🎎Empress Bae

933 130 16
                                    

ChanRene!

Ayo readers ku tersayang, kita intip dewa api yang lagi mandi hehe

Happy reading!

-

Dewa Chanyeol membasuh tubuhnya yang kekar dengan gerakan teramat pelan, diperhatikan lebih lanjut dari sorot iris kelamnya hanya terpancar kosong, merenung di pemandiannya, tidak seperti biasa ia memerintah beberapa dayang untuk menemaninya mandi. Namun kali ini dewa penguasa elemen api tidak ingin ditemani siapapun. Kesendirian dan ketenangan membuat suasana sendu semakin memeluk perasaannya.

"Permaisuriku..." Merintih-kembali. Seandainya saja sang permaisuri sudah berada di depan mata, pemandian dan seluruhnya akan Dewa Chanyeol serahkan. Membayangkan ia dan permaisurinya tidur dan terbangun di satu ranjang yang sama lalu melanjutkan pergumulan di pemandian ini.

Bulan sudah menampakkan tanda-tanda gerhana yang unik. Super Blue Blood Moon, demikian namanya. Di belahan bumi, fenomena alam yang langka ini disambut dengan sukacita dan ditunggu-tunggu oleh berbagai kalangan.

Setelah melewati satu hari sejak gerhana bulan langka itu terjadi. Di istana taman langit, Dewa Api merasa gusar dan diliputi gelisah. Dewa Chanyeol sudah menunggu sekian lama, dan ia masih bersabar menunggu di singgasananya menanti sosok permaisuri yang dikatakan akan datang setelah terjadinya gerhana bulan. Tidak ada yang mengerti bagaimana menggambarkan betapa tersiksanya malam demi malam Sang Dewa terasa membeku hanya dilayani dengan para dayang-dayang.

Di negeri kayangan ini-demikian disebut-Dewa Chanyeol tidaklah sendiri. Bersama dua saudaranya yang juga dianugerahi ketampanan luar biasa mengatur alam dengan elemen yang berbeda.

Adalah Dewa bungsu yakni Dewa Sehun sang penguasa elemen angin yang selalu terlihat tenang dengan senyum tipis sebagai ciri khas. Kakak tertua bernama Dewa Habaek, dewa penguasa elemen air yang setiap saat berbahagia di ranjangnya bersama Permaisuri So Ah, satu-satunya hal yang tidak dimiliki Dewa Chanyeol sehingga membuatnya menjadi iri.

"Hrrgggh" Lampiaskan gusar dengan pergerakan tangan, pergolakan air dari permukaan mengenai wajah tampannya. Dewa Chanyeol menyudahi acara mandi dengan meninggalkan garis muram. Kaki-kaki jenjangnya berbalik menapak kembali, secara ajaib cahaya keemasan menyelimuti setiap langkah membentuk jalinan benang-benang marun yang terus menyebar hingga ke seluruh tubuh hingga tubuh polos kekar sang Dewa Api terbalut jubah kebesarannya.

"Yang Mulia Chanyeol-nim."

Para dayang bersimpuh memberi hormat mempersilahkan Dewa Chanyeol untuk duduk di singgasana khusus yang dihadapkan pada sebuah cermin. Menampakkan kegagahan dari keseluruhan tubuhnya.

Dewa Chanyeol selalu mengagumi keindahan yang semua sudah ia miliki. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, dada bidang, paras simetris-sungguh proporsi ketampanan yang sempurna. Wujud Dewa Chanyeol adalah layaknya pemuda manusia berusia 25 tahunan, anugerah kehidupan selama ratusan tahun tidak menjadikan Dewa Chanyeol terkikis usia sesungguhnya. Setiap jengkal tubuh yang ia miliki adalah keabadian mutlak. Oleh karena itu, setiap hari Dewa Chanyeol hanya akan berdecak bangga memuji penampilan yang nyaris tak bercela. Hanya saja saat ini yang tampak tak lain ialah wajah muram tanpa ada sedikitpun kesan ramah disana.

"Sisirku-"

"Yee.. Chanyeol-nim"

Dayang pun mengulurkan sisir emas kesukaan Dewa Chanyeol seperti yang diminta.

Seperti kebiasaannya untuk menyanggul rambut panjangnya sendiri, Dewa Chanyeol mulai menyapukan helai demi helai surai kelamnya. Dewa Chanyeol selalu terlihat mempesona, bahkan ketika suasanya hatinya memburuk sekalipun, meski wajahnya berselimut muram, Dewa Chanyeol tidak pernah gagal membuat para dayang berani mengintip demi menikmati ketampanan hakiki sang dewa api.

Dewa Chanyeol terus menyapukan pelan surai lembutnya yang terurai-masih dengan tatapan kosong hingga-

TAK!

Setiap pasang mata di ruangan Dewa Chanyeol terbelalak terkejut, tak terkecuali Dewa Chanyeol sendiri menghela nafas tertahan, kelopak mata terkatup sejenak menatap tajam pada gerigi sisirnya yang kini patah menjadi dua. Bagaimana bisa- ditatapnya nyalang ke arah para dayang-dayang yang bersujud bersimpuh di kakinya. Garis rahang Dewa Chanyeol yang mengeras telah membuat bulu kuduk para dayang meremang kaku.

"Dayang Ju!"

"Yeee, Yang Mulia Chanyeol-nim. Maafkan keteledoran hamba Chanyeol-nim!" Dayang Ju memekik pilu-nyaris menangis memungut kembali sisir emas Dewa Chanyeol yang telah berakhir tergeletak dari tangan sang Dewa.

"ARRGHH Lebih baik kalian semua pergilah dan tinggalkan aku sendiri!"

Dewa Chanyeol menghentak kakinya dan berdiri dengan helaan nafas kasar. Para dayang terlalu terkejut karenanya, raga Dewa Chanyeol yang kemudian menghilang meninggalkan aroma wangi maskulin khas para dewa.

"Dayang Ju! Jangan menangis!" Dayang Eun menghambur memeluk Dayang Ju yang menatap nanar dua belah sisir emas Sang Dewa Api yang telah patah.

"Dayang Eun! hiks. Aku teledor tidak memeriksa sisir ini terlebih dulu. Aku justru membuat Dewa Api semakin marah"

"Tidak Dayang Ju, ini bukan salahmu" Satu persatu para dayang menenangkan Dayang Ju yang masih terkejut dan terlihat sekali suasana hati sang Dewa Api turut mempengaruhi perasaannya.

"Kenapa Dewa Api seperti itu, eonni. Itu membuatku sangat takut." Dayang Kim mengeluarkan pendapatnya, semua dayang mengangguk setuju karena mereka pun merasakan hal yang sama.

"Apa Chanyeol-nim membenci kita Dayang Ju?"

"Iya Dayang Ju? Bukankah telihat sekali Chanyeol-nim membenci keberadaan kita?"

Dayang Ju menghusap cepat bulir air mata di pipinya sembari menggeleng pelan. "Tidak, Chanyeol-nim tidak membenci kita. Percayalah, Dewa Api hanya sedang tidak tenang karena menunggu calon permaisurinya."

Dayang-dayang tertegun mendengar tutur kata lembut yang terucap dari Dayang Ju tak pernah lepas dari senyum menenangkan.

"Oh! Dayang Bae Ju Hyun! Kau baik sekali. Kau masih bisa bersabar dan berdiri di hadapan Dewa Api untuk melindungi kami" Puji Dayang Ko dengan setetes air mata haru merengkuh Dayang Ju sebagai rasa kagum sekaligus ucapan terimakasih.

-

-

NOTES :

Hayoo kemarin siapa yang udah ngira Dayang Ju adalah.... Kejawab sudah yaa.

Dewa Api seremm, marah-marah ganteng mulu. Bakal gimana nih kelanjutannya?

Yass, aku senang sekali sama responnya kemarin. Jangan kapok ngevote dan komen yaa, kan jadi bikin aku semangat buat ngelanjutin!

So, aku mau liat responnya buat Empress Bae cake ini. Yuk-yuk vote dan ngobrol di bawah

𝗦𝗵𝗼𝗿𝘁 𝗖𝗮𝗸𝗲 • 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑅𝑒𝑛𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang