Vera terkejut melihat Alya yang terburu-buru keluar dari kamar Ian. Vera melihat tangan gadis itu terus saja mengusap-usap air matanya yang menetes.
Vera memasuki kamar Ian, ia melihat lelaki itu masih duduk di tempat yang sama sambil menatap telapak tangan kanannya yang diperban.
"Alya kenapa?" ucap Vera berhati-hati.
"Gue nyerah Ver" ucap Ian pelan dengan suara seraknya. Vera terkejut mendengar jawaban dari Ian.
"Perjuangan lo selama 4 tahun ini? Haruskah berakhir dengan sia-sia?"
"Gue harus nunggu apa lagi Ver!?" ucap Ian sambil menatap lekat mata gadis itu.
Vera menghembuskan nafasnya kasar.
"Lo harus bangkit Yan!" ucap Vera sambil memegangi bahu lelaki itu yang dibalas hanya anggukan lemah oleh Ian.
----------
Alya merasa sangat tak bersemangat hari ini, sama seperti hari-hari biasanya. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dirinya.
Ketika jam istirahat tiba, Alya memilih untuk pergi menuju perpustakaan, membiarkan Ica pergi bersama Tiara dan yang lainnya. Alya memilih untuk membaca novel saja disana.
Rasanya menyakitkan..
Perasaan aneh yang menyiksaku ketika kamu memilih pergi.
Rasanya, ada separuh jiwaku yang hilang. Tak terlalu bersemangat menjalani hari-hariku seperti biasanya.Aku masih bisa bernafas..
Namun tak selega saat kamu ada.
Aku masih bisa tertawa..
Namun tak seceria saat kita bercanda.
Begini kah ketika hal yang ku inginkan kamu kabulkan? Ketika keinginanku agar kamu pergi kamu lakukan?Rasanya Hampa..
Alya menarik nafas berat dan menghembuskannya perlahan. Alya menutup Novel yang sedari ia baca.
Disini sunyi. Hanya ada penjaga perpustakaan dan beberapa anak saja yang sedang asik membaca atau mengerjakan tugas.Sudah tak ada lagi yang memberikan Jus Alpukat ketika istirahat tiba. Sudah tak ada lagi sesosok pria yang membuatnya kesal setiap harinya.
Alya tau, Ian sedang merasa kehilangan karena ditinggal oleh perempuan yang sangat dicintainya. Hanum. Tapi hanya itukah?
Jika memang itu alasan Ian menjauhinya. Tapi haruskah selama ini?
2 minggu lebih Ian tak menganggunya lagi. Alya kadang merasa Ian sudah berubah total. Alya kadang merasa sudah tak mengenali lagi sosok lelaki itu. Ian selalu bersama-sama dengan Vera dan Rico. Sosok Ian yang berantakan. Bajunya tak pernah dimasukkan. Tak pernah lagi mengikuti upacara setiap hari senin. Sering bolos pelajaran. Bahkan lebih parah! Ian selalu memanjat gerbang untuk keluar dari sekolah ketika jam pelajaran tiba bersama sahabatnya, Vera.
Pernah suatu hari Alya bertanya pada Rico sebab kenapa Ian berubah.
"Duh sorry Al, gue gak tau apa-apa. Si Ian udah gak pernah lagi cerita tentang lo."
Tentu saja sangat menyakitkan bagi Alya mengetahui kalau Ian sudah benar-benar tak mengingatnya lagi.
Atau kadang Alya selalu mencoba berbicara dengan Tiara dan Ica, bercerita tentang sikap Ian yang berubah padanya.
"Bukannya itu yang lo mau! Ian ngejauhin lo dan gak peduli sama lo!" Ucap Tiara menjawab pertanyaannya.
Alya bangkit dari duduknya menuju keluar perpustakaan. Alya melirik jam tangannya, bel masuk ternyata masih lama.
Alya berjalan menuju kantin, memilih ikut bergabung bersama Tiara dan Ica yang ia yakini ada disana. Benar saja! Tiara dan Ica berada disana. Alya duduk di sebelah Ica menghadap Tiara yang sedang asik memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Buat IAN [Completed]✔
Teen Fiction•Highest Rank #634 Teen Fiction (20 Mei 2018) "Gue kangen sama lo, gue kangen sama chat gak penting dari lo, gue kangen sama cokelat yang biasa lo kasih ke gue, gue kangen sama bunga yang biasa lo kasih ke gue! Gue gak suka cokelat pemberian cowok l...