13. Lembaran Buku Baru

209 30 4
                                    

Dengan mendorong troli, Jessica berkeliling di sebuah supermarket untuk berbelanja beberapa persediaan makanan bulanan. Semua kebutuhan hampir terpenuhi, hanya saja dirinya masih mencari beberapa jenis makanan dan minuman pesanan Jasmine. Tidak seperti biasa, kali ini sang adik tidak ikut berbelanja karena masih ada kegiatan di kampus.

Memaksa Jessica harus berbelanja sendiri dengan banyak barang yang harus di belinya, tentu amat merepotkan. Tidak jarang Jessica mengumpat kesal karena dirinya belum juga menemukan ramen kesukaan Jasmine. Ini bukan kali pertama untuknya berbelanja di tempat itu, namun entah mengapa tata letak yang sudah sangat ia hafal harus berubah hingga menyulitkannya mencari apa yang diinginkan.

Hanya kurang satu makanan saja dan itu sudah cukup membuat mood Jessica buruk. Betapa tidak, ia sudah berkeliling tidak cukup sekali. Tetapi hasilnya tetap sama. Jessica hampir saja menyerah ketika ujung mata hazelnya menemukan sesuatu yang menjadi targetnya.

Tangannya terjulur mengambil bungkus tersebut. Sayangnya ada tangan lain yang juga menginginkannya. Membuat Jessica lagi-lagi mendengus kesal. Disaat ia sudah menemukannya, tetapi masih ada penghalang untuk memilikinya. Dan satu hal yang baru ia sadari adalah ramen incarannya hanya tersisa satu.

"Jessica?" seru seseorang yang menjadi lawan Jessica untuk mendapatkan ramen dengan bungkus merah tersebut.

Mendengar namanya di panggil, mau tidak mau Jessica menoleh. Sejujurnya ia malas berdebat dengan orang di hadapannya kini. Namun, sepertinya seseorang itu mengenal Jessica.

"Revan? Ah, saya pikir siapa." ucap Jessica melihat pria di hadapannya.

"Apa kamu menginginkannya juga?" tanya Revan yang sudah mengamankan ramen itu ditangan.

"Ya, pesanan seseorang. Kalau kamu mau untukmu saja. Nanti biar saya cari yang lain." ujar Jessica sekenanya yang langsung saja ia sesali dalam hati. Dengan mudahnya dirinya merelakan ramen yang membuatnya jengkel dari tadi. Lagi pula Jasmine tidak akan suka jika bukan ramen rasa kesukaannya.

Bodoh. Umpatnya sendiri dalam hati menyesali kebodohan sok mengalahnya.

"Kamu serius?" Revan memastikan apa yang dikatakan Jessica baru saja memang benar adanya.

"Tentu." ucapnya dengan senyum yang dipaksakan. Lantas kembali berjalan mendorong trolinya ke kasir. Ia putuskan untuk nanti berbohong saja dengan Jasmine, jika ramen pesanannya habis. Tunggu, bukankah memang telah habis? Ya, karena Jessica yang sok baik. Tentu saja. Rutuknya yang masih berlanjut dalam hati.

Setelah Revan mengambil ramen itu, ia bergerak menyusul Jessica menuju kasir. Tidak terlalu banyak barang di keranjangnya. Ia hanya membeli beberapa jenis makanan instan dan minuman kemasan.

Pria itu sengaja mengantri di konter yang sama dengan Jessica dan berdiri tepat dibelakang gadis itu. Padahal ada konter kasir lain yang jelas-jelas kosong tanpa antrian. Entah apa alasan Revan yang justru memilih mengantri seperti itu, mengingat troli belanja milik Jessica yang penuh, bisa dipastikan akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama.

Sembari menunggu barangnya dalam hitungan, Jessica lebih memilih memainkan ponsel. Setelah semuanya selesai, ia membawa seluruh belanjaannya yang mencapai 3 kantong besar menuju mobil. Benar-benar sangat merepotkan dan tentu saja bawaannya itu cukup berat.

Gadis itu terlalu malas jika harus berjalan lagi dari tempat parkir hanya untuk mengembalikan troli. Sungguh menyebalkan rasanya berbelanja kebutuhan bulanan hanya seorang diri. Ia hanya ingin segera pulang dan mencoba resep baru jika saja masih ada mood untuk memasak.

Melihat Jessica yang kerepotan dengan sesekali menggerutu kesal, membuat Revan terkekeh pelan. Setelah selesai membayar, ia segera berlari menyusul dokter tersebut. Tanpa ijin, segera saja diambilnya dua kantung dari tangan Jessica, membuat gadis itu memekik karena dipikirnya ada perampok.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang