Pulang

27.5K 1.2K 6
                                    

Pagi ini terasa lebih indah, lebih bersinar dan membuatku lebih bersemangat untuk segera membuka kedua mataku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini terasa lebih indah, lebih bersinar dan membuatku lebih bersemangat untuk segera membuka kedua mataku. Kulihat Radit tidak ada di sebelahku ketika kubuka kedua mataku.

Seketika, kudengar suara seseorang sedang beraktivitas di dalam kamar mandi. Itu pasti Radit! Sambil hanya mengenakan kaos besar milik Radit, aku perlahan berjalan dan membuka pintu kamar mandi yang membuatku mendapati Radit sedang sibuk mencukur janggutnya yang sebenarnya masih sangat tipis sekali.

 Itu pasti Radit! Sambil hanya mengenakan kaos besar milik Radit, aku perlahan berjalan dan membuka pintu kamar mandi yang membuatku mendapati Radit sedang sibuk mencukur janggutnya yang sebenarnya masih sangat tipis sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi," Sapa Radit tersenyum menatapku melalui cermin dan hanya mengenakan handuk yang dilingkari di pinggulnya.

"Pagi.." Jawabku sambil langsung memeluknya dari belakang ketika menatap punggungnya yang indah. "Sedih banget hari ini udah harus pulang lagi.. Bentar banget bulan madunya,"

"Maafin aku ya, sayang. Nanti kalo aku ada waktu lagi, kita berdua pergi liburan lagi.."

"Gak usah jauh-jauh, yang penting pemandangannya bagus,"

"Iya.. Yaudah sana kamu mandi, abis itu kita nanti sarapan," suruhnya sembari mulai membilas wajahnya.

"Bisa gak kita lebih lama lagi?" Tanyaku sambil semakin memeluk erat dan menciumi punggungnya yang indah.

"Kamu cinta aku segitunya, ya?" Tanyanya menggodaku.

"Ini pertama kalinya aku jatuh cinta," jawabku sambil menempelkan pipi kananku di punggunya, tanpa henti memeluknya dari belakang.

"Dan semoga jadi yang terakhir juga,"

"Kok terakhir?" Tanyaku kebingungan.

"Jadi kamu cuma sayang sama aku aja.." Ucapnya yang membuatku tersenyum sesaat.

Ya Tuhan, aku benar-benar menggilai pria ini. Tangan kananku secara perlahan membuka ikatan handuk di pinggulnya seketika hingga jatuh ke bawah.

"Jangan nakal," ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?" Tanyaku menggoda.

Tangan kananku mulai membelai penisnya secara perlahan dari belakang hingga membuat Radit menarik napasnya dalam-dalam.

"K-kamu kan harus cepet mandi.."

Melihat Radit bersikap demikian, tanganku semakin memainkan penis Radit dengan semangat yang membuat dirinya terlihat gugup dan menggigit bibir bawahnya.

"Nanti dulu," jawabku sembari terus memainkan penisnya yang semakin mengeras.

Semakin aku melihat Radit menikmati apa yang kulakukan, semakin aku lebih cepat menggerakan tanganku hingga kedua tangannya berpegangan kepada meja marmer yang ada di depannya.

Kulihat sekilas dari pantulan cermin, Radit mulai menutup kedua matanya dan tanpa henti menggigit bibir bawahnya seakan-akan menikmati apa yang sedang kulakukan kepadanya.

Disamping tangan kananku sibuk memainkan penisnya, tangan kiriku mulai membelai dadanya yang berbidang tersebut. Sadar Radit semakin menikmatinya, aku turut memejamkan kedua mataku sembari mulai menciumi punggungnya yang indah.

Semakin lama pergerakan tanganku memainkan penisnya yang benar-benar sudah mengeras semakin lebih cepat lagi dan lagi tangan kananku bergerak.

"Hmm,"

Penisnya yang terasa keras dan hangat yang tidak lama langsung mencapai klimaks hingga membuat Radit mengerang dan mengeluarkan napasnya dalam-dalam.

"Gimana?" Tanyaku menggoda setelah Radit mencapai klimaksnya.

Kulihat Radit hanya diam terengah-engah dan tidak menjawab apa-apa seolah-olah pikirannya masih belum dapat terfokus setelah apa yang kulakukan kepadanya.

"Kamu tuh, ya," ucapnya sambil mengerutkan dahinya.

Aku menyeringai sembari melepaskan pelukanku dari belakang kepada Radit.

"Yaudah, aku mau mandi dulu, nanti kita lanjutin lagi di rumah," tambahku sambil berjalan ke arah bathup dan mulai melepaskan pakaianku, sementara Radit kembali mengenakan handuknya di pinggul dan berjalan keluar kamar mandi sambil menyeringai kepadaku lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah selesai mandi, sarapan dan bersiap-siap untuk kembali pulang, aku dan Radit kemudian langsung berjalan keluar dari kamar hotel menuju lift sambil membawa sebuah koper berukuran sedang.

"Udah gak ada yang ketinggalan lagi, kan?" Tanya aku kepada Radit ketika kami berdua memasuki lift.

"Tadi udah aku beresin sama periksa semuanya, udah kok.."

Ketika lift telah sampai pada lantai tiga, pintu lift pun mulai terbuka kembali. Tanpa sengaja, kulihat terdapat Nina, Selly dan 1 orang lainnya sedang berdiri di depan dan mulai masuk ke dalam.

"Loh, kalian udah mau pulang?" Tanya Nina kepada aku dan Radit sembari masuk ke dalam lift.

"Iya nih," ucap Radit. "Kamu kapan pulang?" Tanya Radit dengan ramah seolah-olah lupa kalau kemarin aku marah karena cemburu kepadanya.

"Kita nanti sore, Dit, masih mau jalan-jalan lagi," jawabnya. "Oh iya! Kemaren kenapa kamu tiba-tiba ngilang, Ma? Kasian loh Radit dibikin pusing," ucapnya kepadaku yang membuatku menjadi semakin jengkel kepadanya.

"Iya nih, dia kemaren marah.." jawab Radit dengan santai yang justru membuatku menjadi semakin kesal. "Tapi gak apa-apa, aku suka kalo dia lagi cemburu.." Tambahnya sambil menggodaku.

"Ohhh jadi cemburu? Hahaha," ucap Nina sambil tertawa. "Pantesan!"

"Ihhh, apaan sih," jawabku kesal.

"Hahaha, tenang aja Emma, Nina gak ada apa-apa sama Radit, dia kan mau nikah 2 minggu lagi sama pacarnya," tambah Selly.

"Radit juga tau kok, Ma," ucap Nina.

"Hmm, gitu," jawabku singkat dan gengsi. "Selamat ya.." Tambahku dengan irit.

Kulihat sekilas Radit tampak menahan tawa menatapku yang seketika terlihat kaku.

"Yaudah, kita duluan ya, Ma, Dit! Have a safe flight! Dadah!" Ucap Nina sambil melambaikan tangannya bersama Selly dan meninggalkan kita berdua di lobby hotel.

"..Kamu kok gak bilang-bilang sih?" Tanyaku kesal kepada Radit sambil berjalan ke arah taksi yang berada di depan hotel.

"Bilang apa?"

"Bilang kalo dia mau nikah sama orang lain, aku kan jadi malu!"

"Kamunya kan udah marah duluan, lagian gak apa-apa lagi, kan kita jadi makin jujur sekarang,"

"Gak tau deh, ahh," jawabku cetus menahan gengsi sambil masuk lebih dulu ke dalam taksi.

***

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang