangan ke arah lain, sedikit gugup sebelum berucap. "Ya-yang tadi. Alasan kamu ajak aku ke sini. Apa? Ada yang mau di omongin atau gimana?" Nata menghela napas lega setelah berhasil menyelesaikan kalimat nya di saat gugup seperti ini.

Fauzan mengangguk, menilik ekspresi Nata dan merasa senang luar biasa mendapati sedikit rona merah di ke dua pipi cewek itu. Wah, Nata-nya masih sama, selalu malu bila ditatap intens seperti ini. Gemas sekali.

"Tuh kan diem lagi. Aku pulang nih!" Cepat-cepat Fauzan meraih tangan Nata dan menyuruh cewek itu kembali duduk. "Maaf, aku gak fokus makanya gini."

"Gak ada sih sebenernya. Aku cuman pengen makan bareng kamu aja. Kayak dulu. Aku kangen soalnya. Gak papa kan?" Kembali ia teringat gosip yang tadi ia dengar di restoran cepat saji. Ia merasa adrenalin nya memuncak saat itu juga. Pokoknya di waktu yang tepat nanti, Nata akan kembali menjadi milik nya.

Awalnya Nata tak percaya, tak urung ia mengangguk dan kembali meneguk milo nya habis dan merasa ada sesuatu yang menunggunya kelak. Ia hanya bisa berharap semuanya baik-baik saja dan tak ada hati yang terluka.

***

Hallo👋selamat siang semua😊
Aku balik mau promosi, hehe...
Yuk, baca cerita aku, udah completed juga tapi ini masih revisi.

Semoga suka ya❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga suka ya❤

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang