19. Chaos 3

124 13 0
                                        

Samudra menatap Sangkala tanpa kedip. Seolah mencari kebohongan yang mungkin saja dilakukan teman masa kecilnya itu. Tapi melihat kesungguhan yang jarang sekali terlihat dari wajah lempengnya, Samudra menyadari akan kebenaran ucapan Sangkala barusan. Dia tidak berbohong apalagi bercanda --Sangkala bukan termasuk orang yang suka bercanda--

"Lalu, di mana dia sekarang, Kal?" Samudra dapat merasakan jika suaranya terdengar ganjil. Bahkan untuk telinganya sendiri. Menggeleng singkat setelah sebelumnya menghela napas pendek. Dia tidak tahu ke mana sosok itu pergi setelah dokter Antari mengobati kakinya. Kedua pemuda itu diam lagi. Tidak ada yang bersuara. Sibuk oleh pemikiran mereka masing-masing.

Seperti yang Karang ucapkan selepas subuh, Samudra mendatangi Putih di kelasnya sebelum bel masuk berbunyi. Meminta penjelasan mengenai kejadian sesungguhnya. Juga... menanyakan apa yang Badai ucapkan padanya malam tadi saat hanya mereka berdua saja yang berdiskusi. Hasilnya? Samudra hanya bisa diam saat mendengar penjelasan Putih yang demi apa pun nyaris mirip dengan segala yang Badai prediksikan. Fara menyelinap untuk mencari bukti pelaku pelecehan pada Rengganis. Itulah kenapa Badai dengan tegas menyuruh Sadewa dan Nakula untuk tidak terlibat dalam masalah ini. Samudra kehabisan kata. Bahkan Putih saja sampai dibuat bungkam saat. Samudra mengatakan hipotesis Badai. Tidak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya otak Badai bekerja. Namun selepas itu... Samudra ingat sekali bagaimana cara Putih mengatakan kekhawatirannya pada sang adik. Karang yang menemukan Rengganis. Meski dua preman itu belum berbuat terlalu jauh -setidaknya baju Rengganis masih utuh meski kerudungnya sudah entah ke mana- Karang tetap terlihat tertekan, meski Karang menyembunyikannya dengan baik. Samudra tahu. Kembarannya akan menyalahkan diri atas masalah tersebut. Karang sejak dulu memang seperti itu. Terbiasa menanggung semua beban seorang diri. Menyembunyikan segala sesuatunya sendirian dan selalu bersikap baik-baik saja di hadapan siapa pun. Tanpa terkecuali. Itulah kenapa kadang Samudra berpikir apakah dia cukup berguna bagi Karang sebagai seorang kakak?

"Sam, kau akan membiarkannya saja?" Sangkala bertanya singkat, meski wajahnya kembali lempeng seperti biasa, namun sorot mata pemuda itu lebih dari cukup buat menunjukkan kekhawatirannya pada Karang. Kekhawatiran yang sama seperti Samudra. Samudra menghela napas berat. Sesaat kedua bola mata itu terpejam sebelum akhirnya sebuah gelengan singkat tercipta.

"Setidaknya aku lega karena Badai yang mengetahui masalah ini. Bukan orang lain." jawabnya pelan.

Setidaknya fakta jika rahasia itu diketahui Badai lebih dari cukup buat menenangkan diri Samudra. Karena Samudra tahu pasti Badai tidak akan melakukan sesuatu yang keterlaluan. Terlebih, Badai tahu pasti keadaan Karang lebih dari cukup buat mempengaruhi kinerja Samudra dalam kepengurusan asrama. Dan selama Samudra masih berguna bagi Badai, dia tahu pasti. Badai akan ikut serta menjaga sesuatu yang membuat Samudra tetap melakukan pekerjaannya. Hal ini pun berlaku bagi Nakula dan Sadewa. Justru apa yang akan Badai lakukan setelah dalang dari masalah ini terbongkar yang membuat Samudra sakit kepala mencari cara agar Badai tidak lepas kendali, meski tahu pasti kali ini kartu merah akan menjadi hukuman setimpal. Ah. Samudra lupa kemungkinan terburuknya. Bukan kartu pelanggaran merah. Tapi justru pengeluaran tidak hormat yang mungkin saja dilakukan Badai. Dalam hal ini, sesungguhnya Badai cukup sederhana. Menjadi sesuatu yang berguna bagi Badai dan dapat dipastikan jika Badai akan ikut memberikan timpal balik yang sepadan. Badai akan ikut berguna ah, Badai akan menjadi sosok paling berguna saat masalah terjadi. Sama seperti saat Karang tidur sendirian di kelas. Badai ikut diam di sana hanya dengan membaca buku karena tahu ada kemungkinan sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi saat membiarkan gadis itu tidur sendirian di dalam kelas. Tentu saja. Siapa pun tahu jika menjadi Ketua Ketertiban Asrama akan banyak dibenci -untuk saat ini Sangkala menjadi pengecualian-. Terutama bagi para pelanggar peraturan yang merasa ruang gerak mereka semakin sempit. Dan melihat Karang yang tanpa pengawasan juga dalam kondisi tidur seolah menjadikan gadis itu daging yang akan mengundang sekumpulan serigala kelaparan.

AsmarandanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang