Ayah Datang

47.1K 1.9K 27
                                    

Aku melirik ke arah jam yang menempel di dinding kamarku ketika aku sedang tidak fokus mengerjakan tugas revisi skripsiku. Yang benar saja! Hampir setiap halamanku tersentuh oleh coretan lukisan abstrak yang dia buat dengan sepenuh hati, hingga aku tak mengerti lagi apa yang sebenarnya dia tulis.

Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam dan ibu masih belum memberi kabar kapan dia akan pulang. Ya, kebiasaan ibu memang selalu lupa memberi kabar kepadaku.

Meski akhir-akhir ini ibu sangat sibuk sekali mengurusi toko kuenya, akan tetapi aku sangat senang sekali karena keadaan ibu sudah sangat jauh lebih baik dibanding 9 tahun lalu. Keadaan luka bakar di wajah ibu juga sudah jauh membaik karena ibu rajin melakukan pengobatan dan perawatan menggunakan uang yang diperoleh dari hasil penjualan kue-kuenya di toko.

Meskipun penghasilan ibu dari berjualan kue di toko tidak begitu banyak, akan tetapi dengan berjualan kue ibu sudah sanggup membeli toko kuenya sendiri dan membiayai segala keperluanku, serta mampu memasukkanku pada salah satu kampus swasta terkenal tanpa sedikitpun campur tangan dari ayah. Aku bahkan sudah tidak tahu lagi bagaimana kabar ayah sekarang.

Sambil terus menunggu ibu, aku membuka setiap halaman di website PT. Perdana Sinar di laptopku, sebuah perusahaan swasta yang sedang menjadi objek kajianku dalam menulis skripsi.

Aku sangat frustasi sampai saat ini tidak dapat menemukan kontak informasi personal seseorang dari perusahaan tersebut yang dapat aku pinta untuk menolongku mendapatkan informasi yang aku cari dari perusahaan tersebut, baik secara formal ataupun informal.

Aku sangat frustasi sampai saat ini tidak dapat menemukan kontak informasi personal seseorang dari perusahaan tersebut yang dapat aku pinta untuk menolongku mendapatkan informasi yang aku cari dari perusahaan tersebut, baik secara formal ataupun i...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ting-Tong!'

Tiba-tiba saja seseorang membunyikan bel. Itu pasti ibu! Karena itu, aku langsung buru-buru mengirim pesan kepada Jess untuk segera menjemputku.

Dengan segera aku keluar dari kamarku dan turun ke bawah untuk membuka pintu. Akan tetapi, ketika aku membukakan pintu utama rumahku, rupanya yang baru saja memencet bel tadi itu bukanlah ibu, melainkan ayah.

Ayah berdiri di depan pintu sambil bergandengan tangan dengan seorang anak perempuan. Aku terkejut melihat ayah yang sudah lebih dari 6 tahun ini tidak ada kabar dan hilang tiba-tiba muncul lagi, terlebih dirinya datang dengan membawa seorang anak kecil!

Ayah tampak lebih tua dari terakhir kali aku melihatnya, rambutnya sudah mulai tumbuh uban, kulit keriputnya sudah mulai terlihat jelas dan ayah sudah mulai memakai kacamata.

Terlihat jelas sekali, penampilannya tidak serupawan dahulu ketika dengan sombongnya, dirinya meninggalkan ibu dan aku di rumah ini. Ya, setidaknya ayah memberikan rumah ini kepada ibu dan aku pada hasil persidangan perceraiannya dengan ibu kemarin.

Aku ingin sekali langsung menutup pintu dengan amat sangat keras di depan wajah ayah, tapi aku tahu itu bukan cara yang tepat untuk memberitahu ayah bahwa aku masih sangat marah kepadanya. Sangat amat marah!!

Akal Tak Sekali Tiba (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang