Aku berjalan keluar ruangan sidang sambil kembali membawa berkas skripsiku. Akhirnya aku lulus dan menjadi sarjana! Rasanya campur aduk sekali, dari tegang hingga bahagia.
Dari sebelah kiri ruang sidangku, aku melihat Jess, Nathan dan Clara sudah lebih dulu selesai sidang akhir dan menungguku.
"Yeah, kita berhasil!!" Ucap Jess ketika aku sampai menghampiri mereka.
"Ayo foto-foto!" Ucap Clara.
Dengan gembira, kami berempat berfoto riang dengan berbagai gaya sebagai wujud dari rasa bersyukur kami. Akhirnya perjuangan untuk mendapatkan gelar sarjana telah terwujud!
Setelah selama ini aku menderita, bersabar dan dibuat stres oleh bu Rosa, sekarang aku tak perlu lagi pusing mengejarnya hanya untuk bimbingan -yang selalu berakhir dengan revisian yang banyak-!
Seselesainya kami berfoto di depan ruang sidang, akhirnya kami berjalan keluar gedung untuk bertemu dengan teman-teman kami yang lainnya yang sudah menunggu kami sedaritadi.
Dari kejauhan, aku melihat ibu dan mbak Ratih sedang berdiri sambil memegang buket bunga dan menatap ke arahku. Aku berjalan mendekati mereka sambil tersenyum gembira, sedangkan Jess, Clara dan Nathan berjalan ke arah para kerabat mereka masing-masing.
"Selamat ya, nak akhirnya kamu lulus juga!" Ucap ibu memelukku erat.
"Selamat, Ma! Mbak ikut bangga", ucap mbak Ratih sambil memberikanku sebuah buket bunga yang cantik.
"Makasih ya bu, mbak! Tepat waktu nih lulusnya!" Balasku dengan gembira.
"Oh iya, Radit gak dateng ya?" Tanya mbak Ratih kebingungan seperti sedang mencari seseorang.
"Enggak mbak, tadi malem Radit udah bilang sih kalo dia kayanya gak bisa dateng karena harus kerja," jawabku dengan sedikit cemberut.
"Selamat atas gelarnya, Sayang.." ucap seseorang yang berada di belakangku yang suaranya terdengar sangat familiar untuk kedua telingaku.
Aku membalikkan badanku untuk melihat siapa yang memanggilku dengan kata 'sayang'. Rupanya itu Radit yang sedang berdiri tersenyum kepadaku sambil membawa sebuah buket bunga yang besar dan cantik sekali!
"Radit!! Katanya gak bisa karena harus kerja?" Tanyaku terkejut kegirangan karena kedatangan Radit.
Kamu bisa bayangkan bagaimana rasanya ketika orang yang paling berarti di hidupmu tak bisa datang di hari yang cukup penting bagimu, lalu tiba-tiba saja sekarang muncul di hadapanmu? Itulah yang aku alami saat ini.
Orang-orang -teman kampusku yang sebenarnya tidak begitu kukenal- yang berada di sekitar kami langsung menatap ke arah aku dan Radit yang sedang terlihat sangat amat ganteng dan seksi sekali! Bagaimana tidak? Tubuhnya yang terlihat cukup berotot itu dilapisi oleh kemeja biru langit berlengan panjang yang dilipat hingga 3/4 panjangnya -gaya pakaian Radit seperti biasanya sepulang dari kantor-. Ditambah lagi, badannya yang tinggi diantara yang lain tentu saja membuat semua gadis di sekitar kita tak bisa berhenti menatapnya terpukau.
Aku bukan sombong karena dia ganteng. Tapi itulah yang sebenarnya! Tak peduli jika Radit ganteng ataupun culun, yang penting dia adalah Raditku yang pernah mencoba bersikap dingin agar tidak terlihat romantis di mataku -sebelum insiden di Bali-. Aneh sekali, ya? Hahaha.
"Aku usahain biar bisa dateng. Gimanapun juga, ini kan salah satu hari besar kamu dan aku gak mau ketinggalan", aku tersenyum bahagia kepada Radit sambil menerima buket bunga yang dia berikan kepadaku.
'Oh itu suaminya..'
'Ganteng banget!'
'Cocok ya!'
'Parah, parah! Ganteng banget!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)
Roman d'amour[Warning +21 - Mature content] CERITANYA BIKIN BAPER TINGKAT DEWA - (SOME PARTS ARE PRIVATE, HARUS FOLLOW DULU BUAT BACA LENGKAP) -COMPLETED- Emma terbangun dari mimpi gilanya dan menemukan dirinya berada di dalam sebuah mobil bersama seorang lelaki...