14. Realisasi Janji

189 28 2
                                    

"Revan?" ucap Jessica begitu ia mengenali pria yang sempat bertabrakan dengannya.

"Astaga, saya sungguh tidak menyangka bertemu denganmu di sini." Revan tertawa kecil mengingat kebetulan yang benar-benar tidak terduga itu.

Jessica masih dilingkupi rasa takjub dengan apa yang baru saja ia alami. Bertemu dengan pria itu untuk kesekian kalinya secara kebetulan, dalam situasi yang selalu tidak bisa ditebak dan di tempat yang tidak terduga pula. "Begitu pun dengan saya. Apa yang kamu lakukan disini?"

"Saya diminta menjadi narasumber seminar bertema entrepreneur yang diadakan mahasiswa. Lalu kamu sendiri, Jessica?" jelas Revan menengok sebuah ruangan besar di belakangnya. Beberapa mahasiswa nampak keluar dari sana. Sepertinya acara seminar sudah berakhir.

"Menjemput adik saya yang kuliah di sini. Jadi, kamu sering mengisi seminar?" tanyanya kemudian begitu mendengar alasan keberadaan Revan di kampus tersebut.

"Tidak juga. Kebetulan karena saya alumni kampus ini, saya pikir tidak ada salahnya untuk menerima permintaan itu." ungkapnya dengan nada santai dan terselip senyum kecil di bibirnya.

Sebuah teriakan yang cukup nyaring membuat mereka berdua menoleh ke arah sumber suara.

"Eonni." Siapa lagi kalau bukan Jasmine. Dirinya baru saja keluar dari ruangan yang sama dengan Revan tadi. Begitu melihat sang kakak berdiri tidak jauh, ia segera bergegas menghampiri Jessica.

"Mengapa Eonni bisa sampai sini?" tanyanya polos sesaat setelah berhadapan dengan Jessica.

Mendengar pertanyaan konyol Jasmine, membuat Jessica merasa kesal. "Aish, kamu membuat Eonni khawatir. Berulang kali Eonni menghubungimu, namun tidak kunjung mendapat kepastian. Akhirnya Eonni memilih mencarimu saja." keluhnya yang masih kesal karena ulah Jasmine.

Mendapat kalimat bernada jengkel dari kakaknya, membuat Jasmine hanya menyengir lebar nan polos tanpa merasa bersalah. "Aku lupa memberitahumu jika hari ini ada seminar, sehingga pulangnya agak terlambat. Dan soal panggilanmu itu, aku tidak mendengarnya karena ponselku dalam mode silent." Jasmine memeluk Jessica dari samping, lalu diciumnya cepat pipi kanan sang kakak tersebut. Merajuk dengan tingkah manjanya agar dimaafkan.

Tidak lama kemudian, dirinya menyadari jika ada orang lain diantara mereka. Ia menggerakan kepala melihat siapa orang yang sedari tadi memperhatikan interaksinya dengan Jessica.

"Bapak Revan? Selamat siang, Perkenalkan nama saya Jasmine." ucap Jasmine memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan. Revan pun melakukan hal yang sama.

"Jadi ini adikmu, Jessica?" Revan melempar pertanyaan pada gadis yang sudah hampir dua minggu ini tidak ia lihat.

"Ya dan maaf jika dia sedikit cerewet." jawab Jessica diiringi tawa kecilnya seraya melirik Jasmine.

"Yak, Eonni membuat image-ku turun dimata Bapak Revan." Jasmine mengerucutkan bibir kesal. Revan yang melihat sepasang kakak beradik dihadapannya hanya tertawa.

Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannnya tertuju pada Revan dan Jessica secara bergantian. Sebuah tatapan curiga jelas terlihat disana. "Eonni dan Bapak Revan saling mengenal?"

"Saya ini pasien kakakmu." Revan yang menjawabnya. "Tunggu, kamu ini benar-benar adik Jessica ya?" Pria itu terkekeh sendiri begitu melontarkan kalimat yang membuat kedua perempuan di hadapannya bingung.

"Tidak perlu memanggil Bapak, saya tidak setua itu untuk disebut Bapak oleh kalian. Bukankah begitu Dokter Jessica?" tambahnya dengan kedua alis Revan naik turun menggoda Jessica, mengingatkan kejadian beberapa bulan lalu saat di rumah sakit. Sedangkan gadis itu tersenyum seraya menganggukan kepala membenarkan kalimat Revan.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang