19. Klaim Kepemilikan

227 27 7
                                    

Revan berdiri bersandar pada mobilnya. Ia memang sengaja tidak masuk rumah lebih dulu, sebab sebelum berangkat tadi, ia lebih dulu memberitahu Jessica. Sembari menunggu dokter itu keluar, pria itu membuka ponsel untuk membalas beberapa pesan dari teman-temannya yang menanyakan kedatangannya. Malam itu Revan hanya mengenakkan kemeja putih dengan celana marks and spencer texture modern slim fit warna krem muda, tanpa dibalut jas mahal armani seperti biasa.

"Maaf membuatmu menunggu lama." ucap Jessica begitu dirinya sudah berdiri di depan Revan, yang seketika membuatnya segera mengangkat kepala.

Pria itu terdiam beberapa saat. Perhatiannya seketika hanya berpusat pada sosok gadis dihadapannya. Revan merasa tersihir akan pesona Jessica. Sebenarnya penampilan gadis itu tidak berbeda dengan fashion style yang sering dikenakannya. Hanya saja aura Jessica malam itu benar-benar membuatnya terpana. Dress lengan panjang merah muda selutut dengan rambut cokelatnya yang kembali ia biarkan terurai. Untuk aksesoris, Jessica memilih menggunakan anting panjang dan jam tangan warna silver. Tak lupa juga dirinya menenteng clutch dari brand kenamaan.

Sederhana dan simpel memang, tetapi entah mengapa itu semua nampak seperti perpaduan sempurna dan pas ditubuh Jessica. Hingga tidak sadar Revan menggumamkan satu kata. "Cantik."

Jessica mengerutkan kening mendengar pujian singkat Revan. Namun, setelahnya ia tidak bisa menyembunyikan senyuman yang kini sudah menghiasi bibir tipis dengan polesan lipstik warna nude sebagai pilihannya malam ini. Jessica kemudian menilik sesaat penampilannya sendiri. Gerakan Jessica tersebut membuat Revan segera tersadar. Pria itu lantas membukakan pintu disisi kemudi, yang tak lupa juga untuk mempersilakan Jessica, layaknya sang pengawal pada ratunya.

"Kamu tidak perlu melakukan itu, Van." Jessica merasa perlakuan Revan terlalu berlebihan hingga membuatnya sedikit risih.

"Biarkan saja, seorang gadis cantik pantas untuk itu."

Lagi-lagi kalimat Revan membuat Jessica tersenyum simpul, seraya menahan untuk tidak terkekeh.

Segera setelahnya Revan menginjak pedal gas, mengarahkan mobilnya menuju ke hotel tempat acara reuni diselenggarakan. Butuh waktu setidaknya 1,5 jam untuk tiba di hotel berbintang yang berada di kawasan Kuningan itu. Berbeda dengan hotel kebanyakan disekitarnya yang mana desain bangunan menjulang tinggi dengan berpuluh-puluh lantai, hotel tersebut berdesain luas yang melebar dan hanya memiliki 23 lantai saja. Meski begitu, tetap tidak membuat hotel itu kehilangan kemewahannya.

Mobil Revan berhenti di depan lobi hotel. Sama seperti sebelumnya, kali ini Revan juga membukakan pintu Jessica. Keduanya berjalan memasuki ballroom hotel, setelah sebelumnya Revan menyerahkan kunci mobilnya pada seorang valet. Bak pangeran di film-film, Revan melonggarkan lengan kirinya. Jessica cukup paham dengan maksud Revan, dan tanpa ragu dirinya mengaitkan tangan kanannya pada lengan kiri pria itu. Mereka saling menatap sesaat sembari melempar senyum satu sama lain.

Banyak pasang mata memperhatikan keduanya yang berjalan berdampingan. Menjadi pusat perhatian bukanlah hal yang disukai Jessica. Sejujurnya gadis itu merasa tidak nyaman mendapat tatapan penasaran dari orang-orang. Namun, dirinya juga tidak ingin mengabaikannya begitu saja. Karena itu ia memilih untuk tersenyum dan menunduk hormat sebagai respon untuk pandangan yang diarahkan padanya.

Lain halnya dengan Revan, ia hanya cuek tidak menanggapi tatapan orang untuknya. Berjalan tegap dengan pandangan lurus kedepan. Bukannya angkuh atau sombong, pria itu hanya tidak ingin menyapa orang-orang yang bahkan tidak dikenalnya itu. Reuni tersebut memang diperuntukkan untuk tiga angkatan sekaligus. Sehingga wajar saja jika tidak semua orang saling mengenal.

Semasa SMA, Revan termasuk siswa yang populer di sekolahnya. Meski kala itu dirinya terkenal karena perangainya yang liar. Revan muda yang kerap kali membuat onar dan merupakan ketua geng penguasa sekolah. Terlebih saat itu dirinya memang digadang-gadang calon pewaris tunggal kerajaan bisnis Narendra. Tidak heran bila banyak orang yang mengenal sosok Revan.

Satu RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang