Wisuda

22.2K 1.1K 3
                                    

"Ayo sekali lagi foto lebih lucu!" Teriak mba Ratih dengan semangat saat aku berfoto dengan Radit di hari wisudaku untuk yang terakhir kalinya.

Radit merangkulku dan mulai memegang perutku yang sudah semakin terlihat lebih besar dengan tangan kanannya sambil tersenyum manis kepada lensa kamera, begitu juga denganku yang sambil memegang sebuah buket bunga paling cantik dan wangi yang sebelumnya telah diberikan kepadaku oleh Radit.

'KLIK'

Akhirnya, secara sah aku sudah menjadi seorang pengangguran! Tidak, tidak.. Seorang ibu rumah tangga!!! Tinggal menunggu kurang dari empat bulan lagi untuk diriku melahirkan seorang bayi yang pasti akan sangat amat lucu dan menggemaskan.

Rasanya hidupku selama setahun ini benar-benar berubah drastis sejak kubertemu Radit. Kalau bukan karena dia yang selalu menyemangati dan membantuku untuk mengerjakan skripsiku, mungkin aku tidak akan lulus dengan cepat, apalagi dengan dosen pembimbing yang sangat amat galak seperti bu Rosa.

Aku senang sekali karena di hari wisudaku ini, Radit, papah, ibu, mba Ratih, om Kevin, tante Marsya dan Angel hadir menemaniku. Meskipun ayah tidak datang -karena memang tidak kuundang-, dan papah hanya datang sebentar bersama Andi karena pusing terlalu ramai -karena sudah cukup tua-, namun aku tetap bahagia.

Ketika ibu, mba Ratih, tante Marsya om Kevin dan Angel sudah bergegas lebih dulu berjalan ke arah parkiran mobil, aku dan Radit masih harus menunda keinginan untuk pulang karena dicegat oleh Jess, Nathan dan Clara untuk berfoto bersama. Fotonya pun tak tanggung-tanggung, kuhitung sepertinya lebih dari 20 kali pengambilan foto.

Setelah kami selesai berfoto, tiba-tiba saja sahabat-sahabat Nathan yang lainnya datang dan mengajak untuk berfoto bersama kembali, -termasuk Reza dan Abim- sehingga membuat diriku dan Radit harus menunda lebih lama lagi.

"Biar saya aja yang fotoin.." Ucap Radit kepada teman-teman Nathan ketika mereka bingung siapa yang akan mengambilkan foto.

Radit menatapku dengan tatapan yang aku kenal persis, kemudian dia mulai mengambil beberapa foto kami.

"Coba, gayanya lebih ceria lagi!" Tatapan Radit yang tajam itu mulai beralih kepada satu persatu teman-teman Nathan secara seksama, lalu berhenti di Abim untuk beberapa saat dan pindah lagi ke sebelahnya, yaitu Reza yang entah sengaja atau tidak berada di sebelah kananku.

"Ok! Mulai lagi ya!" Teriak Radit.

'KLIK'

'KLIK'

'KLIK'

Seselesainya aku berfoto bersama, aku dan Nathan langsung berjalan ke arah Radit yang juga berjalan ke arah kami untuk memberikan kembali kamera milik Setya kepada Nathan.

Radit langsung merangkulku dan mencium bibirku secara tiba-tiba di hadapan banyak orang! Sekilas aku begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Radit, masalahnya, ini di depan teman-temanku dan aku bukan orang yang suka mengumbar kemesraan.

Meskipun aku terkejut dan tak suka mengumbar kemesraan, namun kali ini aku maafkan sikap Radit. Mungkin dia begitu karena kesal kepada Reza yang sedaritadi terus menatapku. Aku wajarkan sikap Radit tersebut. Lagi pula, akupun akan melakukan hal yang sama jika Nina atau bahkan Aliya terus saja menatap Radit di depanku seperti waktu itu.

"Waw! Iya, iyaa.. Kalian mesra banget deh!" Ucap Nathan menggoda kami. Aku dan Radit hanya tertawa mendengar ucapannya.

"Cie yang sekarang statusnya udah jadi 'Ibu Rumah Tangga'! Tinggal tunggu tanggal lahirannya aja nih.." Ucap Jess ikut berjalan mendekat kepadaku, Nathan dan Radit.

"Kamu kapan, sayang?" Tanya Nathan kepada Jess menggoda.

"Nikahin aku dulu lah!" Jawab Jess dengan ketus.

Aku tertawa mendengar ucapan mereka. Merasa bahagia dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Bahagia karena akhirnya kita sudah waktunya memilih jalan masing-masing, dan sedih karena aku, Jess, Clara dan Nathan sudah tidak akan bisa bertemu secara intensif lagi sebagaimana bila kita pergi ke kampus setiap hari.

Aku pasti akan rindu sekali momen-momen saat berkuliah bersama mereka. Masa-masa disaat aku suka maupun duka. Mereka benar-benar sahabat terbaikku.

Saat aku, Jess dan Clara diam-diam mengobrol di dalam kelas dan asik sendiri, saat ketika kami bertiga bekerja sama saat ujian, saat waktu makan siang atau waktu kosong yang kita habiskan di kantin atau berjalan-jalan sesaat. Saat-saat celetukan candaan Clara, Jess atau bahkan Nathan yang cukup menghibur. Aku pasti akan merindukan itu semua.

Apa yang dimulai, pasti akan selalu berakhir, sebagaimana aku sudah menyelesaikan masa kuliahku, sekarang saatnya aku memulai hidupku yang lebih baru lagi sebagai ibu rumah tangga, yang aku sangat harapkan akan berakhir ketika Tuhan memanggil salah satu dariku atau Radit kelak.

***

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang