Asap rokok memenuhi ruangan kerja Shane. Pria itu sedang menikmati rokok disela-sela jarinya. Shane sedang merilekskan tubuh dan pikirannya sembari menghisap sebatang rokok dengan kedua kakinya yang ia letakkan diatas meja. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" seru Shane.
Salah seorang karyawan masuk membawa sebuah map seraya menghampiri Shane dimejanya.
"Permisi, tuan. Ini surat proposal yang tuan minta kemarin. Aku sudah menyelesaikannya." ujar karyawan tersebut dengan sopan.
"Letakkan saja disitu." ujar Shane tak acuh. Ia memang seperti pada bawahannya. Bersikap dingin dan harus terlihat beriwabawa pada mereka. Shane jarang sekali memberikan senyuman pada bawahannya.
"Baik, tuan." karyawan tersebut meletakkan map itu diatas meja kerja Shane.
"Saya permisi dulu." karyawan tersebut segera berbalik menuju pintu.
"Sebentar." Shane membuat karyawan tersebut berbalik melihat kearahnya lagi.
"Ada yang bisa kubantu, tuan?" tanya karyawan itu dengan sopan.
"Ambil uang ini dan suruh seseorang membeli sebungkus rokok untukku." Shane menjulurkan tangannya dengan selembar uang Dollar diujung capitan jarinya.
"Baik, tuan."
Karyawan tersebut segera keluar dari dalam ruang kerja Shane.
Shane kembali menikmati batang rokok terakhirnya sebelum seseorang datang membawakan pesanannya. Sebungkus rokok yang baru. Tiba-tiba pintu ruang kerjanya kembali terbuka.
"Hei! Dasar tidak so-", "Alfie?!" Shane kelabakan seperti kebakaran jenggot begitu melihat Alfie datang secara tiba-tiba.
"Shane?! Apa-apaan ini?!" Alfie bisa mencium bau asap rokok yang memenuhi udara di dalam ruangan ini.
"Uhuk! Uhuk!" asap rokok tersebut membuat Alfie terbatuk-batuk.
Shane segera mematikan rokoknya dan menyemprotkan pengharum ruangan untuk menghilangkan bau asap rokok tersebut yang tersebar di udara.
"Apa-apaan kau ini?! Sejak kapan kau merokok dibelakangku?!" bentak Alfie sembari berjalan dengan susah payah karena perutnya terasa berat menghampiri Shane.
"Alfie, Alfie. Aku hanya-"
"Bukankah kau sudah berjanji jika kau tidak akan merokok lagi?!" ketus Alfie.
"Alfie, iya maafkan aku. Lagipula aku hanya menghisap satu batang saja." ujar Shane masih diliputi rasa shock.
"Setengah batang pun aku tetap tidak suka dengan pria perokok! Pantas saja akhir-akhir ini aku bisa mencium bau nikotin dari mulutmu saat kita berciuman! Kau ingin meracuniku dan si kembar ya?!" ujar Alfie berapi-api.
"Aku berjanji Alfie. Aku tidak akan merokok lagi." Shane mendekati Alfie dan menatap dengan memelas.
"Omong kosong! Kau pasti menyimpan bungkusan rokok di dalam laci meja kerjamu!" Alfie segera meminggirkan tubub Shane dengan paksa dan membuka laci tersebut. Alfie mengacak-ngacak isi laci tersebut namun ia tak menemukan satu pun bungkus rokok di dalamnya.
Alfie hanya mendapati sebuah asbak dibawah meja Shane dengan sedikit abu rokok di dalamnya. Tak terlihat ada sisa-sisa puntung rokok disana.
"Aku tidak bohong, kan? Aku hanya mengisap satu batang rokok saja. Dan aku baru melakukannya kali ini saja." Shane merasa sedikit lega karena ia sudah menyuruh office boy untuk membersihkan ruang kerjanya tadi pagi.
"Aku yakin kau menyembunyikannya disuatu tempat!" Alfie tak percaya dengan ucapan Shane. Ia membuka dan mengacak-acak isi laci lainnya.
"Tok tok tok!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident 2 (The Sequel)
RomanceTAMAT 15 Desember 2017 s.d 26 April 2018✍ [Book 2 of 3] Kesedihan, rasa sakit hingga pengorbanan adalah hal yang harus dihadapi Alfie dan Shane saat memperjuangkan ikatan cinta mereka di masa Ialu. Kini keduanya sudah terikat dalam ikatan suci. Keba...