"Gue Vera" ujar Vera sambil menjulurkan tangan kanannya.
Lelaki itu hanya diam sambil mengangkat sebelah alisnya.
Vera mengerutkan keningnya dan melirik tangannya yang belum juga di balas.
"Daniel"
Ujar lelaki tersebut singkat sambil berlalu pergi meninggalkan Vera yang masih terdiam mematung di sana.
Vera menatap tangannya lalu menurunkannya. Vera menoleh ke belakang menatap Daniel yang mulai menjauh meninggalkan Cafe.
"Itu manusia apa es sih dingin banget dih!?" ujar Vera kesal pada dirinya sendiri.
"Ganteng-ganteng kok jual mahal!"
"Gue tampol mukanya baru tau rasa lo!"
Vera tak berhenti mengoceh sendiri sambil berjalan untuk membayar makanan yang ia beli.
Namun, fikirannya masih tertuju kepada lelaki tadi, Vera seperti pernah melihatnya jauh sebelum ia bertemu Daniel saat di jalan waktu itu. Namun entah dimana Vera tak ingat.
"Muka pasaran tuh orang!" Pekik Vera dalam hati.
----------
"Mampir dulu ya?" Tanya Ian pada Alya yang berada di belakangnya.
"Kemana?" Tanya gadis itu pula di telinga Ian.
"Sebentar aja. Mau ngenalin elo sama mau nepatin janji juga"
"Sama siapa?" tanya Alya heran.
Ian terdiam sambil terus menatap lurus dan tetap berkonsentrasi mengendarai motornya. Ian menarik nafasnya dalam.
"Sama mamah" jawab Ian pelan namun dapat terdengar di telinga gadis itu. Alya mengerutkan keningnya bingung tak mengerti.
Alya tak banyak bertanya lagi. Gadis itu memilih diam saja dan menganggukan kepalanya. Alya semakin mengeratkan pegangannya di sisi baju milik lelaki tersebut. Tak beberapa lama, Ian membelokkan motornya ke sebuah Pemakaman Umum.
Alya turun dari motor tersebut dan melepaskan helmnya. Ian menggenggam tangan gadis tersebut dan menuntunnya agar Alya mengikutinya.
Langkah Alya terhenti ketika sampai ke sebuah makam yang bertuliskan nama Hanum di sana. Ian berjongkok disamping makam tersebut begitupun Alya.
"Ian dateng mah" ujar Ian pelan.
Alya masih terdiam sambil menatap lelaki tersebut dan mengelus punggung Ian. Alya tau, Ian sedang menahan sebuah kesedihan di dalam hatinya.
"Ian mau nepatin janji Ian buat mamah"
"Ian mau ngenalin cewek yang Ian suka"
"Kali ini dia gak nolak mah" ujar Ian sambil sedikit tersenyum meski menahan sesak di dadanya seolah Ian sedang berbicara dengan Hanum.
"Mamah ku Ghe" ucap Ian pada Alya.
Alya mengangguk pelan "Iya Ian" jawab gadis itu.
"Kamu jangan cemburu ya"
"Cemburu ke siapa?" tanya Alya tak mengerti.
"Ke mamah" jawab Ian sambil tersenyum.
"Perempuan yang aku sayang selain kamu"
Alya terdiam sejenak lalu tersenyum. Alya menganggukan kepalanya singkat.
Setelah beberapa lama, Ian dan Alya bangkit beranjak untuk segera pulang karena hari sudah semakin sore.
Selama di perjalanan, ntah mengapa ada rasa yang aneh di hati Alya. Alya merasa menyesal dulu ia tak pernah mau ketika Ian selalu mengajaknya untuk bertemu mamahnya Ian. Kini, ketika Alya sudah mau, namun hanya makam yang dapat ia lihat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Buat IAN [Completed]✔
Teen Fiction•Highest Rank #634 Teen Fiction (20 Mei 2018) "Gue kangen sama lo, gue kangen sama chat gak penting dari lo, gue kangen sama cokelat yang biasa lo kasih ke gue, gue kangen sama bunga yang biasa lo kasih ke gue! Gue gak suka cokelat pemberian cowok l...