CHAPTER IV

141 15 0
                                    

"Terkadang keadaan membuat kita jadi berbeda, sebenarnya tidak, jika kita melihat dari sisi yang lain. Aku tahu segalanya tidak mudah tapi yang lebih baik ketika kita bersama, waktu akan memudahkan segalanya. Yakinlah!"

Sehun memasuki kamar kakak nomor tiganya. Ketika pintu kamar itu terbuka, Sehun melangkah masuk kedalam. Dia membawa beberapa makanan kecil untuk dibagikannya pada Baeky. Kamar dengan luas yang tidak terlalu besar, cukup untuk menampung Baeky dan semua benda yang dia perlukan. Kamar bercat biru muda dengan beberapa poster game kesukaannya terpanjang dengan apik disana. Foto keluarga, ibu, ayah dan semua saudara-saudaranya tergantung didinding kamar dan diatas meja belajarnya. Baeky pandai bermain game dan tumbuh menjadi seorang laki-laki yang cerdas. Suatu hari Baeky ingin memiliki perusaan yang mampu menciptakan game-game yang berkualitas dan mampu bersaing dengan game lainnya.

Saat itu Baeky baru saja selesai mengerjakan beberapa tugas kuliah yang didapatnya. Dia mendengarkan alunan musik dari piringan hitam yang dipunyanya sejak lama. Koleksinya unik. Baeky menutup laptopnya dan berdiri dari duduknya. Dia berjalan menuju tempat tidur yang berukuran king size dan didominasi dengan warna hitam dan putih.

"bang" panggil Sehun, dia duduk ditepi tempat tidur.
"apa" jawab Baeky yang sedang berbaring disamping Sehun. "muka lo kenapa? Gak usah sok galau deh. Pacar aja gak punya" lanjut Baeky menggoda Sehun.
"errr..gue gak galau. Gue kesini cuma mau minta pendapat lo" jawab Sehun. Baeky akhirnya membenarkan posisinya. Dia bersandar pada dinding disebelah kirinya.
"woowww, lo datang keorang yang sangat tepat. Gue ini sosok yang genius untuk memberi pendapat. Hahaha" canda Baeky membuat Sehun melempar beberapa butir popcorn karamel kearah Baeky.
"lulus sekolah, gue beneran mau jadi artis bang. Gue mau belajar vokal dan modern dance" katanya sambil memberikan wadah popcorn pada Baeky. Baeky menerima popcorn.
"terus?" balas Baeky sambil mengunyah popcorn didalam mulutnya.
"gue bingung harus mulai darimana" jawab Sehun lemah. "kalo gue mau belajar vokal gue harus les vokal, kalo gue mau belajar dance gue harus les dance. Kan mahaal bang" lanjut Sehun lagi menundukkan kepalany. Sehun gelisah. Khawatir. Takut.
"lo tahu, suara gue, Bang Suho dan Bang Chen itu bagus kan? Kenapa lo gak gunain kita bertiga buat latih loh si" balas Baeky. Dulu sekali saat kedua orang tua mereka masih hidup, Chen dan Baeky selalu mengikuti les vokal selama dua tahun sampai mereka memiliki vokal yang sangat indah, ditambah Suho yang pernah bergabung dengan Chen dan Baeky dalam les vokal.
"emang lo pada mau ngajarin gue? Lo aja kalo ngomomg sama gue terpaksa" kata Sehun merendahkan dirinya.
"kalo gitu lo keluar dari kamar gue, sana pergi huss" balas Baeky, langsung disambut tawa oleh Sehun.
"lo ngambekan banget sih baang, lok kayak gitu makin imutttsss" balas Sehun membuat Baeky melemparkan bantal didekatnya pada Sehun. Sehun meringis kesakitan tapi dia tidak menyesal.
"temen gue, Kai. Dia jago ngedance sama kayak Bang Chan. Lo bisa belajar dari mereka. Nanti gue bilangin ke Kai" masukan dari Baeky membuat hati Sehun terharu. Abangnya yang satu ini selalu menjadi jalam keluar bagi kesulitannya. Sehun teramat menyayangi Baeky. Mereka terlihat tidak begitu harmonis, tapi keduanya saling menyayangi dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Tok.. Tokk..
Dari arah luar kamar Baeky, terdengar suara ketukan yang begitu pelan. Mendengar itu, Baeky dan Sehun langsung mengetahui siapa orang dibalik pintu tersebut. Baeky berjalan membuka pintu kamarnya dan benar, Kyonara bersama Suho juga sikembar Chan dan Chen mendatangi kamar Baeky. Satu lagi yang tidak pernah hilang, mereka semua selalu berkumpul dimalam hari dikamar Baeky atau Suho. Terkadang mereka terpaksa tidur disana sampai pagi. Banyak hal yang mereka bicarakan. Dimulai dari urusan pekerjaan, asmara sampai hal yang tidak penting sekalipun. Mereka selalu bertukar informasi dan jadwal keseharian mereka. Mereka saling mengetahui kegiatan masing-masing dari mereka. Mereka berkomunikasi dengan sangat baik.

The First SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang