1#LBAS2

5.6K 375 41
                                    

Alfie meraba-raba sebelah bantalnya mencari kacamatanya. Entah bermimpi apa, tiba-tiba saja ia terbangun. Alfie memasang kacamatanya. Ia menoleh, tepat di sebelahnya, Shane sedang tertidur pulas. Sesaat Alfie tersenyum menatap wajah pria yang selalu menemani hari-harinya setelah mereka menikah. Alfie melirik jam dinding, tampak jarum panjang menunjuk angka 2. Pagi masih sangat buta.

Alfie mencoba untuk kembali tidur namun ia tak merasakan kantuk. Seperti ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya terjaga. Perlahan Alfie memindahkan lengan Shane yang melingkar di perutnya yang membesar. Kandungannya memasuki usia 5 bulan. Membuat Alfie dan Shane sangat berhati-hati menjaga calon bayi mereka itu. Shane bahkan seringkali pulang bekerja lebih awal untuk menemani Alfie di rumah.

Dengan hati-hati, Alfie mengubah posisi tidurnya menghadap Shane. Alfie tersenyum dan kemudian ia mengelus-elus lembut wajah suaminya itu.

"Terima kasih, Shane. Kau sudah menepati janjimu untuk selalu mencintai dan melindungiku." bisik Alfie dihadapan wajah Shane yang terlelap.

"Aku yakin kau sudah tak sabar melihat Si Kembar lahir." Alfie tersenyum sembari merapikan rambut Shane yang menempel di dahinya.

Alfie meraih kembali tangan Shane dan meletakkannya di atas perutnya yang membesar.

"Si Kembar juga ingin segera bertemu dengan ayahnya," ujar Alfie dengan senyum melebar.

Saat Alfie sedang menggoda Shane yang terlelap, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Seperti menginginkan sesuatu yang harus segera ada saat ini. Alfie mengidam. Dan anehnya ia baru merasakan hal ini sekarang. Sebelumnya ia hanya mual dan menolak untuk memakan makanan yang berbau amis.

Shane selalu membelikan Alfie susu khusus untuk masa kehamilan. Namun Alfie tak menyukai susu semacam itu. Ia lebih memilih untuk meminum susu kemasan biasa. Meski demikian, Shane terus memaksanya. Mau tak mau Alfie terpaksa harus menghabisi susu tersebut tiap kali Shane membelikannya.

"Shane," Alfie menepuk-nepuk pipi Shane. Namun suaminya terus terlelap.

"Shane, bangunlah," Alfie merengek. Lantas ia mengguncang-guncang tubuh suaminya itu.

"Shane." Alfie terus mencoba membangunkan Shane sembari menepuk-nepuk pipinya.

Hal inilah yang baru diketahui Alfie sejak menikah dengan Shane. Pria itu ternyata susah sekali untuk dibangunkan saat tidur.

"Astaga!! Shane?! Bangunlah!" geram Alfie mengguncang-guncang bahu Shane.

Lantas Shane membuka kedua matanya dan mengusap kuat wajahnya.

"Alfie? Ada apa?" Shane menyipitkan matanya saat menatap Alfie.

"Huh! Kau ini! Kenapa susah sekali aku bangunkan?!" Alfie mengomel.

"Aku mengantuk, maafkan aku. Ada apa, Sayang?" Shane mengalah karena ia tahu seseorang yang sedang hamil membuat emosi dalam diri mereka lebih sensitif dari biasanya. Sebab Shane banyak bertanya pada ibunya mengenai apa saja yang seseorang rasakan saat sedang mengandung.

"Aku mengidam!" tandas Alfie.

Seketika mata Shane membuka lebar. Ia menelan ludahnya dan berharap Alfie tak meminta yang aneh-aneh darinya.

"M—Mengidam? Memangnya kau mengidam apa? Apa kau ingin makan sesuatu?" Shane terlihat gugup.

"Tidak." Alfie menggelengkan kepalanya.

"J—Jadi?"

"Aku ingin ke danau." Alfie tersenyum manis.

"Apa?!" Shane terperanjat.

Love By Accident 2 (The Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang