Daniel duduk di sebuah cafe yang sering ia kunjungi sambil menyeruput secangkir cokelat hangat dan tersenyum menatap ke arah jendela yang mulai basah terkena percikan air hujan.
Rasanya, sunyi sudah sedikit pudar dari kehidupannya. Jam masih menunjukan pukul tujuh malam. Lelaki itu memang sengaja pulang lebih awal.
Daniel tak menyadari seseorang yang mulai duduk di depan menghadapnya. Mengenakan jaket berwarna abu-abu yang sedikit basah.
"Ekhem!"
Daniel menoleh ke arah suara tersebut. Sedikit kaget melihat seorang gadis yang langsung tersenyum lebar menatapnya. Rambut cokelatnya yang di kuncir. Dengan memakai celana jeans hitam yang di bagian lututnya sobek. Tentu saja, Vera.
"Ketemu lagi rupanya ya" ujar gadis itu sembari menyenderkan punggungnya di kursi.
Daniel masih terdiam menatap gadis itu tajam.
"Siapa itu nama lo? Deni?"
Daniel mendengus sebal "Daniel!"
"Ah ya tuan Daniel yang tampan" ujar Vera sambil tertawa.
"Ini kali ke empat kita bertemu ya?" lanjut Vera.
"Pertama di pemakaman. Ketiganya kebetulan"
"Jangan jangan kitaaaaaaaa" Vera mendekatkan wajahnya ke arah lelaki itu.
Vera berdecak sebal. Daniel masih terus menatapnya tajam tak bersuara, bahkan sama sekali tak berkedip ketika wajah Vera mendekat ke arahnya.
Vera kembali menjauhkan wajahnya kesal "jodoh" ujar Vera santai sambil kembali tersenyum manis.
"Aminin kek"
"Saya gak kenal sama kamu ya" suara Daniel terdengar menyeramkan. Sangat dingin.
"Kita kan waktu itu udah kenalan isshh! Nama gue Vera, nama lo Deni!"
Daniel kembali berdecak kembali menatap Vera lebih tajam.
"Di luar dingin. Tapi ternyata sikap lo lebih dingin daripada cuaca saat hujan ya?"
"Kalo cuaca dingin, gue bisa pake jaket" Vera memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket miliknya.
"Kalo sikap lo dingin gue bisa apa ya?" lanjut gadis itu.
"Lo bisa diem!" ujar Daniel tajam.
"Ah gue tau!" ujar Vera bersemangat.
Daniel menaikkan sebelah alisnya tak mengerti melihat Vera yang tiba-tiba meraih ponsel miliknya di atas meja. Gadis itu tersenyum lebar lalu mengotak atik ponsel miliknya menyadari bahwa ponsel Daniel tidak memakai password.
"Kamu jangan lancang ya!" Daniel meninggikan suaranya dan merebut ponsel miliknya yang berada di genggaman gadis itu.
Vera tak peduli akan ucapan Daniel lalu tersenyum lebar. Vera menunjukan layar ponsel miliknya sendiri ke arah Daniel.
"Gue udah dapet nomer lo. Dan lo juga udah dapet nomer gue. Jangan lupa di save ya" ujar Vera tersenyum.
"Nama lo di kontak gue apa ya?" lanjut Vera bertanya.
"My Ice CEO hahaahahaha"
Tawa Vera terhenti melihat Daniel yang hanya diam sedang menahan amarah.
"Oke oke.. Gue minta maaf soal kelancangan gue tadi. Tapi itu cara gue" Vera menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Berusaha bikin kutub utara mencair" lanjut Vera tertawa.
Daniel merasa risih dengan gadis gila di depannya yang tak henti mengoceh sedari tadi. Ingin rasanya Daniel menjambak rambut gadis itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Buat IAN [Completed]✔
Teen Fiction•Highest Rank #634 Teen Fiction (20 Mei 2018) "Gue kangen sama lo, gue kangen sama chat gak penting dari lo, gue kangen sama cokelat yang biasa lo kasih ke gue, gue kangen sama bunga yang biasa lo kasih ke gue! Gue gak suka cokelat pemberian cowok l...