Sekarang, Puti dan Mama Jeje sudah tiba di rumah sakit. Karena kondisi Daniel yang sedang kritis, Mama Jeje dan Puti hanya bisa memandangi Daniel dari luar pintu ICU saja. Dan saat itu juga, Mama Jeje tidak dapat menahan rasa emosinya lagi. Air matanya mengalir begitu deras melihat anak satu-satunya dalam keadaan kritis. Hati ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya kritis?
“Ya Tuhan.. Salah anakku apa?! Kenapa tidak aku saja yang kritis, Tuhan?!”
Puti hanya bisa memeluk mama tirinya untuk menenangkan perasaan Mama Jeje. Jujur, Puti juga sangat sedih melihat Daniel terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa kepada Tuhan.
Setelah dokter memeriksa keadaan Daniel, dokter pun keluar dari ruangan ICU.
“dokter, bagaimana keadaan anak saya dok?!”
“saat ini anak ibu masih mengalami kritis. Kita doakan yang terbaik saja ya Ibu. Kalau begitu, saya permisi.”
•
Sudah jam 1 pagi, namun Daniel tidak kunjung sadar juga. Mama Jeje sudah tertidur dengan pulasnya di kursi ruang tunggu. Puti, gadis yang dari tadi menemani mama tirinya tak bisa tertidur dengan pulas. Ada rasa bersalah yang terus saja menghantui Puti dari tadi.
“Tuhan... Kenapa kak Daniel belum sadar juga?” ucap Puti sambil memperhatikan Daniel dari luar jendela.
Air mata Puti jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya. Tak tega hati Puti melihat Daniel tertidur dengan banyak selang atau kabel-kabel yang menempel pada tubuhnya.
Dan saat Puti tengah memperhatikan Daniel, tiba-tiba saja Daniel bereaksi dengan menggerakkan jari-jarinya dengan perlahan. Saat itu juga, Puti segera memanggil dokter agar segera memeriksa Daniel yang nampaknya mulai ada tanda-tanda kesadaran.
Ketika dokter mulai memeriksa Daniel, Puti tak berhenti memanjatkan doa-doa untuk Daniel. Puti juga hanya bisa menatap Daniel dari luar jendela saja.
Puti ingin sekali membangunkan Mama Jeje, namun, Puti melihat Mama Jeje tertidur dengan sangat pulasnya. Tak tega juga Puti membangunkannya. Kelihatannya, Mama Jeje sangat lelah karena menunggu Daniel sadar dengan menangis sepanjang hari. Puti akan membangunkan Mama Jeje ketika Daniel benar-benar sadar seutuhnya.
Puti kembali lagi fokus melihat Daniel. Dan tak lupa, doa-doa Puti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya Tuhanlah yang bisa membuat Daniel kembali sadar sekarang.
“Tuhan.. Aku mohon, sadarkanlah Kak Dan---.”
“---HAH? KAK DANIEL?!”
Perlahan, Daniel mulai membuka kedua matanya. Pancaran sinar mulai menusuk matanya. Rasa pusing dan rasa sakit masih bisa Daniel rasakan. Namun, Daniel bersyukur masih diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan.
Ia awalnya berpikir bahwa ia sudah berada di Neraka sekarang. Tapi, bukankah di Neraka harusnya ada para iblis-iblis yang menyeramkan? Lalu, kenapa ia malah melihat bidadari cantik di depan jendela? Dan bidadari cantik itu, mirip dengan Puti.
Dan saat itu Daniel sadar. Ia bukan ada di Neraka atau di Surga sekarang. Ia masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan. Mungkin, Tuhan memberinya kesempatan hidup agar ia bisa menebus kesalahannya dengan Puti. Baik kesalahan kecil maupun kesalahan besarnya.
Daniel tersenyum manis ketika orang yang pertama kali Daniel lihat adalah Puti. Padahal, sang dokter jaraknya lebih dekat dari pada Puti. Mungkin, ini yang dinamakan dengan jodoh.
Melihat Daniel yang tersenyum manis ke arah jendela, dokter pun sadar dan dengan segera menyuruh Puti agar masuk dan bertemu dengan Daniel. Karena biasanya, cinta dapat membantu seseorang lebih cepat sembuh dari pada obat-obatan dokter.
“Daniel sudah sadar sekarang. Apa adek ingin melihat Daniel sekarang?” tanya dokter kepada Puti.
“saya boleh masuk dok?”
“tentu saja boleh. Kalau begitu, saya permisi.”
“baik dokter, terima kasih.”
Puti dengan segera mengenakan gaun luar rumah sakit yang berwarna kehijauan. Lalu, ia masuk kedalam ruangan ICU.
“Kak Daniel?”
“P-Puti?”
Puti tidak dapat menahan air matanya ketika Daniel menyebut namanya. Perasaan sedih, terharu, dan bahagia menjadi satu. Sampai-sampai, Puti tidak bisa berkata-kata lagi.
Daniel meraih tangan Puti untuk memberikan kepastian bahwa ia baik-baik saja. Tak lupa, Daniel juga tersenyum manis.
“m-maafin aku kak.. Hikss..”
Daniel menggeleng.
Bukan berarti Daniel tidak memaafkan Puti. Hanya saja, gelengan yang ia maksud adalah ia tidak ingin mendengar kata maaf keluar dari mulit Puti. Semua ini bukan kesalahan Puti, melainkan kesalahan dirinya. Jadi, buat apa Puti minta maaf kepadanya?
“a-aku yang minta maaf Put.”
Dengan suara yang masih lemah, Daniel berusaha sekuat tenaga untuk bisa kuat di hadapan Puti. Ia tidak mau terlihat lemah di mata Puti.
“Kakak?”
Rasanya aneh bagi Puti. Setiap hari Daniel menggunakan lo-gue ketika berbicara dengannya. Namun kali ini, ia menggunakan aku-kamu kepada Puti. Apa ini tanda kalau Daniel benar-benar serius dengannya?
“aku tau ini kedengarannya aneh, tapi aku memang serius sama kamu Put...”
“...tapi aku gak bisa maksain kamu supaya jadi milik aku Put. Kamu juga udah ada Woojin-Woojin itu kan?”
“sebagai laki-laki gentle, aku ikhlas lihat kamu bahagia dengannya.”
Daniel mengakhiri pembicaraannya dengan senyuman manis namun terkesan memaksa.
Puti hanya membalas dengan senyuman. Jujur, Puti masih sangat mencintai Daniel. Hanya saja, Puti juga tidak bisa egois untuk menyakiti perasaan Woojin. Baru satu hari ia berpacaran dengan Woojin, apa ia harus mengakhiri hubungan dengan Woojin? Tidak. Puti tidak mau menyakiti perasaan Woojin, walaupun Puti harus mengorbankan perasaannya sendiri.
Karena Puti tau, ketika rasa cinta tumbuh diantara hubungan pertemanan, pasti akan berakhir dengan saling menjauhi dan kemudian seperti saling tidak mengenali.
Itulah cinta. Merusak hubungan pertemanan.
Ya walaupun tidak semua akan berakhir seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
StepBrother [√]
Fanfiction•Kang Daniel Fanfiction• "Kakak mau ngapain?!" "udah lo diem aja. Ini bakalan nikmat kok." 17+ , nobaku, harsh words ©Saiamir