21. Chaos 5

112 11 0
                                        

Bergerak cepat. Selepas isya, semua penghuni asrama putra dan asrama putri berkumpul di tempat yang sama. Wali asrama sudah memberi izin maka hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum persidangan besar dimulai. Tidak ada yang tidak memasang wajah tegang sekaligus heran tatkala mereka semua berkumpul malam-malam di lapangan asrama. Puluhan praduga mencuat dari dalam kepala. Tubuh menegang. Berusaha keras menyingkirkan pikiran yang menyesatkan, jika kemungkinan mereka sendiri yang akan menjadi 'tersangka' dari persidangan besar-besaran ini. Tidak heran sih mengingat ini kali pertama diadakan sidang besar-besaran setelah tiga tahun berlalu tanpa sidang yang bisa membuat nyawa mereka terancam. Para pembuat onar saling sikut. Berusaha percaya jika bukan mereka target dari persidangan kali ini. Meyakinkan diri jika pelanggaran yang mereka lakukan tidak sefatal itu hingga harus disidang di persidangan ini. Siswa siswi kelas satu saling berbisik. Mencari tahu maksud dari persidangan  -hanya untuk menambah ketegangan saja- diam mematung saat menyadari bahaya besar yang mungkin sedang mengancam nyawa mereka di Swargaloka. Setidaknya mereka kembali diam meski dengan wajah pucat pasi. Tidak heran sebenarnya mengingat hanya kelas tiga saja yang pernah mengalami kejadian macam ini. ini kejadian pertama bagi murid kelas dua dan satu. Murid kelas tiga tidak banyak menggerutu. Hanya diam tenang meski sungguh mereka sangat tegang. Berusaha meyakinkan diri jika bukan anggota murid kelas tiga yang akan disidang. Ayolah... mereka hanya tinggal sebentar lagi hingga mendapat titel 'lulusan Perguruan Swargaloka' dan menjadi tersangka dari persidangan ini sungguh mimpi paling buruk di antara yang terburuk. Tentu mereka tidak akan pernah lupa bagaimana untuk pertama kalinya menyaksikan persidangan seperti ini tiga tahun lalu. Parah sekali. Mereka meski bukan tersangkanya bahkan seperti lupa bagaimana cara bernapas dengan baik dan sekarang mereka harus mengalaminya lagi diujung kelulusan mereka. Menyedihkan.

Tapi, para murid kelas tiga -khususnya pengurus asrama terdahulu- merasa jika pengurus asrama mereka kali ini sungguh berani untuk mengadakan persidangan dua asrama terlebih apa yang harus mereka persiapkan hingga persidangan seperti ini dapat diterima oleh semua pihak yang bertanggungjawab. Jangan kira jika melakukan persidangan macam ini sangat mudah.

Meh!

Mereka tahu bagaiamana sulitnya mendapat persetujuan dari kedua wali asrama belum lagi persetujuan dari seluruh pengurus asrama -baik putra maupun putri- hanya saja mereka penasaran pelanggaran macam apa yang mengakibatkan diadakannya persidangan ini saat justru mereka tahu jika sejak kepengurusan tahun ini, pengurus asrama baik asrama putra maupun asrama putri jarang sekali memberikan kartu pelanggaran pada pelanggar dan lebih memilih memberikan hukuman kedisiplinan daripada kartu pelanggaran. Jelas hal ini sangat mencolok. Menunjukkan jika apa pun yang dilakukan si tersangka merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerir lagi. Pelanggaran yang sangat berat. Hanya saja, mereka tidak akan mengira jika pelanggaran dari tersangka persidangan kali ini tidak akan pernah diberitahukan dengan pasti. Tidak akan ada satu pun yang buka suara soal pelanggaran tersebut. Duduk diam. Penuh bisikan. Tubuh kaku.

Aula dipenuhi bisikan khawatir. Praduga semakin tercipta. Saling menyikut satu sama lain. Saling berkomentar apa yang terjadi atau apa yang nanti akan terjadi, bahkan... saling mempertanyakan keberlangsungan kehidupan mereka di Perguruan Swargaloka setelah persidangan selesai. Jelas mereka semua tahu apa yang akan terjadi bagi siapa pun yang nanti akan menjadi tersangkanya. Hanya ada satu kemungkinan besar. Dikeluarkan dari asrama tanpa hormat lalu hanya menunggu waktu buat dikeluarkan dari sekolah -setelah mendapatkan semua persetujuan yang dibutuhkan- sungguhan perkara yang mengerikan. Hanya itu yang akan terjadi jika sampai memicu adanya persidangan besar seperti ini. Itulah kenapa sebisa mungkin tidak ada pelanggar yang ceroboh dan sebodoh itu membuat masalah serius di dalam asrama. Mereka tidak mau dikenal seluruh murid Swargaloka hanya untuk dikenang sebagai sosok yang menjadi tersangka persidangan dua asrama yang jarang sekali terjadi dan dikeluarkan dari asrama.

AsmarandanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang