Ramsey mendengar suara kicau burung dan perlahan ia membuka kedua matanya. Ia bangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di ruangan yang masih terasa asing meski ia tau sekarang dirinya tidak berada di rumahnya. Perlahan Ramsey membuka selimutnya dan berangsur-angsur bangkit lalu duduk di tepi ranjang.
"Hmm... Dia membuka tirainya lebar sekali." gumam Ramsey seraya menutupi pandangannya dengan telapak tangan dari sinar matahari yang menerpa wajahnya.
Dirinya juga sadar ia tidur bertelanjang dada dan hanya mengenakan brief. Ia masih tak habis pikir dengan apa yang dilakukannya semalam. Ramsey merenung sembari meraba bibirnya dan kembali mengingat kejadian semalam. Dirinya seakan masih bisa merasakan sentuhan dari Steve di tubuhnya.
"Oh, hei. Good morning." sapa Steve yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
Ramsey terpaku melihat Steve. Ia masih tak menyangka jika dirinya bisa bermesraan dengan seorang pria dan bermalam di rumahnya.
"Ada apa? Ini sudah kedua kalinya kau bermalam di rumahku." ujar Steve memecah suasana canggung.
"Dan juga kedua kalinya kita menghabiskan malam bersama." ujar Ramsey seperti bergumam yang membuat keduanya terdiam sejenak.
"Ngg... Kurasa aku harus mandi sekarang. Aku harus bekerja." Ramsey beranjak dari atas tempat tidur dan meminjam sesuatu pada Steve.
"Ngg... Apa kau punya handuk lain?" tanya Ramsey.
"Ambil saja di dalam lemariku. Belum pernah kugunakan. Aku akan menemui ibuku dulu." ujar Steve seraya meninggalkan kamarnya.
"Aku masih merasa kalau ini mimpi." gumam Ramsey masih tak percaya dengan apa yang dilakukannya semalam bersama Steve.
Segera ia mengambil handuk itu lalu masuk ke dalam kamar mandi. Tak sampai setengah jam kemudian, Steve kembali ke kamarnya dan memanggil Ramsey untuk sarapan. Ramsey sudah terlihat rapi dengan setelan kerjanya.
"Sarapannya sudah siap."
"A-aku tidak lapar." Ramsey terlihat canggung.
"Ayolah. Kau tak perlu sungkan seperti itu. Kau harus sarapan bersama kami kali ini. Ayah dan ibuku senang saat kau bergabung dengan kami di meja makan." kata Steve membujuk Ramsey.
"Tapi aku sudah terlambat." Ramsey berusaha berkelit.
"Ini masih terlalu pagi untuk bekerja. Kami menunggumu di meja makan." kata Steve tak menerima alasan dan segera meninggalkan kamarnya lagi.
"Aku tau dia lah yang memaksaku." gumam Ramsey sedikit menggerutu.
Mau tak mau dengan rasa canggung dan sungkan Ramsey mendatangi ruang makan dan melihat Steve bersama orang tuanya sudah duduk di kursi meja makan.
"Itu dia." ujar Steve menyambut Ramsey dengan menarikkan kursi untuknya.
"S-selamat pagi tuan dan nyo-"
Ibunda Steve terkekeh mendengar Ramsey memanggilnya dengan sebutan Nyonya.
"Panggil aku Linda dan Francis untuk suamiku." ujar ibunda Steve.
"Duduklah dan selamat pagi juga untukmu." tambahnya lagi.
Ramsey tersenyum canggung dan segera duduk di sebelah Steve.
"Kau tak perlu sungkan seperti itu dengan kami. Anggap saja kau sedang berada di rumah mu." ayah Steve turut menimpali.
Ramsey melirik Steve di sebelahnya dan pria itu tampak tersenyum manis padanya.
"Martha, ambilkan piring lagi untuk teman putraku." perintah ibunda Steve pada pelayannya.
"Jadi, Ramsey... Itu nama mu, bukan?" ayah Steve membuka percakapan dengan Ramsey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident 2 (The Sequel)
RomanceTAMAT 15 Desember 2017 s.d 26 April 2018✍ [Book 2 of 3] Kesedihan, rasa sakit hingga pengorbanan adalah hal yang harus dihadapi Alfie dan Shane saat memperjuangkan ikatan cinta mereka di masa Ialu. Kini keduanya sudah terikat dalam ikatan suci. Keba...