CHAPTER III

171 14 0
                                    

"kau hanya perlu menunjukkan semuanya. Jangan ditahan. Katakan jika memang perlu. Lupakan jika memang tidak. Tidak perlu takut, kau lebih tajam dari mata pisau bedah yang kau gunakan"

Laki-laki muda, tampan dengan hidungnya yang mancung terlihat sedang mengendarai sepeda dengan earphone yang disumpalkan ditelinga kanan dan kirinya. Dia mengayuh sepeda dengan begitu santai dan sangat hati-hati. Jeans yang dipadukan dengan jaket denim dan sepatu kets merah membuatnya semakim dikagumi banyak orang terlebih rambutnya yang cukup panjang dan rahangnya yang kokoh menampilkan kesan seksi. Kai, menyusuri jalanan yang belum terlihat ramai. Jalanan masih basah, entah basah karena hujan atau embun pagi. Udara begitu sejuk.

Kai menepikan sepedanya di halaman rumah yang cukup besar. Didepan rumah sudah terparkir sepeda yang sama dengan milik Kai hanya saja warnanya yang berbeda. Kai berjalan masuk kedalam rumah, disana ada dua laki-laki dengan tinggi badan yang hampir sama. Keduanya terlihat muda namun pasti ada perbedaan usia diantaranya. Salah satu dari mereka rapi dengan kemeja dan dasi panjang berwarna hitam lengkap dengan jas yang dipadukannya dengan sepatu pantofel. Sementara laki-laki yang satunya memakai sweater dan jeans hitam dengan kets dan arloji yang bertengger dipergelangan tangan kirinya. Oh satu lagi, topi menghiasi bagian atas kepalanya.

"Lay" panggil Kai pada laki-laki yang menggunakan topi dengan logo EXO, grup K-Pop yang sangat populer di Negara itu. Lay merupakan penggemar dari semua lagu yang dimiliki oleh grup EXO sejak pertama kali mereka debut.
"woi Kai, sini masuk" kata Lay dari dalam rumah. Kai berjalan masuk kedalam dan menemui Lay teman masa kecilnya. Namun Lay pernah tinggal di China bersama paman dan bibinya sejak usianya 11 tahun. Lay kembali ke negeri gingseng ini setelah dirinya menyelesaikan sekolah menengah atas dan melanjutkan perguruan tinggi disini bersama Kai. Mereka melanjutkan pendidikan di Summer Of University sejak dua tahun lalu dan berada di fakultas yang sama. Keduanya adalah calon programmer hebat.
"Kai sarapan bareng yok" sambut Kivano yang berada tidak jauh dari meja makan. Kivano, kakak laki-laki Lay.
"aseekkk, boleh deh bang hehe" balas Kai girang. Dia langsung mengambil tempat dimeja makan diikuti Lay disampingnya. Kivano memberikan piring berisi nasi goreng lengkap dengan kimchi dan telur pada dua adik laki-lakinya.
"bang, lo mau pergi ke acara lulusan Summer hari ini ya?" tanya Lay sambil mengunyah makanannya.
"iya.. Kenapa?" balas Kivano lalu menelan makanannya.
"mau lihat siapa disana, ibu? Gak mungkin kan" jawab Lay seadanya. Lay begitu tertarik dengan kisah asmara Kivano yang tak kunjung memiliki ujung.
"gue diminta ibu buat dateng" balas Kivano lagi.
"Bang Umin juga ya bang?" tanya Kau tiba-tiba.
"iya kita ketemuan di Summer kok Kai". Umin adalah sepupu terdekat Kai. Dia adalah keponakan dari Ayah Kai.

Kivano, Lay dan Kai sering menghabiskan waktu bersama seperti sarapan pagi bersama atau sekedar makan siang bersama. Umin juga sering bersama mereka, ketika para dokter ini sedang tidak dinas dirumah sakit. Itu alasan mengapa mereka berempat selalu tampil bersama disetiap kesempatan. Seperti acara ulang tahun Summer tahun lalu, Lay membawa Kivano dan Kai membawa Umin. Kai dan Umin sangat dekat, mereka terlihat tidak seperti sekedar sepupu namun keduanya nampak seperti kakak dan adik kandung. Sungguh, Umin menginginkan adik laki-laki seperti Kai. Sayangnya Umin hanya memiliki adik perempuan yang tidak selalu berada dirumah. Hobi yang membawa adik perempuannya tidak selalu tinggal dirumah. Umin sering kesepian setiap dia harus pulang setelah dinas di rumah sakit. Kai lah yang selalu menemani Umin dirumah. Untungnya jarak rumah Kai dan Umin sangat dekat. Hanya berbeda dua blok rumah saja.

The First SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang