9 bulan kemudian.
Puti tengah menikmati sinetron siang bersama Mama Jeje di ruang tamu. Sambil memakan cemilan, Puti menimati sinetron tersebut.
Tak lama, Puti merasakan kontraksi pada perutnya. Pinggangnya pun mulai merasakan sakit seperti kram.
"Ma! Aku kontraksi!!"
Puti meringis kesakitan. Ia tak dapat menahan air matanya karena saking sakitnya yang ia rasakan.
"Air ketuban kamu pecah!!"
"Ahh!! Mama tolong!!"
Tanpa pikir panjang lagi, Mama Jeje segera menghubungi rumah sakit agar mengantarkan ambulans ke rumahnya. Tak lupa, ia juga menghubungi Daniel kalau Puti akan segera melahirkan.
* * *
Daniel hanya bisa harap-harap cemas di ruang tunggu. Mulutnya tidak berhenti memanjatkan doa-doa kepada Tuhan agar istri dan anaknya dapat terselamatkan. Seharusnya, ia berada di dalam untuk menemani sang istri. Hanya saja, ia datang terlambat karena ketika Mama Jeje menghubunginya, ia masih meeting dan tidak bisa menunda atau mengakhiri meeting-nya begitu saja. Akhirnya, Mama Jeje lah yang menemani Puti di dalam.
Setelah sekian lama menunggu dan berharap-harap cemas, akhirnya Daniel bisa bernapas lega dan sekaligus terharu ketika melihat anaknya untuk pertama kali. Dan yang membuat Daniel semakin senang adalah ketika mengetahui jenis kelamin anaknya. Ya, anaknya berjenis kelamin laki-laki.
"Bapak suaminya?" Tanya seorang suster pada Daniel.
"I-iya sus."
"Selamat ya, pak. Istri dan anak bapak selamat. Anak bapak ganteng sekali."
"I-ini anak saya, sus? Gantengnya anak papa!"
"Kalau begitu, saya permisi dulu, pak."
"B-baik sus, terima kasih."
Setelah pertemuan singkat antara Daniel dan anaknya, Daniel menghampiri Puti dan memegang tangan Puti penuh haru. Ia senang sekaligus sedih saat ini. Senang karena istri dan anaknya selamat. Sedih karena tahu betapa sakitnya perjuangan Puti untuk melahirkan seorang anak.
"Anak kita laki-laki, Put!"
Puti hanya tersenyum membalas perkataan Daniel. Melihat senyuman Puti, Daniel tak dapat menahan air matanya.
"Kamu kenapa nangis, Dan?" Tanya Mama Jeje.
"Enggak, ma. Daniel cuma terharu."
"Selamat ya, Dan. Kamu sekarang jadi seorang ayah."
Daniel hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Mas, siapa nama anak kita?" Tanya Puti.
"Kalau itu, aku udah pikirin dari lama. Gimana kalau nama anak kita Reihan Pramudya Radhika?"
"Nama yang bagus. Aku setuju."
* * *
Kehidupan mereka semakin seru ketika bertambahnya Reihan di anggota keluarga mereka. Di saat Reihan masih bayi, Puti selalu terbangun di tengah malam karena Reihan selalu terbangun untuk meminta susu. Daniel terpaksa ikut terbangun untuk menemani Puti agar ia tidak merasakan lelah sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
StepBrother [√]
Fanfiction•Kang Daniel Fanfiction• "Kakak mau ngapain?!" "udah lo diem aja. Ini bakalan nikmat kok." 17+ , nobaku, harsh words ©Saiamir