-Zero. 3-[About Her and 'Another Her']

89 8 4
                                    

Ok. Ini bukan part selanjutnya dari cerita. Sama seperti judulnya Zero.3 isinya mirip chapter berjudul zero di awal bab cerita. Berisi pembahasan singkat mengenai perbedaan Karang dan alter egonya.

Dimulai dari cara panggilan. Samudra, Sangkala, dokter Antari dan semua keluarga Karang pasti manggil Karang versi normal pake sebutan 'Kara' atau cuma 'Ra' sedangkan kalau mereka manggil 'Karang' atau 'Rang' berarti bisa dipastikan kalau mereka ngadepin alter egonya Karang.

Perbedaan sifat Kara dan Karang itu kentara buat yang krnal deket sama Karang (Badai pengecualian) tapi karena alasan masuk akal bahkan pengurus asrama pun gak nyadar kalo Karang punya 'sisi lain'. Sebenernya susah sih kalau diliat secara nyata. Apalagi 'Karang' si alter ego itu cerdik dan licik jadi bisa dipastikan banyak orang mudah tertipu. Cuma ya... pasti pengurus asrama sadar kalo kadang 'aura' Karang beda.

--Kara itu gak suka banyak bicara kecuali dalam kondisi tertentu. Dia gak mudah emosi (lebih suka mendem emosinya). Cueknya gak tertolong (meski cepat tanggap kalo masalah siswi asrama putri) dia sama sekali gak peka. Sama kaya Aksatriya. Tipikal orang yang dingin di luar tapi hangat di dalam. Karang punya rasa hormat tersendiri buat orang-orang tertentu. Putih dan ketua asrama putri sebelum Putih contohnya. Suka menyiksa diri (dalam artian dia lebih suka ngambil alih kerjaan paling banyak dibanding ngeliat temennya kerepotan) selalu mementingkan tanggung jawabnya sebagai ketua ketertiban asrama putri dan merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu di asrama. Tidak suka bergantung pada seseorang--bahkan Samudra dan Sangkala--lebih suka mengerjakan segala sesuatunya sendirian jika merasa dia masih mampu melakukannya sendiri. Sangat tertutup--kecuali pada Sam dan Kala meski sesekali--bahkan pada Karya sekalipun Kara masih tertutup. Sisi sadisnya berkali lipat dari Karang, dan diliatin secara gamblang. Gak bisa bohong tapppi gak gampang dibohongin. Sekalinya bohong keliatan banget gelagatnya. Makannya dibandingkan bohong Kara lebih suka menghindar atau nggak jawab sama sekali. Kara gak suka rambutnya digerai, ribet soalnya. Ah. Rambut panjang Kara itu atas perintah nyonya besar--ibunya--makannya Kara gak berani motong pendek rambutnya--Kara suka rambut pendek kaya Sam omong-omong, dia bilang biar beneran jadi kembaran identik(mustahil karena mereka beda jenis kelamin). Gak bakal peduli sama siapapun yang sengaja bikin masalah buat Karang pribadi. Menurut Kara semua itu masuk list gak penting.

--Karang. Here we meet the alter ego. Cerdas, pinter manipulasi orang. Pembawaannya ringan gak kaku. Dia suka banyak bicara. Sering senyum. Terkesan ramah. Licik. Good lier. Pinter bikin poker face. Omongannya sering nusuk. Berkali lipat lebih sarkas dibandingkan Kara. Gak suka sama siswi asrama (tapi baik sama pengurus asrama putri. Contohnya pas liat Putih terluka) gampang ngeremehin orang (Karya orang pertama yang bisa dapet respect dari si alter ego ini). 100x lebih cuek dari Kara (kecuali yang berurusan sama Samudra, Sangkala dan baru-baru ini pengurus asrama putri) gak suka Bumi (Bumi bisa jadi ancaman dia karena super teliti). Suka bunga. Suka rambutnya digerai. Menghormati Samudra lebih dari siapapun. Gak bisa marah sama Sangkala terlebih Samudra. Cuma nurut sama omongan Samudra (baru-baru ini mulai nurut sama dokter Antari) dibandingkan mengorbankan diri sendiri, Karang lebih suka memanfaatkan sumberdaya yang ada. Pinter akting jadi gak heran sampe pengurus asrama putri dan Karya pun gak nyadar kalo Karang punya alter ego. Sisi sadisnya gak terlalu, dia lebih suka 'hitam dibalut putih' daripada 'putih berbalut hitam' pengendalian emosinya jelek. Karang sangat bergantung sama Samudra dan Sangkala--meski Kala gak suka dia sih-- dibandingkan Kara, Karang ini sedikit lebih terbuka. Gak suka ngebebanin diri. Marah kalo dibilang pendek, cebol, boncel atau sebangsanya. Jangan coba-coba nyari masalah pribadi sama Karang yang ini karena balasan dia bakalan lebih sadis dari apa yang dilakuin.

Contoh kasus

Kara--real Karang--

-- di gerbang sekolah satu siswi pingsan, Kara yang ngeliat bakal langsung gendong si siswi tanpa babibu--gak peduli kalau siswinya lebih tinggi dari dia--dan bawa si siswi ke klinik sekolah tanpa peduli diliatin sama siswa satu sekolah.

-- Kara gak bakal peduli sama siswi asrama yang sengaja menuhin loker sepatunya di asrama sama sampah, Kara paling cuma ngambil plastik terus buang sampahnya di tempat sampah.

-- Kara bakal langsung ngadepin siswi yang ketahuan ngebully siswi lain di sekolah (bullying salah satu pelanggaran berat di Swargaloka) ngancem sambil sengaja bikin geser tulang si pembully tanpa ngasih skorsing atau kartu merah (tapi cukup buat jera)

Karang--alter ego--

-- di gerbang sekolah satu siswi pingsan, Karang bakal jalan lurus (gak peduli) tapi karena pinter kamuflase, Karang bakalan nyari Samudra jadi bisa dipastikan, sebelum Karang pura-pura mau ngangkat siswi yang pingsan, Samudra langsung ngambil alih.

-- loker sepatu penuh sampah, Karang bakal buang sampahnya (sama kaya Kara) lalu Karang bakalan nyimpen kotak penuh cacing atau ulat atau pernah belatung di loker sepatunya (Karang pernah sengaja nyimpen ular mainan pas dia marah). Dan pas pagi-pagi siswi yang biasa buang sampah di loker Karang buka lokernya, otomatis si tersangka ngejerit ketakutan (pernah ada yang muntah-muntah dan langsung pingsan di tempat) dan Karang ketawa puas.

-- sebenernya Karang gak peduli liat pembullyan di depan matanya, tapi karena dia juga masih punya 'rasa' milik Kara, alih-alih langsung negur seperti biasa Kara, Karang bakalan nyari guru yang lewat atau pengurus osis dan sengaja ngeliatin mereka pembullyan tersebut. Akhirnya? Si pembully di skors bahkan ada yang sempat dapet 'kartu merah' (kartu yang bisa bikin siapapun angkat kaki dari perguruan Swargaloka kalo udah nyampe dapet 3 kartu merah)


26 Oktober 2018

Repost Juli.16.2020

AsmarandanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang