12. Dua Sisi

220 27 1
                                    

Dengan gerakan cepat, Chandra mematikan ponsel dan memasukkannya ke dalam kantung celana hitam yang ia kenakan. Gumaman tidak jelas ia lontarkan setelah menerima panggilan tadi. Jessica yang mengetahui gerak-gerik Chandra, lantas berjalan menghampiri pria yang tengah kebingungan di luar gedung itu. Acara di dalam sudah usai beberapa saat yang lalu. Kini saatnya para tamu pulang.

"Ada masalah apa, Ndra?" Jessica sudah berdiri di samping Chandra. Mengamati mimik wajah gelisah sahabatnya.

"Baru saja aku mendapat telepon dari rumah sakit. Kamu tahu sendiri maksudnya 'kan?" jawab Chandra yang mendapat anggukan dari Jessica.

"Mengapa kamu masih disini dan bukannya menuju rumah sakit segera?" Jessica mengernyitkan dahi saat mendapati Chandra yang tidak segera bergegas.

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu, Jessica." Chandra menjelaskan alasan kenapa dirinya masih berdiri di sana.

"Tidak perlu memikirkanku. Aku bisa minta Jasmine untuk menjemputku. Kalau tidak, naik taksi online juga tidak ada masalah." sergah Jessica cepat yang tidak bisa menerima alasan semacam itu.

Chandra menggeleng tidak setuju. "Terlalu berbahaya aku membiarkanmu sendirian naik taksi online tengah malam seperti ini."

"Hei, aku sudah dewasa." teriak Jessica dengan suara khasnya, seketika Chandra langsung menutup kedua telinganya.

"Bagaimanapun juga kamu ini perempuan. Sekalipun perempuan yang agak kaku." kekeh Chandra yang langsung mendapat tatapan tajam gadis di hadapannya.

"Mau sampai kapan kamu disini mengajakku berdebat?" Jessica berjalan meninggalkan Chandra. Pria itu dengan cepat mengejar Jessica dan meraih pergelangan tangannya. Memberinya sebuah pilihan.

Chandra tidaklah tega bila harus meninggalkan Jessica pulang sendirian. "Bagaimana jika kamu ikut aku ke rumah sakit? Begitu urusanku usai, baru aku antar kamu pulang."

Jessica menghela napas. "Aku tahu pasti, keadaan darurat seperti apa yang kamu hadapi nantinya. Tentu saja memerlukan waktu yang lama. Dan aku tidak mau mati bosan karena menunggumu."

Lagipula gadis itu sudah cukup lelah bila harus menunggu Chandra menyelesaikan urusannya. Ia butuh istirahat segera. Dan pilihan terbaiknya adalah pulang. Entah bagaimana caranya, tapi dirinya harus pulang tanpa mampir ke suatu tempat.

Chandra menarik napas halus, memutar otaknya mencari ide lain. "Ah, atau kamu pakai saja mobilku. Biar aku yang naik taksi ke rumah sakit." Chandra menyerahkan kunci mobil kepada Jessica.

Pria itu mengkhawatirkan Jessica. Tadi mereka berangkat bersama, dimana Chandra yang menjemputnya. Pria itu memiliki rasa tanggung jawab dan kewajiban untuk juga mengantarkan Jessica pulang dengan selamat. Namun, hal-hal darurat seperti telepon rumah sakit memang selalu tidak bisa diprediksikan. Sebagai seorang yang telah disumpah, Chandra memiliki kewajiban terkait keselamatan pasien yang jauh lebih mendesak dan harus didahulukan.

Tawaran Chandra itu tentu saja mendapat penolakan. "Sudah, Ndra. Segeralah bergegas ke rumah sakit. Kamu tidak memiliki cukup banyak waktu untuk berdiskusi hal tidak penting seperti ini. Pasienmu tidak bisa menunggu lebih lama lagi." Jessica membuka pintu mobil kemudi.

Terdengar konyol kalau dalam situasi gawat darurat seperti itu, bukannya mengendarai mobil sendiri malah menggunakan transportasi umum. Segera saja Jessica mengakhiri perdebatan panjang yang tidak berguna itu. Perdebatan yang hanya akan menghabiskan waktu yang sangatlah berharga untuk pria itu segera meluncur ke rumah sakit.

"Jika sudah sampai rumah jangan lupa menghubungiku, mengerti?" putus Chandra pada akhirnya, sebelum dirinya masuk mobil karena didorong paksa Jessica.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang