'DRRTT DRTTT'
Ketika aku sedang sangat fokus mengerjakan skripsi di meja belajarku sambil memakan buah mangga muda, tiba-tiba saja HPku bergetar. Kulirik layar HP, rupanya Radit meneleponku. Tumben sekali dia menghubungiku di waktu seperti ini.
"Hhrrgmm!!" Tanpa sadar, aku langsung berdiri tegang sambil mencoba membersihkan tenggorokanku yang sebenarnya berada dalam kondisi yang stabil.
"Halo?" Ucapku ragu mengangkat teleponnya.
'Halo, Ma', jawab Radit dari ujung sana dengan suara khasnya yang sangat berat.
"Ya, Dit?"
'Aku.. lagi ada di bawah. Kamu bisa coba turun ke bawah sebentar?'
Mendengar hal tersebut, aku langsung mengerutkan dahiku lalu berlari kecil ke arah jendela yang berada di kamarku untuk mengintip ke arah bawah depan rumah.
Rupanya benar! Kulihat Radit sedang berdiri di samping mobilnya yang terparkir tepat di depan rumahku sambil menatap ke arahku. Mengapa dia tiba-tiba datang tanpa memberitahuku sebelumnya terlebih dahulu?
"T-tunggu bentar, aku ke bawah.."
Aku langsung mematikan HPku dan segera berlari ke depan cermin untuk sesaat memastikan penampilanku agar terlihat rapih.
"Duh, kenapa dia dateng gak bilang-bilang dulu sih?!" Gumamku sambil berkaca karena kesal. Setidaknya jika dia memberitahuku terlebih dahulu, aku bisa berdandan lebih menarik dibandingkan sekarang ini.
Aku langsung berlari keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk membukakan pintu untuk Radit. Tapi mengapa juga aku menjadi merasa gugup seperti ini?!
Sekilas aku melihat jam dinding di ruang tengah yang menunjukkan pukul 09.13 malam. Seperti biasa, ibu sedang berada di tokonya, sehingga aku harus melakukan semuanya sendiri seperti biasa.
Begitu kubuka pintu utama, kulihat Radit sedang berdiri di depan pintu mengenakan jaket berwarna hitam sambil tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana jeansnya.
Dengan tubuhnya yang tinggi itu, ditambah sinar lampu pinggir jalan yang menyinarinya dari belakang, Radit terlihat -selalu- menarik dari biasanya hingga membuatku tak bergeming sesaat.
Dinginnya angin malam yang mengelus setiap inci kulitku -yang hanya mengenakan kaos dan celana tidur pendek-, membuatku langsung mempersilahkan Radit untuk langsung masuk ke dalam rumah.
"Duduk, Dit", suruhku untuk duduk di sofa ruang tengah. Dia langsung berjalan dan duduk sesuai pintaku. Kutatap penampilannya kembali dari belakang sambil menutup pintu utama.
Tampilan yang membuat lelaki ini terlihat seperti anak muda seusiaku kembali jika kamu tidak mengetahui umur dan pekerjaannya sama sekali. Walau bagaimanapun, dia tetap terlihat menarik pada dasarnya.
"Ibu masih di toko, Ma?" Tanya Radit terlihat risau.
Iya, Radit memang sudah memanggil ibu dengan 'ibu', sebagaimana sekarang aku memanggil ayahnya dengan 'papah'. Mereka sendiri yang memintanya untuk lebih mengakrabkan antar kedua belah pihak, katanya.
"Iya, Dit," aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil 2 gelas untuk diisikan air minum, lalu membawanya menuju meja ruang tengah untukku dan Radit.
"..Ada apa, Dit? Tumben jam segini dateng ke rumah?"
"Hmm.. Gini, Ma.." Ucapnya gugup, sedangkan di sisi lain akupun menatapnya dan mulai duduk di sampingnya.
Sambil meminum air minum milikku sesaat untuk menghilangkan rasa asamnya mangga di mulutku, kulihat rahang Radit dikeraskan dan kedua bibirnya yang tipis tampak begitu kaku hingga membuatku sangat penasaran. Aku tak tahu apa yang ingin dikatakannya, akan tetapi mukanya sangat pucat sekali. Jangan-jangan.. Dia berniat untuk membatalkan pernikahan kita?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)
Romans[Warning +21 - Mature content] CERITANYA BIKIN BAPER TINGKAT DEWA - (SOME PARTS ARE PRIVATE, HARUS FOLLOW DULU BUAT BACA LENGKAP) -COMPLETED- Emma terbangun dari mimpi gilanya dan menemukan dirinya berada di dalam sebuah mobil bersama seorang lelaki...