"Berhenti!!!" teriak Jessica begitu dirinya sudah berada dekat dengan kejadian.
Wisnu yang tengah dalam posisi menyerang karena menindih Revan, segera menolehkan kepala melihat sosok yang menghentikan pertikaian yang ia mulai. Melihat Jessica berdiri tak jauh dari sana, Wisnu mengumpat pelan. Dirinya belum sepenuhnya menyadari situasi, hingga kemudian Revan berhasil menendangnya dan membuat Wisnu berguling ke samping.
Selanjutnya Revan langsung berdiri. Tangannya menelusuri rahang dan hidungnya yang terasa nyeri. Pukulan Wisnu nyatanya cukup telak membuat dirinya kini babak belur.
"Kalian sadar apa yang baru saja kalian lakukan?" Jessica bertanya seraya menatap bergantian pada keduanya. Meski nada bicara gadis itu biasa, tetapi Revan tahu jelas jika Jessica tengah menahan marah dan kesal. 30 detik berlalu tidak ada jawaban baik dari Revan maupun Wisnu.
Wisnu yang sudah berdiri, masih belum melepaskan tatapan tajamnya pada Revan. Tidak mau terintimidasi oleh Wisnu, Revan pun juga membalas tatapan yang tak kalah menusuk. Keduanya masih terbawa emosi satu sama lain dan memilih diam tidak menjawab pertanyaan Jessica yang saat itu sudah berdiri diantaranya.
Tidak terdengar jawaban yang diinginkan, Jessica menghembuskan napas kasar. "Keributan yang kalian ciptakan akan mengundang perhatian tamu undangan di dalam sana. Apa kalian ingin menjadi tontonan gratis sebagai hiburan mereka?" tanya Jessica sarkas. Dirinya benar-benar tidak mengerti mengapa keduanya berkelahi seperti itu. Ia juga prihatin melihat wajah keduanya yang kini penuh dengan luka lebam dan darah di beberapa bagian wajah.
Masih belum mendapat respon, Jessica berjalan pelan, dalam diam menahan kekesalan mendekati Revan. Ia menanyakan keadaan pria itu. Wisnu tersenyum masam mendapati pemandangan yang menyedihkan untuknya. Jessica lebih memperhatikan Revan dari pada dirinya. Muak melihat senyum Revan yang merendahkannya, Wisnu memilih segera pergi dari tempat itu. Berjalan cepat dengan tangannya yang jahil mendorong tubuh Revan. Tidak terima, Revan hendak mengejar Wisnu. Tetapi sebelum itu terjadi, Jessica berhasil menahan langkah pria itu.
Setelahnya Jessica membawa Revan ke salah satu kamar hotel yang sudah dipesannya. Pria itu duduk dan bersandar pada sofa panjang saat Jessica masuk dengan membawa perlengkapan P3K dan baskom berisi es, lalu diletakkannya di atas meja. Untuk sejenak, Jessica meringis tatkala melihat wajah Revan yang penuh luka.
"Lepas kemejamu." pinta Jessica membuka suara tanpa mengalihkan pandangan pada Revan. Ia tengah sibuk mempersiapkan beberapa peralatan dan obat yang dibutuhkan. Namun, Revan justru hanya diam seraya menyaksikan apa yang tengah Jessica lakukan. Tidak menghiraukan pintanya, Jessica menoleh pria disebelahnya. Ia menghela napas pelan, "Kamu akan tetap memakai kemeja dengan banyak noda darah seperti itu?"
Revan menunduk guna melihat penampilannya sendiri, dan benar saja, kemeja yang awalnya putih bersih kini berubah menjadi merah di beberapa tempat. Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Revan segera melepas kemeja yang dipakainya. Dan kini hanya menyisakan kaos putih oblong yang digunakannya sebagai rangkapan.
Setelah semuanya siap, Jessica berjalan menuju wastafel yang berada di sudut ruangan untuk mencuci tangan. Usai memastikan tangannya bersih dan kering, ia kembali duduk di pinggiran sofa.
Tidak lupa Jessica juga mengenakan sarung tangan steril yang sudah tersedia di dalam perlengkapan P3K. Ia tuang alkohol pada gelas ukur, lalu menyelupkan kassa steril menggunakan pinset. Selanjutnya Jessica membersihkan beberapa luka di wajah Revan yang berdarah. Begitu alkohol menyentuh lukanya, Revan memejamkan mata menahan perih.
Saat wajah pria itu telah bersih dari darah, Jessica kembali mengelapnya menggunakan kassa steril kering. Kemudian luka tersebut ditutup dengan kassa kering lainnya yang masih bersih dan melapisinya dengan bantalan kassa yang lebih tebal untuk kemudian diplester. Revan mulai membuka matanya ketika menurutnya pekerjaan Jessica telah usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Rasa
RomanceKejadian empat tahun lalu meninggalkan torehan luka yang masih menganga dalam diri Jessica. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma yang terus menghantui. Berpikir sulit baginya untuk kembali merasakan cinta dan memulai sebuah hubungan yang baru. Te...