Alya memakan kentang goreng dengan lahap di kantin. Ditemani dengan kedua sahabatnya, Tiara dan Ica.
Liburan telah berakhir sejak dua minggu yang lalu. Namun gadis itu masih tak pernah melihat wajah lelaki yang selama ini ia rindu.
"Al, hubungan lo sama Ian baik-baik aja kan?"
Alya tersedak dan langsung meminum air mineral yang ada di depannya.
"Eh baik-baik aja kok Ca" jawab Alya sambil tersenyum kikuk.
"Bagus deh"
"Takut lo berdua ada masalah gue" lanjut Ica sambil terus menyantap batagor miliknya.
Alya mengerutkan dahinya tak paham dengan ucapan sahabatnya itu. "Kenapa?"
"Ntar si Ian malah di tikung sama nih bocah" jawab Ica santai sambil menunjuk ke arah Tiara yang sedang meminum jus jeruk miliknya.
Tiara memelototkan matanya ke arah Ica "sembarangan lo kalo ngomong!"
"Kali aja" jawab Ica enteng sambil tertawa.
"Udah insap gue! Dih dih jangan percaya Al gak gitu kok gue mah. Lo jangan percaya sama si Ica. Musyrik!"
Alya hanya tertawa pelan.
"Lo mah gitu ah Ca!" kesal Tiara.
"Iya iya ah maap elaahh becanda gue"
"Gue kan udah tobat" Tiara mengerucutkan bibirnya dan masih menatap Ica kesal.
"Tapi kok gue gak pernah liat-liat Ian ya Al?" tanya Ica pada Alya penasaran yang dibalas hanya gelengan kepala oleh gadis itu.
"Kangen gue"
"Kangen sama Ian?" tanya Tiara sedikit tak percaya pada ucapan Ica.
"Ishh! Kangen di traktir cilok sama itu bocah maksudnya"
Tiara ber-OH ria sambil tertawa begitupun Alya. Alya menarik nafasnya dalam menahan sesak yang kembali menyelimuti dada. Bukan hanya Ica yang merasa rindu terhadap lelaki itu. Namun juga Alya. Yang rindu dengan ocehan tak jelas dari Ian atau kata-kata gombal yang sering ia dapat dari lelaki tersebut.
"Ian kemana? Dicariin sama Ghea. Kangen katanya"
----------
Ian meraih ponselnya yang berdering menandakan terdapat panggilan masuk di sana. Ian tersenyum melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ian segera mengangkat panggilan tersebut.
"Cewek lo sehat" ujar seorang lelaki di seberang sana.
Ian mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.
"Dia gak se'murung waktu itu. Udah baikan"
Ian diam terus mencerna ucapan lelaki di seberang sana. Membayangkan sedang apa gadis yang ia rindukan selama ini.
Setelah kejadian di Rumah Sakit, tentu saja Ian merasa sakit dan tak tau harus melakukan apa. Namun tetap saja, seberapa rasa kecewanya ia ketika tau Alya dengan mudah berkata seperti itu, rasa Rindu lebih kuat daripada rasa apa pun di hatinya.
Setiap hari Ian selalu menyuruh Rico untuk memastikan dan menjaga gadis itu agar tetap baik-baik saja selama Ian jauh darinya. Hanya Rico yang mengetahui bagaimana hubungan mereka. Sebenarnya Ian enggan bercerita, namun ternyata Rico memahami apa yang ia rasa. Rico bersedia membantu mencari jalan yang terbaik untuk Ian dan Alya agar hubungan mereka tetap baik-baik saja. Rico juga sebenarnya sempat terkejut mendengar penuturan Ian bahwa Vera selama ini menyukai lelaki itu.
Setiap saat Rico selalu menelponnya. Bertanya tentang kondisi Vera atau memberi tau bagaimana keadaan Alya di Indonesia.
Rico selalu menuruti apa yang Ian perintahkan. Memberikan gadis itu cokelat, sepucuk mawar dan jus alpukat. Atau mengikuti kemana gadis itu pergi. Seperti saat Rico bertemu Alya di mall. Saat itu sebenarnya Rico sama sekali tak mengantarkan orang tuanya berbelanja. Ia memang sengaja mengikuti gadis itu di sana setelah selama dua minggu liburan Alya sama sekali tak keluar dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Buat IAN [Completed]✔
Teen Fiction•Highest Rank #634 Teen Fiction (20 Mei 2018) "Gue kangen sama lo, gue kangen sama chat gak penting dari lo, gue kangen sama cokelat yang biasa lo kasih ke gue, gue kangen sama bunga yang biasa lo kasih ke gue! Gue gak suka cokelat pemberian cowok l...