48. Don't Cry

6.2K 418 40
                                    


Maaf banget baru bisa update🙏 maaf banget udah bikin kalian gak sabar buat liat kelanjutannya.

Oke, gak usah lama-lama..

Happy reading gaes👇

---------

"Mau ngajak Ghea dinner ya?" Goda Henrietta melihat lelaki dengan pakaian rapih yang duduk di seberangnya.

Dennis tertawa kecil dan mengangguk.

"Tunggu ya, bunda panggilin Gheanya dulu"

"Iya bunda" jawab Dennis lembut.

Henrietta beranjak menuju ke lantai atas untuk memanggil putrinya. Namun ketika melihat Alya sedang tertidur pulas di sofa, Henrietta mengurungkan niatnya untuk membangunkan Alya karena gadis itu terlihat sangat lelah.

Dennis yang melihat Henrietta kembali tanpa seseorang yang ia cari pun merasa bingung.

"Duh maaf nih, Dennis. Gheanya udah tidur"

Raut wajah Dennis seolah kecewa. Dennis melirik jam tangannya. Masih pukul tujuh malam. Dengan nafas berat Dennis memilih berdiri dan berpamit untuk pulang.

"Yaudah bunda gak apa-apa, mungkin Alya kecapek'an"

"Maaf ya Dennis" ujar Henrietta tak enak hati.

"Iya bunda. Dennis pulang dulu ya bun, besok pagi Dennis kesini lagi"

Dennis meraih tangan kanan Henrietta dan bersalaman lalu pergi.

Sepergi Dennis, Henrietta memilih untuk kembali melanjutkan menonton film kesukaannya di televisi.

Namun belum lama, Henrietta kembali mendengus sebal dengan suara bel rumah yang kembali berbunyi.

Dengan langkah berat Henrietta kembali membuka pintu rumahnya. "Iya kenapa lagi Denn...."

Suara Henrietta terhenti ketika melihat sosok lelaki yang ada di depannya. Laki-laki muda dengan paras tampan, mengenakkan celana hitam dan pakaian formal. Lelaki yang dulu selalu membantunya memasak, bercanda, memberikan makanan ringan, selalu mencoba mencuri hatinya untuk mendapatkan cinta putri satu-satunya.

"Selamat malam, bunda.." Sapa lelaki tersebut dengan senyuman yang manis.

Henrietta masih terdiam seolah tak percaya. "Ian..?"

Ian mengangguk mantap. Melihat jawaban laki-laki itu membuat Henrietta langsung mendekap tubuh Ian.

"Kamu kemana aja nak?"

Ian tersenyum sembari mengusap-usap punggung Henrietta.

Bukan cuma Alya yang rindu. Bunda juga rindu sama Ian..

Henrietta menghapus air mata yang berada di sudut matanya. Lalu menyuruh Ian untuk masuk.

"Ayo masuk.. Bunda panggilin Alya"

Ian mengangguk mengikuti langkah perempuan itu. Ian melihat sekeliling rumah yang sudah lama tak di kunjunginya. Semuanya masih sama. Benda-benda yang dulu sering Ian lihat masih terpampang jelas di sana. Tak terlalu banyak yang berubah.

Henrietta menyuruh Ian untuk duduk di sofa. Di ikuti Henrietta yang juga duduk di depan Ian menghadap lelaki tersebut.

"Ian mau minum apa?" Bak seorang Ibu yang rindu dengan anaknya yang lama tak jumpa. Entah perasaan sedih atau gembira Henrietta dapat melihat Ian kembali. Ian sudah seperti anaknya sendiri. Atau.. Calon menantu.

"Gak usah repot-repot bunda.. Ian cuma mau ngomong sesuatu"

"Sama Alya?"

Ian menggeleng. "Sama bunda"

Sayang Buat IAN [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang