CHAPTER XIV

78 7 7
                                    

"Aku berhaburan seperti kapas yang jatuh diatas dinginnya es. Aku berantakan seperti kaca yang pecah. Aku jatuh pada cinta yang dangkal. Aku mecintainya sepertinya aku yang bertebaran bak debu yang tak berarti. Aku mencintai cinta yang menyakitkan"

Kyonara menyeret langkahnya menyusuri jalanan yang mulai gelap. Jalanan dengan udara yang sangat dingin dimana salju turun sangat lebat. Kyonara melangkah pelan diatas trotoar jalanan yang bersimbahkan es yang mengeras. Kyonara tidak perduli betapa dinginnya malam itu. Kyonara merasa dadanya sangat sesak seakan dirinya kesulitan untuk bernafas. Kyonara sakit. Kyonara juga terluka. Kyonara lemah melawan ribuan butiran salju yang terus turun meruntuhi dan menyelimuti tubuh mungil Kyonara. Wajahnya pucat, bibirnya memutih, matanya bengkak karena airmata yang terus mengalir tanpa henti. Kyonara kedinginan. Kyonara membutuhkan Kivano untuk berada didekatnya. Kyonara merindukan laki-laki itu. Kyonara menahan rasa cinta dan rindunya sesaat pada Kivano. Kyonara kesakitan. Kyonara hancur berantakan. Kyonara masih mencintai sosok Kivano yang juga tengah menyusuri jalanan yang cukup ramai dengan gemerlap lampu warna-warni. Kivano yang berjala diseberang jalan, seberang jalan dimana Kyonara juga berada disana. Mereka berbeda arah. Mereka berada dijalan yang berbeda untuk saat ini. Keduanya kesakitan. Keduanya menangis. Batinnya meronta menahan kepedihan. Kivano membeku. Kivano merindukan 'wanitanya'. Wanita yang membuat harinya terasa lebih hidup. Kivano menangis. Untuk pertama kalinya airmata Kivano mengalir dan membasahi wajah tampan Kivano. Kivano berderai airmata sama seperti Kyonara yang sudah terlihat sangat-sangat lemah. Kyonara berjalan menuju rumahnya namun jalanan itu terasa begitu panjang sehingga membuat Kyonara begitu lambat untuk sampai dirumah. Entah apa yang akan terjadi saat semua adik-adik Kyonara melihat keadaan Kyonara dan mengetahui semuanya. Kyonara pikir mereka semua akan merasakan hal yang sama seperti yang Kyonara rasakan saat ini atau bahkan perasaan mereka jauh lebih buruk lagi.

Kivano menyeka airmatanya saat dirinya menatap Kyonara yang berjalan diseberang jalan seorang diri. Kyonara yang menyeret langkah kakinya dan merengkuhkan tubuhnya yang bergetar dan kedinginan. Kyonara menahan rasa dingin dan lapar yang juga mungkin mendera Kyonara. Kyonara melupakan semua yang dirasakan dan dilaluinya saat itu. Saat ini Kyonara hanya dapat merasakan kepedihan dan mendalam. Kepedihan atas cinta dimana dirinya mencintai seseorang yang begitu menyakitkan. Kyonara berjalan menatap kearah depan dengan pandangan kosong. Kyonara seperti sedang mengatakan pada seluruh dunia bahwa dirinya sedang sekarat. Kivano yang saat itu melihat bagaimana keadaan Kyonara rasanya ingin segera berlari menemui perempuan itu dan membawanya kedalam pelukan Kivano. Kivano juga ingin memberikan kehangatan untuk Kyonara. Sayangnya, Kivano tidak mampu membawa langkah kakinya menuju kearah Kyonara. Kivano hanya diam melihat Kyonara terus berjalan ditengah malam yang sangat dingin. Salju terus turun malam itu perkiraan cuaca menyatakan bahwa akan terjadi badai salju. Kivano semakin khawatir dengan keadaan Kyonara. Kivano berusaha untuk melangkahkah kakinya mendekati Kyonara namun Kivano tetap berada ditempatnya berdiri. Kivano memilih untuk memantau keadaan Kyonara dari jauh. Kivano mengikuti Kyonara dari seberang jalan. Beberapa kali Kivano melihat Kyonara yang hampir terjatuh rasanya ingin sekali Kivano berlari secepat kilat dan melindungi 'wanitanya'. Kivano tidak sanggup melihat Kyonara merasakan luka yang mendalam atas dirinya. Terlebih lagi Kivano tidak sanggup untuk berada jauh dari perempuan itu. Kivano terus mengikuti Kyonara dari jauh, dari sisi jalan yang berbeda dari Kyonara. Kivano akan melindungi hati Kyonara dari jauh untuk saat ini. Mendekati Kyonara, bertemu dengannya dan memaksa Kyonara untuk mendengarkan dirinya saat ini akan menjadi jalan yang sia-sia. Luka masih menguasai hati Kyonara. Kivano terus mengikuti jejak Kyonara yang membawa mereka sampai didepan pintu gerbang coklat, pintu gerbang rumah Kyonara. Kyonara meraih tuas dan membukanya perlahan menggunakan sisa tenaga yang Kyonara punya. Kivano melihat semua gerak-gerik Kyonara. Kivano berdiri tepat dibelakang Kyonara tanpa diketahui oleh Kyonara. Kivano tetap diam berada dibelakang Kyonara sampai perempuan itu masuk kedalam melewati pagar rumah tanpa sekalipun Kyonara melihat kearah belakang dimana Kivano berdiri disana. Kyonara masuk kedalam rumah sementara Kivano berjalan menjauhi rumah Kyonara dan hilang dibalik tembok besar dipertigaan yang tidak jauh dari rumah Kyonara. Kyonara membuka pintu rumah dan berjalan masuk kedalam rumah dengan sangat lemah. Suho yang saat itu berlari kearah depan mendapati Kyonara dengan raut wajah yang sangat amat pucat. Wajahnya sangat basah karena airmata yang mengalir. Matanya bengkak. Suho langsung memeluk Kyonara dengan erat dan membawa Kyonara masuk keruang keluarga dimana Chan bersama Chen, Baeky dan Sehun berada disana. Suho diam. Suho lebih memilih untuk membuat Kyonara lebih tenang berada didalam dekapannya. Kyonara menyandarkan kepalanya didada Suho. Kyonara memejamkan matanya. Tubuhnya bergetar dan sangat dingin.

The First SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang