21. Tanda-Tanda Jatuh Cinta

67.5K 3K 494
                                    

Play aja videonya :3
---------------------------------------

Serius deh, kalau gini terus, rasa bosannya Puti makin memuncak sampai meledak kemana-mana. Parah kan.

“kak aku mau keluar.” ucap Puti.

“kemana?”

“gatau deh, paling ke belakang perusahaan. Kan ada taman di sana.” ucap Puti lalu pergi meninggalkan Daniel sendirian.

Bahlul. Daniel kan belum mengatakan iya atau tidaknya. Seenak udelnya saja dia main pergi-pergi segala. Puti belum tau aja kalau di belakang banyak tukang kebun yang suka ngegombalin cewek-cewek. Salah satu tukang kebun yang Daniel ingat akan kegenitannya ya si Mas Ong. Hampir semua pegawai perempuannya sudah digombali oleh Mas Ong.

Nah, kalau Puti ke taman belakang sendirian, bisa-bisa Mas Ong menggombalinya kan? Waduh bahaya.

“PUT TUNGGU!” teriak Daniel.

“kenapa kak?”

“gue ikut!”

“hah?!”

Puti belum tau saja kalau Daniel sedang melindunginya. Dan si Daniel mana mau mengaku kalau ia sedang berusaha melindungi Puti. Helaw, jujur its not Daniel style. Gengsinya lebih besar dari pada itunya.


Bahunya.

Puti dan Daniel sedang duduk di taman belakang perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puti dan Daniel sedang duduk di taman belakang perusahaan. Nah, kalau begini kan Puti tidak bosan. Angin yang kencang, udara yang segar, dan tukang kebun yang memiliki paras diatas rata-rata membuat Puti menjadi cuci mata. Dari pada diam saja di ruangan Daniel. Penat, bosan, dan suntuk.

“tukang kebunnya ganteng-ganteng.” ucap Puti malu-malu.

Apa? Ganteng? Ah rasanya kuping Daniel panas saja mendengarnya. Sudah jelas-jelas dirinya yang lebih ganteng dari pada tukang kebun. Heran, tidak pegawainya, tidak adiknya, semua mengatakan tukang kebunnya pada ganteng-ganteng. Lama-lama Daniel pecat juga semua tukang kebunnya.

“Biasa aja.” saut Daniel.

“tapi sebagai tukang kebun, itu parasnya pada di atas rata-rata loh kak.”

“gantengan gue lah kemana-mana!”

Kalau Puti boleh mengatakan sesuatu, sudah pasti Puti akan mengatakan “yaiyalah kak.” Sayangnya aja Puti tidak berani mengatakan itu.

“Pak Daniel? Itu pacarnya ya?”

Jantung Daniel hampir saja copot. Tiba-tiba saja Mas Ong datang tanpa diundang, pulang tanpa diantar. Mana Mas Ong ngomongnya pake bisik-bisik di telinga Daniel pula. Siapa sih yang tidak kaget?

“Mas Ong! ngagetin aja!” bentak Daniel yang disambut cekikikan dari Mas Ong.

“ya habis Pak Daniel kenapa pacaran disini? Kalau ada pihak ketiga gimana?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ya habis Pak Daniel kenapa pacaran disini? Kalau ada pihak ketiga gimana?”

Daniel mengerutkan dahinya sambil mengangkat salah satu alisnya.

“maksud kamu pihak ketika? Pelakor?” tanya Daniel bingung.

“haduh pak.. Bapak ganteng tapi oon.” ucap Mas Ong lalu reflek  menutup mulutnya.

“maaf pak maaf. Emang bapak enggak pernah denger istilah, kalau berduaan dengan yang bukan muhrim, nanti dateng setan? Nah itu pihak ketika maksud saya itu setan. Pelakor juga termasuk setan sih hahaha.”

“nah terus kamu dateng. Berarti kamu setannya dong?”

Mas Ong menepuk jidatnya. Lagian, salah sendiri pakai istilah seperti itu. Jadinya senjata makan tuan kan.

Eh engga deh, kalau Mas Ong jadinya tuan makan senjata.

“eh kita belum kenalan loh mbak. Siapa namanya?” tanya Mas Ong sambil mengulurkan tangannya untuk Puti.

“Puti mas.” balas Puti.

“Puti? Pantesan aja kulitnya bening begitu. Hehehe.”

Mungkin kalau bisa, seluruh tubuh Daniel sudah mengeluarkan asap saking panasnya melihat tangan Mas Ong yang tak kunjung dilepaskan. Berani sekali ia menyentuh kulit mulus Puti tanpa seizinnya dia. Minta dipecat?

“ekhm! Gausah pegang-pegangan juga kali!” ucap Daniel sambil melepaskan tangan Mas Ong dari tangan Puti.

Lagi-lagi Mas Ong hanya cekikikan. Melihat bosnya dilanda api cemburu membuatnya geli sendiri. Baru pertama kali ia melihat bosnya seperti ini. Biasanya juga cemberut-cemberut kecut.

“Waduh, saya pergi aja deh dari sini. Sebelum saya dipecat lagi hehe. Neng Puti, noh Pak Daniel cemburu hehehe. Saya permisi dulu ya neng.” ucap Mas Ong lalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ingin sekali Daniel memasukan mulut Mas Ong dengan sepatunya. Kalau ngomong itu loh suka mengada-ngada. Padahalkan, Daniel tidak mengatakan kalau ia cemburu?

Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, kenapa omongan Mas Ong ada benarnya juga ya? Kalau ia tidak cemburu, kenapa juga ia marah melihat tangan mulus Puti dipegang-pegang oleh Mas Ong? Masa iya sih Daniel cemburu?

Argh.. Daniel pusing. Daniel tidak mengerti dengan perasaannya. Toh, dia kan harusnya membuat adik tirinya tidak betah tinggal dirumah. Kenapa ia malah jatuh hati dengannya? Ingin sekali Daniel berkata kasar.

“kakak cemburu?” tanya Puti.

“GAK GUE GAK CEMBURU!” jawab Daniel.

“kok kakak marah?”

“g-gue gak marah!”

“tadi kakak bentak aku loh.”

“gue gak bentak!”

“ah.. Kakak beneran cemburu ya??” goda Puti sambil mencuil-cuil lengan Daniel.

“sekali lagi, lo pulang jalan kaki Put!”

“iya deh iya.”

“udah ah buruan balik!”

Puti hanya terkekeh dengan tingkah laku Daniel. Demi apapun, Puti gemas sekali dengan kakak tirinya tersebut. Sementara Daniel tidak mengerti dengan perasaannya. Tau deh, Daniel malas memikirkannya lagi.

 Tau deh, Daniel malas memikirkannya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
StepBrother [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang