Bulan Madu

33.4K 1.2K 16
                                    

Aku memandang ke atas langit malam yang dipenuhi bintang-bintang cantik sambil duduk di pinggir pantai Legian bersama Radit.

Mengingat bahwa Radit suka memandangi bintang saat malam hari, setelah makan malam tadi, aku mengajaknya untuk melihat bintang-bintang.

Saat aku sedang begitu menikmati pemandangan malam, tiba-tiba saja Radit melepaskan jaket abu-abunya dan dikenakan di atas pundakku.

"Kamu harusnya jangan cuma pake cardigan, ditambah cuma pake celana pendek kaya gini.. Nanti masuk angin", ucap Radit memarahiku. Ah.. manis sekali! Di tambah dengan suasana pantai di malam hari membuat suasana lebih romantis.

"Gak apa-apa. Lagian ini kan Bali, gerah kok!"

"Tapi kan kamu lagi hamil, nanti masuk angin.." Aku tersenyum mendengar perkataannya yang terdengar begitu perhatian kepadaku.

"Kamu.. percaya gak, Dit, bintang jatoh bisa ngabulin permintaan?" Tanyaku mengabaikan omelannya.

"..percaya." balasnya gesit.

"Kenapa?"

"Karena bintang jatoh pernah ngabulin permintaan yang paling aku pengen.." Jawabnya sambil kembali menatap langit.

"Apa?" Dia terdiam sesaat.

"...permintaan yang paling sering aku ucapin disetiap doa"

Dia tidak menjawab pertanyaanku dengan rinci. Kali ini aku yang terdiam. Apa mungkin permintaannya ada hubungannya dengan perempuan yang selama ini dia cintai? Apa dia masih memikirkannya? Aku menatap wajahnya yang sedang terus memandangi langit. Perlahan dia sadar akan wajahku yang cemberut.

"Kenapa?" Tanyanya kebingungan.

Aku hanya diam dan menggelengkan kepalaku, kemudian pandanganku kembali kepada panorama ombak di pantai. Akan tetapi, tiba-tiba saja Radit langsung menarik daguku dengan jemari tangan kanannya dan mencium bibirku hingga aku sedikit terkejut. Sesaat aku sangat menikmati bibir lembutnya yang selalu berhasil membuat hatiku bergetar tak berdaya, hingga hidung kami berdua pun terus saling bertabrakan.

Tangan kiri Radit mulai merangkul pundakku, sementara tangan kanannya perlahan berpindah meraba perutku dengan lembut. Di saat kami berdua sedang menikmati momen romantis ini, tiba-tiba saja HP milik Radit berbunyi dari dalam sakunya sehingga menyadarkan kami berdua.

Rupanya itu adalah telepon dari bawahannya yang pasti ingin berbicara dengannya mengenai pekerjaan.

Setelah selesai berbicara dengan bawahannya melalui HPnya, sekarang giliranku yang tiba-tiba menarik dagunya dan mulai kembali menciumi bibirnya.

Aku tidak peduli jika kita sedang di tempat umum ataupun jika ada orang yang melihat kita sedang berciuman -karena memang sebelumnya kami pun melihat banyak pasangan yang juga berciuman di pinggir pantai-. Semakin lama, badanku semakin mulai memanas. Aku rasa aku ingin lebih dari ini. Tiba-tiba saja Radit melepaskan ciumanku.

"Kayanya kita harus pulang ke hotel sekarang!" ucapnya sambil mulai bangkit berdiri.

Aku mengikutinya untuk bangkit berdiri dan mulai berjalan cepat menyebrangi jalan untuk menuju ke hotel yang mana terletak di sebrang pantai. Radit menarik tangan kananku sambil terus berjalan hingga kami berdua sampai di lobby hotel.

"Kenapa?" Tanyanya terlihat sedikit gugup saat dirinya menoleh kepadaku yang sedang tersenyum sendiri menatapnya sesampainya kita memasuki lobby hotel.

"Aku kira kita bakal jalan-jalan malem ini", jawabku menggodanya.

"Radit?!" Ucap tiba-tiba seorang perempuan cantik dari sofa lobby yang sedang mengenakan kaos hitam, white long knitted cardigan, dan celana jeans -yang begitu- pendek.

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang