40. Ingkar Janji

5K 317 10
                                    

Sorot mata tajam di balik kacamata hitam itu masih terus menatap lurus ke depan. Memandang sebuah hal yang memilukan. Gerimis masih saja terus menemani.

Laki-laki malang..

Bahkan ketika nafasnya sudah berhenti berhembus, tak ada yang benar-benar tulus menyayanginya. Tak ada air mata yang menemani kepergiannya.

Cihh!

Angin masih terus berhembus kencang menggoyangkan setiap helai rambut pria itu. Tangannya mengepal kuat. Mengingat perlakuan yang menyakitkan hati seseorang oleh pria itu.

Tanah yang sudah menutup sepenuhnya tubuh pria itu, dengan bunga yang menghiasi di atasnya. Namun seketika hatinya sedikit terenyuh melihat kenyataan yang ada, tak satu pun wanita dari banyaknya wanita simpanannya yang datang ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Perlahan, Ian mulai menekuk kakinya meraih nisan dengan tangan kanannya, meraba setiap ukiran nama yang tertera disana. Kevin Argio.

Daniel yang sedari tadi berdiri di samping adiknya menarik nafasnya dalam-dalam.

Ketika di mall waktu itu, Tante Fani menelponnya memberitahu kalau Kevin meninggal karena kecelakaan. Daniel tentu saja terkejut, mengingat Kevin dulu juga adalah Ayahnya. Setelah telepon di tutup, Daniel berniat untuk mengantarkan Vera pulang. Lalu setelah itu mulai memberitahu berita tersebut kepada Adiknya. Awalnya Ian enggan untuk datang kepemakaman pria itu. Namun karena Daniel mengingatkan kalau mereka berdua juga salah satu keluarga Kevin, akhirnya Ian pasrah.

"Bukan gitu seharusnya cara lo mati"

Daniel menoleh ke arah Ian yang sedang mengucapkan sesuatu yang baru saja ia dengar.

"Rem mobil blong, lalu masuk ke dalam jurang? Hal serupa seperti yang lo lakuin dulu sama papa!"

Daniel terhenyak mendengar ucapan Ian yang masih terus menatap makam tersebut. Rasa sakit mulai menyelimuti hatinya, mengingat bagaimana Daren meninggalkan mereka, karena Kevin!

"Lo tau Kevin, gak ada satupun jalang simpanan lo yang dateng ke sini" Ian tersenyum miris.

"Lo beruntung gak ngerasain sakit seperti yang mamah rasain dulu sebelum dia meninggal"

"Sakit yang selama bertahun-tahun ia pendam sendirian"

"Lo bahkan lebih beruntung nggak mati di tangan gue!"

Daniel melihat Ian yang mengusap air matanya ketika menyebut nama -mamah-

Daniel mencoba menepuk bahu Ian pelan, lalu beranjak pergi dari sana meninggalkan Ian sendiri.

Ian menghembuskan nafasnya kasar. Menaruh sepucuk bunga yang sedari tadi ada di genggamannya, Lalu ikut beranjak pergi dari sana.

----------

"Habis dari mana?" Tanya Alya ketika memasuki mobil Ian dan melihat pria itu serba mengenakan pakaian hitam.

"Pemakaman" jawab Ian singkat.

"Siapa yang meninggal?"

Ian menghembuskan nafasnya kasar lalu mulai menyalakan mobilnya untuk menuju ke apartemennya. Sepulang dari pemakaman, Ian memang langsung menuju ke rumah Alya untuk menjemput gadis itu, seperti biasa, mereka akan belajar bersama di apartemen Ian.

"Orang"

Alya mengerutkan keningnya "maksudnya?"

"Ya yang meninggal orang lah" jawab Ian santai.

"Ya masa yang meninggal setan!"

Ian terkekeh pelan. Alya mulai sebal karena Ian memilih diam tak menjawab pertanyaannya. Gadis itu memilih memainkan ponsel miliknya.

Sayang Buat IAN [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang