"Jan banyak banyak nanti lo sakit perut, La," omel Alan
"Yang sakit perut gue ini kan?"ucap Arla acuh
"Lo dikasih tau susah ya, kepala batu dasar,"ketus Alan
Alan yang sedari tadi mengomeli Arla karena ia memakan bakso yang ia kasih banyak sambal.
Alan merebut paksa mangkok yang berisi bakso itu dan menukar miliknya yang belum diberi sambal. Alan memakan bakso Arla sedangkan Arla mendengus kesal
"Ada ya orang kaya gitu?"guman Arla
"Makan,nanti sakit" celetuk Alan yang wajahnya penuh dengan keringat
"Eeh Lan, duh pedes banget ya?"
"Makan! Jan banyak nanya dulu," ucap Alan mengambil alih mangkok Arla lalu menyuapi Arla dengan telaten.
"Gue bisa sendiri," ucap Arla ketika Alan menyuapi bakso ke-3
"Makan yang bener," ucap Alan.
"Iya Alano." Ucap Arla
***
"Baru pulang?" Tanya papa Alan
"Keliatannya?" Tanya Alan acuh.
"Bisa ga sih kamu nurut sama papa?" Tanya papa Alan.
"Bisa ga sih ga usah ngatur Alan? Alan udah gede," ucap Alan lalu pergi menuju kamarnya yang bercat putih itu.
Hari hari rumah mewah ini dipenuhi oleh pertengaran dengan anak dan papahnya. Alan yang membenci papahnya karena papahnya, ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari papahnya.
Alan yang melepaskan baju sekolahnya dan menampilkan kaos hitam yang melekat ditubuhnya.
"Alan, makan dulu, kembaran kamu akan datang," teriak papah Alan
"Udah gue bilang, gue ga punya kembaran!" Sentak Alan didalam kamarnya ketika papahnya menyuruh ia makan.
"MAKAN!" Bentak Papah Alan, mau tak mau Alan harus menututi papahnya itu.
Alfano, kembaran Alan selama ini yang sedang bersekolah di Korea, hari ini, Alfano yang datang ke indonesia untuk menjenguk ayah dan kakak-nya itu, setelah bertahun tahun, Alan tak pernah berbicara atau dekat dengan kembarannya itu karena dia, mamahnya meninggal. Alan dan Alfano dilahirkan dihari yang sama tetapi berbeda jam.
Alan dilahirkan pada pukul 15.30 sedangkan Alfa dilahirkan 16.00, dan ketika melihirkan Alfa, mamahnya meninggal, karena tidak kuat.
Alan mendatangi ruang makan yang tentunya sudah ada Alfa yang duduk rapi dengan senyum manisnya.
"Mau makan apa?" Tanya Sanusi, Sanusi adalah nama papah Alan dan Alfa.
"Udang," ucap Alfa. Jujur Alan benci dengan keadaan ini, keadaan ketika ia sama sekali tak dianggap ada, setelah bertahun tahun Alan mengalami kesepian, kesendirian. Papahnya yang lebih memperhatikan Alfa dibanding dirinya.
Sanusi hanya mengetahui makanan kesukaan Alfa, ia tak tahu makanan kesukaan Alan.
Sanusi hanya mengetahui apa yang Alfa suka, dibanding dengan Alan.
Andai Alfa tidak dilahirkan didunia, pasti Alan akan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi kenyataannya? Ia seperti orang yang benar benar diasingkan.
"Makan! Nanti kamu sakit," Ucap Sanusi, tanpa melirik Alan.
"Alan udah kenyang, Alan mau belajar aja," ucap Alan lalu pergi menuju kamarnya kembali.
Dikamarnya ia hanya memandangi dirinya dicermin, dan ia berjalan menuju meja belajar, ia tak belajar, ia hanya menggambar tak jelas dibuku kosongnya.
Tok..tok..tok
Ceklek
"Kata papa gue tidur disini," ucap Alfa sopan.
"Kenapa lo kesini?" Tanya Alan.
"Kenapa? Gue salah datang kesini?" Tanya Alfa polos. Alfa memang pria polos walau ia bersekolah di Korea, ia tak pernah berpacaran dengan siapapun termasuk Alan.
"Iya lo salah, lo salah udah dilahirin, gara gara lo guebga pernha dapet perhatian dari siapa siapa, gara gara lo hidup gue seakan akan sendiri," sentak Alan
"Alan?" Guman Alfa, ketika Alan menyentaknya, ia sakit hati dengan perkataan kembarannya.
"Kenapa? Lo belum cukup disekolahin diluar negri?" Tanya Alan
"Alan, gue minta maaf, Lan. Gue ga bermaksud kaya gitu," ucap Alfa
"Lupain, lo tidur dikasur gue," usir Alan dan mrlanjutkan gambarannya.
"Oh iya, gue bakal sekolah ditempat lo," ucap Alfa ketika hendak tidur
"Apa?" Tanya Alan dengan suara yang meningga
"Maaf," ucap Alfa, karena ia tahu bahwa kembarannya itu membencinya.
"Terserah." Ucap Alan acuh
***
"Kan baru sekali pak," ucap Alan
"Sekali kepalamu botak, ini udah beribu ribu kamu melanggar peraturan! Bukannya bapak sudah bilang jangan terlambat, jangan menggunakan sepatu berwarna!" Ucap pak Beta
"Terus sayang harus pake warna apa? Bening? Ga ada benda yang berwarna pak, angin aja ada warnanya," ucap Alan
"Nyaut aja kaya monyet," sentak pak Beta
"Emang monyet sering nyaut Pak?" Tanya Alan
"Alan!! Cepat kamu masuk kelas, hari ini saya lagi baik," ucap Pak beta
"Baik terus aja pak, biar pahala bapa tambah banyak tanpa harus membuat energi hehe," ucap Alan
"ALAN!" Teriak Pak Beta
"Ampun pak, Alan pergi, jangan rindu saya, berat! Bapa ga akan kut biar Arla aja yang rindu, bapa jangan," ucap Alan.
"Mantog moal sia?" Bentak pa Beta
***
"Assalamu'allaikum, bu. Alan ganteng mirip sehun datang," teriak Alan
"Berisik kamu!" Sentak Bu Novi ketika sedang menjelaskan mata pelajaran.
"Eeh salah ya bu?" Tanya Alan, ogeb.
"Udah tau masi aja seru," ucap Bu Novi.
''Seru?" Tanya Alan.
"Eh tanya maksud ibu," ucap bu Novi
"Aah ibu bisa aja kaya miper lagi ngegelantung," ucap Alan mulai ngelantur dengan ucapannya.
"Alan ganteng yang katanya mirip sehun, udah minum obat?" Tanya bu Novi
"Udah kok,bu. Takut Alan tambah ganteng ya kalo minum obat? Takut ibu makin cinta ya? Jangan cinta bu, berat, takutnya kena PHP hehe," nyengir Alan
"Vino," panggil bu Novi. Vino yang ketika namanya dipanggil padahal ja sedang bermain game dihandphonenya.
"Hah? Apa bu?" Tanya Vino dengan komuk.
"Dapet dari mana ini orang? Kok gilanya lebih dari orang gila beneran?" Tanya bu Novi
"Au dah bu nemu dimana," ucap Vino mengangkat bahunya.
"Songong lo kang bajigur," kesal Alan.
YEY
AKHIRNYA BISA UPDATE LAGI, SEKIAN LAMANYA GA PERNAH UPDATE LAGI HEHE
MAAF YA, SOALNYA GUA SIBUK PERSIAPAN TO HEHE
POKOKNYA JANGAN LUPA DUKUNG GUA BUAT NERUSIN CERITA INI. SEMOGA MANARIK
JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMENTANYA.
DITUNGGU HEHE
-binisahkai
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Badboy [END]
Teen Fictionudah ending gais!! Jangan lupa Vote dan comentnya ya!! Alano si cogan famous yang suka sama ade kelasnya sendiri. Alan yang menghalalkan segala cara untuk membuat Arla menjadi miliknya.