Ian berlari disusul dengan Alya di belakangnya. Setelah mendapat telepon dari Rico, Ian dan Alya segera menuju Rumah Sakit yang Rico katakan.
Lelaki itu dapat melihat Rico dan kedua orang tua Vera yang sedang menangis di depan ruang operasi. Rico bangkit dari duduknya dan melihat Ian yang sedang cemas menghampirinya.
"Yan.." panggil Rico pelan.
"Vera Ric! Vera mana!?" tanya Ian dengan cemas yang dibalas hanya gelengan oleh lelaki tersebut.
"Ini salahmu! Anak ku jadi begini semua salah kamu!" Teriak seorang wanita histeris pada pria yang sedang duduk tanpa membuka suara sama sekali.
"Kalo terjadi apa-apa sama anak kita, aku gak bakal segan-segan bunuh kamu mas!"
"Kalo kamu gak nampar dia, Vera gak bakal jadi kayak gini mas!!"
Ian menoleh ke arah kedua orang tersebut. Ian memgepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Alya sendiri takut melihat wajah Ian yang sedang berusaha menahan emosinya yang akan meledak. Ingin sekali rasanya Ian marah pada lelaki yang berani menampar sahabatnya. Ingin sekali Ian menampar balik lelaki tersebut. Namun Ian sadar, ia tak ada hak untuk itu. Kalau saja Ian tak menghormati lelaki tersebut sebagai orang tua sahabatnya, Ian tak akan segan-segan menghabisi pria itu.
Alya mengelus punggung Ian lembut. Sedangkan Rico kembali duduk sambil kepalanya yang terus tertunduk memikirkan apakah sahabatnya baik-baik saja.
"Gimana bisa begini Ric?" tanya Ian sambil menatap Rico tajam.
Rico menggeleng lemah. "Gue takut Ian"
"Gue takut Vera kenapa-napa" lanjut Rico. Lelaki itu sudah tak bisa lagi menahan tangisnya. Rico menangis dengan matanya yang ia tutupi dengan kedua tangannya. Ian merasa sakit melihat sahabatnya seperti ini.
---------
Vera terus menangis terisak. Bajunya yang putih sudah mulai ternoda akibat darah yang tak mau berhenti keluar dari hidungnya. Vera terus melajukan kecepatan motornya hingga pada sebuah belokkan Vera tak menyadari terdapat mobil yang melaju kencang juga dari arah depan.
Seketika saat itu, motornya bertabrakan dengan mobil tersebut hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Vera terpental dan terseret jauh dari motornya ke tengah jalan raya. Tubuhnya terus terguling, tangan dan kakinya mulai lecet mengeluarkan darah dan kepalanya terbentur keras mengenai aspal jalanan. Mobil yang tak jauh dari tempat kejadian tersebut yang sedang melaju kencang pula menabrak dan melindas bagian kaki gadis tersebut yang tergeletak lemah. Vera merasakan kesakitan yang teramat sangat di sana, Vera merasa seolah tulang-tulang kakinya remuk dan bagian kepalanya terasa pecah. Vera ingin berteriak namun ia tak berdaya. Seketika, semuanya mulai terasa gelap.
----------
Setelah mengantarkan Alya pulang, Ian kembali lagi ke Rumah Sakit memastikan apakah sahabatnya sudah lebih baik setelah di oprasi. Ian, Rico, dan Alya merasa sangat kaget ketika mendengar penjelasan orang tua Vera setelah mendengar perkataan Dokter di ruangannya.
Alya menutup mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya, sedangkan Ian langsung duduk lemas seolah merasa bingung apa yang akan terjadi nanti. Ian melihat Rico yang kembali menangis serta kedua orang tua Vera menangis pula dan tak henti-hentinya saling menyalahkan.
Hatinya merasa sangat takut. Takut kehilangan sahabat perempuan yang sangat ia sayang tersebut. Ian merasa hatinya teriris pedih, memikirkan bagaimana nasib sahabatnya nanti.
Ketika di depan ruangan dimana Vera dirawat. Entah mengapa Ian menghentikan langkahnya berdiri sejenak menatap pintu tersebut. Ian merasa sangat resah seakan ada hal buruk yang akan menimpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Buat IAN [Completed]✔
Teen Fiction•Highest Rank #634 Teen Fiction (20 Mei 2018) "Gue kangen sama lo, gue kangen sama chat gak penting dari lo, gue kangen sama cokelat yang biasa lo kasih ke gue, gue kangen sama bunga yang biasa lo kasih ke gue! Gue gak suka cokelat pemberian cowok l...