[25] Restu Dari Bang Genta

1.6K 109 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Nata masih harus meyakinkan Genta bahwa dirinya baik-baik saja dan akan kembali ke rumah jika situasi telah aman, sedikit merasa takut mengingat kejadian semalam. Agak lama untuk sambungan telepon berlangsung karna Genta sedikit keras kepala untuk diyakinkan, setelah meletakkan benda pipih berwarna hitam pemberian dari Om Adi di atas meja ruang tamu, Nata akhirnya bisa menghela napas lega. Berbicara dengan Genta benar-benar membuat tenaganya terkuras, sampai ia harus meneguk dua gelas air sekaligus dan memijit pelan rahangnya yang penat akibat bicara terlalu lama dengan tekanan pada setiap kata.

"Gimana?" tanya Fauzan sambil mengipasi Nata dengan tangannya. Berharap cewek itu merasa sejuk setelah memanasi kepala akibat bicara dengan Genta. Sekali lagi Nata meneguk air dalam gelas dan bersisa setengah, baru menjawab pertanyaan cowok itu. "Ya, gitu. Katanya Bang Genta mau kesini, mastiin keadaan aku baik atau enggak, ribet emang."

"Namanya juga sayang, Ta. Jangan cemberut gitu dong." Tangannya terulur mengusap pipi chubby Nata yang agak kempes akibat kurang nutrisi saat penyekapan. Tak ada kan penyekapan yang memberi makanan minimal tiga kali sehari? Di beri satu bungkus roti saja sudah untung. Kemudian mencubitnya pelan, membuat si empunya terkekeh geli dan menular pada cowok itu.

"Gak papa kan, kalau Abang aku kesini? Mereka gak bakal ikutin Abang aku, kan?" Ada binar khawatir diiris coklat terang milik Nata, menatap tepat pada bola mata hitam pekat milik Fauzan, meminta cowok itu berbicara 'semuanya akan baik-baik saja'.

Fauzan menggeleng, memberi respon sambil tersenyum dan mengeratkan genggamannya pada tangan Nata. Memberi tahu bahwa semuanya sudah aman. Tak akan ada yang melukai cewek itu lagi. "Kamu juga udah bisa ikut Abang kamu pulang, semuanya udah baik-baik aja, Ta."

Kening Nata berkerut bingung, tentu saja! Maksud cowok itu apa sebenarnya? Semalam kan mereka baru berhasil kabur dari kobaran api dan para manusia berbadan besar yang menyekap mereka berdua. Lalu sekarang cowok itu bilang, ia bisa pulang kembali ke rumahnya dan semuanya baik-baik saja? Ia mengerutkan kening dengan tatapan penuh tanya ke arah Fauzan.

Fauzan tersenyum tenang, masih menggenggam tangan Nata erat. Mengerti kebingungan dari ekspresi yang Nata tampilkan. "Iya, semuanya udah baik-baik aja. Mereka udah ditangkap. Bukan Ayah Gery, Ta. Ternyata dia Omnya Gery, Adik dari Ayah Gery. Muka mereka emang mirip bahkan suaranya juga mirip. Kalau motif dia nyekap kamu, aku gak tau. Itu aja aku tau tadi, dari Om Adi. Katanya banyak mobil polisi yang datang ke gedung yang kebakar waktu itu." Nata mengangguk mengerti dan mendesah lega, semuanya sudah kembali normal.

"Jadi, sekarang kamu udah aman, gak ada yang bakal nyekap kamu lagi. Kalau ada, sini suruh mereka lawan aku dulu." Dengan mengangkat dagu dan tersenyum pongah Fauzan menepuk-nepuk dadanya. Memicu gelak tawa dari Nata.

"Makasih ya Zan, kamu udah mau bantuin aku. Sampe kamu di tonjok-tonjok lagi." Nata menunduk, memerhatikan pergelangan tangan Fauzan yang membekas gurat merah di sana dan juga bekas lebam di sudut kanan mata cowok itu. "Maafin aku, kamu jadi luka-luka kayak gini," lirihnya seraya mengusap lebam di sudut kanan mata Fauzan dan mengecupnya.

Perlahan bulir bening itu mengalir dan membentuk sungai kecil di pipi chubby Nata. Cewek itu terharu, pengorbanan Fauzan demi dirinya sungguh berarti. Padahal cowok itu bisa saja pergi dan tak perlu ikut campur, saat penyekapan Nata pagi itu. Tapi nyatanya, cowok itu malah rela dipukul habis-habisan oleh dua orang berbadan besar dan di bawa serta dengan Nata.

Nata terisak, mengecup sekali lagi pipi Fauzan. Lalu berbisik. "Makasih Zan, makasih." Sambil membenamkan kepala di pundak cowok itu, menghirup aroma yang menguar dan membuat Nata nyaman.

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang