Ruang Kerja

40.9K 1.4K 7
                                    

Aku keluar dari kamar Angel dalam sunyi dan menutup pintu rapat-rapat. Setelah beberapa jam Angel bercerita banyak mengenai kekasihnya berdua di dalam kamarnya.

Aku mulai khawatir dengan Radit karena selepas makan malam tadi aku langsung meninggalkannya sendirian, diculik oleh sepupunya sendiri yang tiba-tiba saja memaksaku untuk membuka praktek bimbingan konseling.

Aku berjalan memasuki kamarku, tapi tidak ada Radit disana ataupun di kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan orang-orang di rumah sudah mulai tertidur, tetapi Radit tidak ada di kamarnya.

Aku berjalan keluar kamar dan menuju ke ruang kerja Radit yang berada diantara kamarku dan kamar tamu yang ditempati Angel. Perlahan aku mencoba untuk membuka pintu ruang kerja Radit, pintunya tidak dikunci. Rupanya disana ada Radit sedang duduk, sibuk menatap layar laptopnya.

"Kenapa belum tidur?" Tanyaku sambil masuk ke dalam dan menutup pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa belum tidur?" Tanyaku sambil masuk ke dalam dan menutup pintu.

"Masih nyelesein kerjaan.." Jawabnya singkat sambil sekilas melirikku. "Angel udah tidur?"

"Udah.."

Entah bagaimana, tiba-tiba saja dengan luwesnya aku berjalan menuju dirinya dan berdiri tepat di samping kanannya.

"Kamu kenapa belum tidur?" Tanya Radit.

Sekilas aku menatap layar laptopnya yang sedang membuka data Microsoft Office Excel.

"Mau kok, cuma aku mau ngecek dulu kamu udah tidur apa belum.." Jawabku.

Radit langsung mengklik tombol Sleep pada layar laptopnya. Melihat demikian, aku mulai melangkah berjalan menuju pintu ketika Radit mulai berdiri di belakangku. Akan tetapi, tiba-tiba saja tangan kanannya mulai merangkul pinggang kananku untuk mencegatku pergi. Tak tanggung-tanggung, dirinya langsung mendekapku dari belakang hingga membuatku sedikit terkejut.

Radit memelukku dan perlahan mencium leher kiriku dari belakang, hingga membuat bulu kudukku cukup terangkat.

"Di sini dulu yuk, sebentar.." bisik Radit di telinga kiriku. Suaranya yang rendah itu selalu saja dapat membuatku menurut atas apapun yang diperintahnya.

Aku menganggukkan kepalaku secara perlahan dan membalas memegang tangan kanannya yang sedang membelai lembut perutku dengan rasa hati berdebar-debar.

Radit kembali menciumi leherku dari belakang dan mulai menarikku untuk berdiri di depan meja kerjanya sambil menyingkirkan kursi beroda kerjanya. Aku membalikkan tubuhku untuk melihat dirinya langsung.

Kedua pasang mata kami saling menatap satu sama lain dengan begitu intens, hingga aku mulai mengalihkan tatapan pada bibirnya yang tipis, dipicingkan ujungnya oleh Radit.

Aku ingat sekali malam kemarin bibirnya, lidahnya dan jari-jarinya dengan sangat liar memainkan milikku. Mengingat kembali hal tersebut tentu saja seketika langsung membuatku menjadi sangat malu dan juga semakin gugup.

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang