Aku berjalan keluar dari ruang bu Rosa dengan hati sangat senang sekali. Bagaimana tidak?! Proposal skripsiku sudah disetujui olehnya untuk diajukan pengadaan sidang akhir. Akhirnya! Sebentar lagi salah satu beban hidupku ini akan berakhir juga.
Aku langsung segera mengurus segala keperluan berkas yang berkaitan dengan sidang akhirku meskipun jam tanganku telah menunjukkan pukul setengah empat sore, yangmana seharusnya aku segera bergegas untuk pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kehamilanku.
Ketika aku sedang tergesa-gesa berjalan ke arah tempat fotokopi di depan kampus, rupanya aku bertemu dengan Reza yang juga sedang mengurus berkas untuk sidang akhirnya disana.
"Eh, Ma.." Reza tersenyum canggung kepadaku.
"Hai, Za.. Mau sidang akhir juga, ya?"
"Iya.. Gimana kemaren bulan madunya? Asik doong.." ucapnya mencoba untuk mencairkan suasana. Aku tahu Reza masih memiliki perasaan kepadaku, aku juga tahu dari Nathan dia masih merasa kesal karena tiba-tiba aku menikah dengan Radit. Padahal sebenarnya, aku dan Reza pun tidak pernah dekat sama sekali. Mengapa juga dia harus terus merasa kesal?
"Ya gitu, Za.. Overall, rame dan seneng banget sih.." jawabku sambil tersenyum bahagia karena mengingat kembali kenangan-kenangan saat bulan madu bersama Radit kemarin.
"Ya, keliatan banget dari foto yang kamu upload kemaren.. Tapi kok dihapus ya, Ma?"
"Ohhh.. haha," aku tersenyum kembali mengingat kejadian saat aku sangat marah karena cemburu kepada Nina. Ya, aku tahu bahwa kemarin itu aku benar-benar emosional sekali. Maklum lah, aku ini wanita hamil, tentu saja emosiku terkadang tidak stabil. "Itu gara-gara aku sempet kesel dan brantem kecil sama Radit, jadinya aku hapus deh fotonya, ya tau lah.. love life".
"Ohh haha.. Gak nyangka, udah sekitar dua bulanan kamu nikah, ya?" Reza menatapku tajam.
"Hmm.. iya.. Kamu gak bakalan tau kapan dan dimana kamu bakal ketemu orang yang tepat sampe hati kamu yang ngasih tau,"
"Setuju! Ngomong-ngomong, hmm.. kamu udah hamil?" Reza terlihat kebingungan memperhatikan bentuk perutku yang memang kebetulan terlihat lebih besar dari sebelumnya, ditambah aku sedang mengenakan kaos yang berukuran pas dengan tubuhku.
"Huh? Hmm, iya.." Jawabku. "Syukur sih kandungan aku udah 4 bul-"
"-Hai, sayang.." sapa Radit memotong pembicaraanku bersama Reza. Terlihat raut wajah Reza berubah saat Radit datang.
"Eh, Dit.. aku kira kamu bakal telat jemput"
"Engga lah.." Jawab Radit tersenyum kepadaku. "Hey, Reza kan, ya? Kalian lagi ngapain?" Tanya Radit dengan ramah.
"Iya.. Kita lagi ngurusin berkas buat sidang akhir.." jawab Reza kepada Radit.
"Wah, akhirnya.." Sekilas Radit sedikit terkejut mendengar berita bahagia tersebut.
Reza hanya tersenyum sesaat untuk membalas ucapan Radit.
"Oh iya.. ngomong-ngomong Ma, kamu tadi bilang udah hamil 4 bulan? Bukannya.." Tanya Reza penasaran sambil mengerutkan dahinya dan menyipitkan kedua matanya kepadaku.
Aku terdiam sesaat. Aku baru ingat, aku keceplosan tadi! Tak ada teman-teman kampusku yang tahu bahwa aku hamil duluan kecuali Jess, Clara, dan Nathan.
"Hmm.. I-itu.." Ucapku gugup, tak tahu apa yang harus aku katakan.
"Soalnya waktu itu kita.. Ya gitu.. Mungkin karena kita ketemu dan ngerasa banyak kesamaan yang bikin kita ngerasa cocok banget, jadinya.. Yaa, pasti ngerti lah", jawab Radit dengan tersenyum santai. Aku hanya mengangguk saja sambil tersenyum kaku kepada Reza.
Ya, sudah lah.. Lagian ayah dari bayiku ini memang Radit, buat apa pula aku terus menutupinya?
"Oh gitu.." jawab Reza yang terlihat sangat terkejut dan terpaksa tersenyum.
Akhirnya pak Ano, tukang fotokopi datang memberikan berkas-berkas fotokopi milikku sehingga aku dan Radit langsung berpamitan kepada Reza dan berjalan menuju dimana mobil mewah Range Rover Sport berwarna hitam milik Radit terparkir.
"Dia itu salah satu temen kamu yang waktu itu kamu ceritain bikin kamu jadi mabok itu, kan? Dia masih keliatan suka sama kamu tuh.." Ucap Radit berubah menjadi datar sambil menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankan mobil.
"Secara teknis sih dia bukan temen aku.." Jawabku sembari memasangkan sabuk pengamanku. "Biarin aja, aku udah biasa diliatin, dideketin sampe ditanya-tanya kaya tadi sama cowok.. entar juga capek sendiri".
Sekilas Radit langsung melirik diriku lalu menyeringai.
"Iya deh, yang jadi cewek paling cantik di kampus, yang disukain sama banyak banget cowok.." Jawabnya dengan sarkas. "Kalo bukan gara-gara dia juga belum tentu aku bakal sama kamu sekarang.."
"Hahahaha iya juga sih.. berarti itu namanya kita jodoh, Dit"
"...Iya, jodoh.." Radit langsung terdiam sesaat sambil terus menatap tajam lurus ke depan. "Trus, kalo dia bukan temen kamu, kenapa waktu itu kamu ngundang dia?"
"Supaya dia tau, kalo aku udah milih cowok yang jauh lebih baik dari dia.." jawabku tersenyum sambil mulai mengelus-elus perutku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)
Romance[Warning +21 - Mature content] CERITANYA BIKIN BAPER TINGKAT DEWA - (SOME PARTS ARE PRIVATE, HARUS FOLLOW DULU BUAT BACA LENGKAP) -COMPLETED- Emma terbangun dari mimpi gilanya dan menemukan dirinya berada di dalam sebuah mobil bersama seorang lelaki...