Shane hanya bisa menangis pilu saat kedua putranya mencium kening Alfie untuk yang terakhir kalinya. Dadanya terasa sesak karena kesedihan yang terus menjalar di hatinya. Shane masih tak menyangka kalau Alfie benar-benar akan meninggalkannya secepat ini. Ia tak kuasa menahan duka saat menatap wajah Alfie yang tak lagi menampakkan senyuman hangatnya. Pucat pasi dan tampak tak bernyawa. Seperti itulah wajah Alfie di dalam peti dengan tubuhnya yang terbujur kaku.
Alfie mengenakan setelan jas berwarna putih dengan sarung tangan warna senada. Shane juga mengeratkan bunga matahari yang Alfie tanam selama ini ke dalam genggaman almarhum suaminya itu.
"Goodbye, didi... Aku berjanji akan selalu menjadi anak yang baik. Maafkan aku karena sering nakal dengan didi. Hiks... Hiks..." isak Finn menatap wajah Alfie di dalam peti mati.
"Aku ingin ikut didi. Jangan tinggalkan aku. Ayah tolong bangunkan didi. Hiks... Hiks..." rengek Charlie dengan duka.
Shane hanya bisa menangis tersedu-sedu. Ia sendiri tak sanggup menahan dukanya. Rasanya berat untuk dirinya melepas Alfie pergi selamanya. Terlebih lagi Shane begitu mencintai Alfie dan mengharapkan Alfie untuk selalu bersamanya. Hatinya terasa hancur dan diselimuti duka yang mendalam.
Rumah duka tersebut dipenuhi isak tangis dari kerabat-kerabat Alfie dan juga rekan-rekan kerja Shane.
"Alfie... Kenapa kau pergi secepat ini?..." lirih Ramsey dengan duka mendalam.
Steve berusaha menenangkannya selagi Ramsey terisak-isak di tempat duduknya. Begitu juga dengan Benny yang merasa begitu kecewa dengan dirinya karena tak bisa menyelamatkan nyawa Alfie. Ia menangis di sebelah Ramsey tanpa berkata-kata.
Keith yang hadir juga ikut merasakan duka mendalam. Bibi Anne hanya duduk dengan ekspresinya yang tak berjiwa sembari terisak-isak.
Dengan menangis pilu, Shane memberi ciuman perpisahan untuk yang terakhir kalinya pada Alfie. Ia bisa merasakan bibir Alfie yang kaku dan terasa dingin.
"Tunggu aku disana, Alfie. Kita akan bertemu lagi. Aku janji aku pasti akan menemuimu lagi. Berjanjilah kau akan menungguku." lirih Shane penuh duka dan berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Alfie. Air matanya terus mengalir hingga jatuh membasahi pipi Alfie.
Hari menjelang sore, Shane dan yang lainnya sepakat untuk segera membawa Alfie ke tempat peristirahatan terakhirnya. Finn dan Charlie bersama Bibi Anne menangis sejadi-jadinya begitu melihat Shane dan juga teman-temannya menutup peti mati Alfie.
"Jangan tutup peti itu!!... Aku masih ingin melihat didi!!... Ayah, kumohon!!..." seru Charlie menangis tak henti-henti karena merasa sangat sedih atas kepergian Alfie.
"Bangunkan didi, ayah!!... Didi belum meninggal! Didi pasti hanya tertidur!!..." Finn juga tak rela untuk melepas kepergian Alfie.
Shane tak bisa berbuat apa-apa selain membuat dirinya tetap tegar untuk mengantar Alfie ke peristirahatan terakhirnya. Ia mengusap air matanya yang terus mengalir lalu menghampiri kedua putranya.
"Ini adalah terakhir kalinya kalian bersama didi. Ayo, kita antar didi sama-sama." lirih Shane dengan air mata.
"Ayah... Kenapa didi meninggal secepat ini.... Hiks... Hiks..." isak Charlie.
"Kuatkan hati kalian. Kita harus mengikhlaskan ini semua. Didi sudah tak merasakan sakit lagi saat ini. Didi pasti sedang melihat kalian dari surga." Shane mengusap-ngusap air mata kedua putranya.
"Aku ingin ikut didi." pinta Charlie terisak-isak.
"Ayo, kita antar didi sekarang." Shane meraih kedua tangan putranya dan memberikan bingkai foto Alfie yang tengah tersenyum manis untuk dibawa seraya pengiringan peti mati Alfie ke mobil jenazah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident 2 (The Sequel)
RomanceTAMAT 15 Desember 2017 s.d 26 April 2018✍ [Book 2 of 3] Kesedihan, rasa sakit hingga pengorbanan adalah hal yang harus dihadapi Alfie dan Shane saat memperjuangkan ikatan cinta mereka di masa Ialu. Kini keduanya sudah terikat dalam ikatan suci. Keba...