Hamil

42.6K 1.6K 17
                                    

Sudah beberapa minggu terlewatkan sejak kejadian malam itu. Aku masih mencoba untuk melupakan kejadian tersebut dengan berbagai cara karena aku benar-benar tak ingin mengingatnya lagi! Salah satunya adalah dengan cara menyibukkan diri dengan mengerjakan skripsiku.

Lebih lanjut lagi, aku sudah bisa melanjutkan skripsiku ke Bab IV. Ya, akhirnya Bab III-ku sudah disetujui oleh bu Rosa meskipun aku terpaksa menggunakan data yang diberikan oleh ayah dari nenek sihir itu!

Berbicara tentang ayah, sejak malam itu dia juga tidak pernah datang lagi ke rumah. Aku bukannya penasaran mengenai dirinya, tapi mengapa ayah selalu seperti itu? Datang dan pergi sesuka hatinya! Bila dia benar-benar merasa bersalah, seharusnya dia terus saja mencoba meluluhkan hatiku. Terlihat sekali, ayah memang tidak sungguh-sungguh peduli kepadaku.

Aku berjalan turun dari bis di halte sebrang rumahku. Tiba-tiba saja kepalaku pusing sekali. Aku segera berjalan membuka pintu rumah dan masuk ke dalam. Aku berjalan menuju dapur untuk mencari kotak obat yang di dalamnya terdapat obat sakit kepala. Rupanya ada ibu di dapur sedang memasak.

"Masak apa, bu?" Tanyaku sambil mencari-cari kotak obat di lemari atas yang ada di dapur.

"Kamu kenapa? Kok pucet sih? Sakit?!", ibu tak menjawab pertanyaanku ketika dia melihat wajahku yang terlihat tidak sehat.

"Cuma pusing kok bu, mungkin karena kecapean bolak-balik ngerjain skripsi.. Makannya ini aku mau minum obat", jawabku sambil mengambil air putih dan meminum obatnya.

"Yaudah sana duduk aja! Ibu lagi masak ayam goreng. Nanti kalo udah selesei, kamu makan yah! Ibu harus pergi lagi ke toko"

Ketika aku mendengar ibu sedang memasak ayam goreng dan aku melihat potongan-potongan ayam yang masih bercampur dengan darah segar membuat aku mual.

Aku segera berjalan mundur ke belakang ketika ibu kembali fokus memotong-motong daging ayam itu dengan pisau tajamnya. Terlihat tetesan darah mengalir dan mengambang di dalam mangkuk bening berisikan potongan-potongan ayam tersebut.

Aku berbalik badan dan lari ke atas untuk masuk ke kamarku. Aku tidak tahan melihatnya! Tiba-tiba saja aku benar-benar ingin muntah membayangkannya.

Karena terus terbayang-bayang, akhirnya aku segera berlari ke dalam kamar mandi yang berada di kamarku, tak kuasa menahannya. Aku benar-benar muntah. Sungguh menjijikan sekali!

Setelah selesai muntah dan membersihkannya, aku mencuci mukaku dan seketika aku teringat. Tidak biasanya aku mual apalagi hingga muntah hanya karena melihat potongan ayam yang penuh dengan darah segar, malahan justru aku yang biasanya memasak ayam goreng.

Seketika aku teringat akan sesuatu. Aku juga tahu ini belum waktunya untuk aku datang bulan, tapi.. apakah mungkin aku hamil?

Mataku sontak menatap kaca. Dilihatnya pantulan wajah seorang gadis yang berkulit putih, namun wajahnya teramat pucat. Pucat sekali seolah-olah dia sedang melihat malaikat pencabut nyawa yang sedang berada di hadapannya dan siap merenggut nyawanya seketika.

Sontak aku terjatuh tak kuasa menahan beban badanku sendiri. Kakiku sangat lemas sekali untuk berdiri dan kedua tanganku begitu gemetar. Jika benar aku hamil, lalu apa yang harus aku lakukan?!!

Sekejap aku berpikir, aku harus benar-benar membuktikannya, apakah aku hamil atau tidak. Aku segera berdiri dan bergegas keluar. Mencari apotek terdekat untuk membeli test pack.

Aku berlari kesana kemari mencari apotek seperti orang kesurupan. Mengapa aku tidak dapat berpikir dimana apotek terdekat?!!

Akhirnya setelah aku berhasil menemukan apotek, dengan segera aku membeli test pack dan langsung berlari kembali ke rumah. Aku menutup pintu rumah sambil gemetaran. Bagaimana jika aku benar-benar hamil?!

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang