22. Dokter Jessica

198 24 6
                                    

Hari itu Jessica berangkat ke rumah sakit tidak sendirian, melainkan berdua bersama Revan. Pria itu sudah tiba di depan rumah Jessica pagi hari, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Mengatakan maksud kedatangannya, ingin mengantar gadis itu bekerja. Jessica sempat terkejut, karena itu kali pertama Revan melakukan hal tersebut.

"Tapi aku bisa berangkat sendiri seperti biasanya. Kamu tidak perlu repot mengantarku ke rumah sakit, Van." Tolak Jessica pada akhirnya setelah memikirkan jawaban atas penawaran yang diberikan mantan pasiennya itu. Meski tidak bisa dibilang penawaran karena dari nada bicara pria tersebut lebih kentara seperti permintaan.

"Sudahlah, kamu ikut saja bersamaku. Tidak perlu merasa direpotkan karena bahkan kamu saja tidak memintanya. Ini murni keinginanku sendiri. Dan juga kamu tidak perlu khawatir, karena nanti pun aku pula yang akan mengantarmu pulang." Revan tetap tidak mau menyerah. Dirinya sudah memantapkan niat pagi ini. Jadi mana mungkin ia harus pergi begitu saja tanpa membuahkan hasil.

"Tapi-" Belum sempat Jessica kembali menolak, pria itu sudah memotong ucapannya.

"Tidak ada tapi-tapian, masuklah! Ini sudah lebih dari jam berangkat, aku tidak ingin terjebak macet yang pada akhirnya membuat kita berdua terlambat ke tempat kerja masing-masing." Revan mendorong punggung Jessica untuk masuk ke mobil yang sudah lebih dulu pintunya sengaja ia buka.

Jessica hendak kembali menyela sebelum masuk ke mobil, tetapi lagi-lagi Revan sudah lebih cepat darinya dengan mendudukan Jessica, setelah memastikkan kepala gadis itu tidak membentur atap mobilnya. Dengan gerakan cepat, ia segera menutup pintu mobil dan dirinya masuk ke sisi lainnya. Akhirnya memang Jessica harus mengalah menuruti keinginan pria yang entah bagaimana terkesan memaksa untuk berangkat bersama.

Selama perjalanan, Jessica lebih banyak diam dan memainkan ponselnya. Mengirim pesan pada Jasmine, untuk memberitahu bila dirinya berangkat dengan temannya. Jessica lebih dulu keluar rumah daripada Jasmine, jika nanti Jasmine melihat mobil milik kakaknya masih terparkir di garasi rumahnya, tentu akan membuatnya segera menghubungi Jessica untuk memastikan. Jadi sebelum ponselnya berdering karena panggilan atau pesan dari adiknya, ia memilih untuk memberitahunya lebih dulu.

Melihat Jessica yang lebih banyak diam dan asyik dengan ponselnya, Revan melirik ke arah ponsel yang merupakan keluaran terbaru dari salah satu perusahaan terkenal dari Korea tersebut. Tepat saat itu juga mobil Revan berhenti karena traffic light berwarna merah. Kali ini Revan bukan hanya melirik, tetapi melihat dengan jelas apa yang tengah menjadi pusat perhatian Jessica. Sebab karena ponsel tersebut sedari tadi Jessica mengacuhkannya. Meski tidak bisa dikatakan mengacuhkan, karena Revan pun juga tidak mengajak gadis itu berbicara.

"Katakan saja pada Jasmine bahwa pagi ini kamu berangkat bersamaku." ucapnya begitu tahu Jessica tengah mengirim pesan pada Jasmine. Setelah pertemuan dan perkenalannya sewaktu di seminar beberapa waktu yang lalu, Revan dan Jasmine beberapa kali sempat bertemu. Tepatnya saat pria itu tengah berkunjung ke rumah Jessica.

Jasmine yang sangat penasaran, sempat memberondong kakaknya dengan berbagai pertanyaan mengenai hubungannya dengan Revan. Jessica menjawab mereka hanya berteman karena Revan dulunya salah satu dari pasien yang ditanganinya. Namun Jasmine bukanlah anak kecil yang begitu saja percaya. Sebatas teman? Mantan pasien? Haruskah sampai datang ke rumah dokternya? Bahkan dalam berbagai kesempatan keduanya sering kedapatan menghabiskan waktu bersama. Jasmine hanya ingin sekedar memastikan saja. Walau begitu ia bisa merasakan kakaknya terlihat lebih bahagia akhir-akhir ini. Apakah itu karena Revan?

Mengingat adiknya yang sangat cerewet dan ingin tahu, itu sebabnya Jessica tidak menyebut dalam pesannya bila dirinya tengah bersama Revan. Kalau Jasmine tahu hal itu, bisa dipastikan dengan segera setelah pesannya itu terbaca oleh sang penerima, ponsel Jessica akan berdering menandakan si penerima kini telah menghubunginya secara langsung untuk meminta penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana bisa kakaknya diantar Revan, dan mengapa pria itu tidak masuk rumah lebih dahulu. Membayangkannya saja sudah membuat Jessica kebingungan.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang