39. Makan malem?

4.9K 320 10
                                    

"Nyosor teruuussss" Rico berjalan santai memasuki kamar Ian sedangkan lelaki itu hanya berdecak sebal.

"Seharusnya tadi gue vidioin ya biar mantep"

Pletak!

Ian menjitak kepala Rico sedikit keras membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Itu mulut kalo ngomong bibir lo maju-maju gitu pengen banget gue tampol"

Rico melirik Ian sinis dan mulai menyalakan laptop milik Ian.

"Ian.." Panggil Rico.

"Lo pas nembak Alya gimana?"

Ian mengangkat sebelah alisnya "gimana apanya?"

"Ngomongnya, gimana?"

"Pake jampi-jampi"

Rico menoleh ke arah Ian yang sedang sibuk mengganti baju. "Serius lo!?"

"Ya nggak lah" jawab Ian sambil terbahak-bahak.

"Ya gue nyatain perasaan apa yang gue rasain lah" lanjut Ian melihat Rico yang terdiam menatapnya tajam.

"Terus terus?"

"Yaudah"

Rico berdecak sebal kemudian kembali fokus pada laptop milik Ian.

"Mau nembak siapa?" Tanya Ian heran.

"Ya mati lah kalo di tembak"

Ian membuang nafasnya kasar dan mulai memakai topi miliknya.

"Terserah deh! Gue mau nganterin Ghea pulang dulu. Lo jadi nginep kan?"

Rico mengangguk cepat. "Liat apaan si loh"

"Vidio" jawab Rico.

"Dih kena azab mampus lo"

"Itu otak lo mesum terus ya!" Pekik Rico.

Ian tertawa kemudian berlalu pergi dari sana "jaga apartemen gue ya"

"Yoi!" Jawab Rico santai sambil menggerakan jarinya di atas keyboard.

-Cara nembak cewek biar di terima-


-----------

Selesai makan dengan Ian dan Rico, Alya berniat untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Alya menunggu Ian yang sedang mengganti bajunya sembari memainkan ponselnya.

"Yuk beb" ujar Ian yang tiba-tiba datang dari arah kamar.

Alya mengangguk kemudian beranjak pergi dari apartemen milik lelaki itu.

Di dalam mobil, mereka berdua hanya diam. Alya yang hanya memandangi pemandangan melalui kaca jendela dan Ian yang sibuk menyetir mobil.

"Ghe.." Panggil Ian lembut.

Alya menoleh ke arah Ian "ya?"

"Maaf ya soal tadi" lanjut Ian sambil sesekali menatap wajah gadis itu.

Alya merasa pipinya merona sekarang mengingat tindakan Ian di dapur.

"Gue hampir kelewatan. Sorry ya?"

"Ian gue malu.. Gausah di inget lagi ah" ujar Alya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya menyembunyikan pipinya yang seperti kepiting rebus sekarang.

Ian mengangguk kemudian tersenyum dan kembali fokus menyetir mobilnya.

Suasana di dalam mobil kembali hening. Ian tersenyum melihat Alya berkali-kali menahan mulutnya ketika gadis itu menguap.

Sayang Buat IAN [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang