21. Menciptakan Kenangan

184 20 0
                                    

Benar saja jalanan memang sangat padat, mengingat memang jam pulang kerja sudah tiba. Beberapa kali Revan menggerutu tidak sabar karena mobilnya berjalan bak siput. Jessica yang memperhatikan tingkah Revan hanya mendengus geli. Ia sendiri tidak cukup paham jalanan yang tengah mereka lalui dan memilih diam untuk tidak menanyakan tempat tujuan pria itu.

Setelah setahun lalu kembali ke Indonesia, dirinya belum pernah sekalipun berkeliling kota. Jessica terlalu malas berkutat dengan kemacetan Jakarta. Tidak ada yang ia lakukan selain menghabiskan harinya di rumah sakit.

Revan memarkirkan mobilnya begitu memasuki kawasan obyek wisata terkenal di Jakarta itu, setelah hampir dua jam terjebak kemacetan. Jessica mengamati sekeliling, memperhatikan dimana sekarang mereka berada. Menoleh ke arah Revan, "TMII?" tanya Jessica memastikan.

"Seperti yang kamu lihat. Aaa.. jangan bilang kamu belum pernah kesini?" ucap Revan asal menebak, yang langsung mendapat tatapan tajam Jessica.

"Sok tahu. Aku pernah sekali menginjakkan kaki disini. Ya, meskipun itu sewaktu aku kecil." bantah Jessica. Saat kepindahannya ke Indonesia dulu, ayahnya mengajak kedua putrinya untuk berjalan-jalan memperkenalkan berbagai tempat wisata di Jakarta. Dan itu adalah pengalaman pertama juga terakhir ia menikmati obyek wisata tersebut hingga saat ini.

Keduanya keluar mobil dan berjalan memasuki area TMII. Berjalan beriringan bergandengan tangan layaknya pasangan yang tengah berkencan. Saling melempar tawa, Revan tidak henti-hentinya menggoda Jessica. Membuat gadis itu beberapa kali melempar tatapan sebal juga memukul lengan Revan.
"Kita adu lari, siapa yang lebih cepat sampai di atas sana, maka ia yang akan mentraktir malam ini. Bagaimana?" Revan memberi usul sekaligus menantang Jessica. Revan yakin dirinya yang akan menang melawan Jessica. Sebab yang dimaksudnya adalah adu kecepatan melewati beberapa anak tangga. Mengingat tadi Jessica mengeluh lelah, maka mustahil untuknya lebih cepat dari Revan.

"Deal, siapa takut." Jessica menerima tantangan Revan.

"Aku hitung. Satu, dua, tiga." Tepat saat itu mereka memulai lari. Revan berlari dengan kecepatan penuh bahkan langsung melewati dua anak tangga sekaligus, sementara Jessica tidak mau kalah, ia juga susah payah sekuat tenaga untuk tidak mau tertinggal.

Jessica terus saja tertawa karena Revan melakukan banyak hal konyol. Dari yang sok akrab dengan pengunjung lain, usil terhadap pasangan yang duduk di anak tangga dan sebagainya. Hingga tidak terasa mereka sudah sampai di ujung puncak tangga.

"Hap.. yes aku menang. Kamu harus mentraktirku." Revan sampai lebih dulu menginjakkan kaki di anak tangga terakhir.

"Ho, aku hanya tertinggal sekian detik dibelakangmu. Jadi jangan sombong." Jessica menyusul pria itu kemudian. Mengatakan bahwa meski dirinya kalah, tetapi selisih waktu mereka tidaklah jauh.

"Sama saja 'kan, itu juga namanya tetap kalah, Dokter." Sekali lagi Revan menegaskan kemenangannya atas Jessica.

Gadis itu mencibir mendengar kesombongan Revan. Memilih berjalan lebih dulu dan menghiraukan pria yang kini berjalan dibelakangnya sambil mengulum senyuman, menahan tawanya agar tidak meledak karena kekesalan Jessica yang enggan mengakui kekalahan.

Taman mini merupakan salah satu tempat wisata dan menjadi icon di Jakarta. Sehingga tidak mengherankan bila banyak pengunjung memenuhinya. Keduanya kini menginjakkan kaki di taman legenda keong emas.

Taman legenda keong emas taman mini adalah wahana rekreasi yang mengandung unsur budaya dan edukasi. Menjadikan wahana ini adalah wahana bermain dan belajar.
Walaupun wahana permainannya standar, tetapi nampak penataan wahana dan seluruh fasilitas didalamnya di desain sedemikian rupa. Banyak toko cinderemata disana. Sementara satu-satunya café di dalam taman legenda berada di sudut pinggir kolam.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang