Awalnya, Puti sudah tertidur dengan lelap. Namun, semua kenikmatan tidur itu hilang ketika cahaya menusuk mata Puti, walau mata Puti dalam kondisi tertutup.
Puti membuka matanya dengan perlahan. Terlihat Daniel tengah sibuk dengan ponselnya, sampai-sampai tidak sadar kalau Puti terbangun karenanya. Ditambah lagi, Puti tidak bergerak dan tidak bersuara pada saat terbangun di tengah malam.
Kesempatan inilah Puti gunakan untuk melihat layar ponsel Daniel. Awalnya, Puti mau melihat jamnya saja, hanya saja, isi pesan yang terdapat di layar Daniel membuat Puti menjadi penasaran dan dengan tidak sopan membaca isi pesan tersebut secara diam-diam.
Memang isi pesan tersebut hanya membahas pekerjaan Daniel, namun, ada beberapa pesan yang berhasil membuat Puti terkejut setengah mati.
"Perusahaan kita tengah bermasalah Pak. Saya rasa, kita bisa saja bangkrut."
"Besok Pak Daniel harus pergi ke Bali untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan perusahaan. Kita masih punya satu kolega di Bali yang kemungkinan dapat membantu perusahaan kita kembali, Pak."
"Tiket sudah saya pesan. Bapak tidak usah khawatir."
Daniel menghembuskan napasnya dengan kasar. Bahkan, ia mengacak rambutnya secara frustasi.
Dan ini pertama kalinya Puti melihat Daniel menangis di depan matanya. Walau tidak sampai sesenggukan dan hanya meneteskan air mata, namun, Puti dapat merasakan kesedihan yang Daniel rasakan.
"pegawaiku terancam di-phk! Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?" Daniel mengucapkannya pelan, namun terdengar di telinga Puti.
"Mereka enggak bakalan di-phk kok kak." Sahut Puti tiba-tiba, membuat Daniel salah tingkah.
"P-put? K-kamu kok b-belum tidur?"
"Tiba-tiba kebangun. Kakak ada masalah ya?"
Daniel menggelengkan kepalanya. Puti sedikit tersentuh ketika Daniel masih bisa tersenyum untuknya. Padahal, Puti tahu banget kalau Daniel lagi dalam masalah besar dan merasakan stres di pikirannya.
"Kakak bohong sama aku. Dari kakak senyum menutup semua bibir kakak, itu nunjukin kalau kakak lagi nyembunyiin sesuatu."
Puti merubah posisinya dari tidur menyamping ke posisi duduk bersender di headboard kasur.
"Cerita sama aku kak. Memendam itu enggak baik, pasti sesak rasanya." Puti memegang salah satu tangan Daniel, lalu tersenyum.
Daniel menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan santai. "Perusahaan lagi ada masalah Put. Kemungkinan besar bangkrut."
"Kok kemungkinan besar bangkrut sih? Gak boleh gitu tau, anggap aja kemungkinan besarnya itu berhasil dan bangkit kembali. Enggak boleh nethink dulu."
"Maafin aku ya Put."
Puti mengerutkan dahinya. "Maaf? Buat apa?"
"Perusahaan papa kamu malah jadi anjlok di tangan aku, bukannya malah tambah bagus di tangan aku. Maaf." Daniel menundukkan kepalanya.
"Kakak lihat aku." Puti menarik dagu Daniel.
"Kehidupan itu berputar kak. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Ketika kita berada di bawah roda kehidupan, kita bisa mengerti arti bekerja keras. Dan, ketika kita berada di atas, kita dapat mengerti arti bersyukur." Sambung Puti.
"Put?"
"hmm?"
Daniel memeluk Puti secara tiba-tiba. Ia menenggelamkan kepalanya di bahu Puti. "Besok aku ke Bali. Kayaknya, dua sampai empat hari kedepan aku bakalan sibuk."
"Iya kak, aku ngerti kok. Lagi pula, besok sampai empat hari kedepan aku bakalan sibuk belajar juga, mau UNBK soalnya."
"Kamu pasti bisa, Put!"
"Kakak juga pasti bisa." Puti mencium pucuk kepala Daniel.
"Hmm bau! Kakak belum keramas ya?!" Goda Puti.
"Masa sih bau? Aku baru keramas tadi pagi. Hidung kamu tuh yang bau!"
"Ih kakak jorok ihhh... Bauuuu!"
"Sembarangan kalo ngomong! Nih rasain!!" Daniel menggelitik perut Puti.
"GELI KAKK!!"
Daniel tidak peduli dengan rasa geli yang Puti rasakan. Sampai akhirnya, kepala mereka tidak sengaja saling terpentok satu sama lain.
"Aduh!" Rintih mereka bersamaan.
Setelah merasakan kesakitan, mereka berdua saling menatap satu sama lain dan tertawa bersamaan.
"Aku mau ini." Daniel menunjuk bibir Puti.
"Kan kakak udah punya. Kenapa mau punya bibir lagi?" Ucap Puti polos.
"Maksud aku itu ini."
Cup!
Daniel mengecup singkat bibir Puti.
"Udah, ayo tidur. Atau mau di tidurin?" Daniel menaik turunkan alisnya beberapa kali.
"Dasar mesum!"
"Tapi kamu sayang kan?"
Puti tersenyum malu. Serius deh, itu pertanyaan bodoh yang pernah Daniel ucapkan sebelumnya. Jelaslah Puti sayang sama Daniel. Tanpa ditanya pun seharusnya Daniel tau.
"Aku juga sayang sama kamu!" Tanpa Puti menjawab pun, Daniel tau dengan isi hati Puti.
Puti dan Daniel kembali melanjutkan tidur mereka yang sempat terbangun, dengan posisi saling memeluk satu sama lain.
Serius ini gajelas.
Yaudah nikmati aja lah ya hehehhehe.
Bcs diriku stuck di sini :(
KAMU SEDANG MEMBACA
StepBrother [√]
Fanfiction•Kang Daniel Fanfiction• "Kakak mau ngapain?!" "udah lo diem aja. Ini bakalan nikmat kok." 17+ , nobaku, harsh words ©Saiamir