When You Believe 4

766 79 11
                                    

Mari budayakan untuk vote sebelum baca dan komen setelah baca 😀
Sorry typo berserakan 😳
Happy reading ya😊
.
.
.

Mereka tiba di salah satu Hotel bintang 5 di jakarta, tanpa menunggu lama zen meminta ishani untuk mengikutinya.
Ishani berjalan sedikit lebih lambat dari zen, itu dikarenakan ia tak nyaman dengan high heels 7 centinya itu, ini bukan pertama kalinya ishani memakainya tapi tetap saja karna tidak biasa langkah kaki ishani terlihat aneh sekarang bukannya elegan mungkin lebih mirip pinguin.

Bagus shani kau permalukan dirimu sendiri sekarang!, keluh ishani dalam hatinya saat banyak pasang mata menatapnya seolah dirinya adalah badut yg di pesan khusus untuk menghibur mereka, menyadari shani tak berada di dekatnya zen mulai khawatir, ia menarik tangan ishani tegas tapi tak juga kasar.
"Kau ini lama sekali shan"
"Anu maaf zen aku ngga biasa pake sendal setinggi ini"
"Mulai sekarang harus di biasakan kamukan ngga terlalu tinggi jadi bagus buat kamu kalo pake ini"
"Tapi.."
"Tenang aku bakal ajarin gimana tetep nyaman pake itu dari jalan biasa sampe lari kencang sekalipun"
"Serius?" Seru ishani bersemangat
"Iyalah emang kapan sih sahabat kamu ini boong"
"Uhh makasih zen"

Setelah melewati beberapa lantai dengam lift mereka sampai di salah satu lantai gedung itu, saat baru menginjakan kaki di lantai tersebut dentuman musik begitu keras terdengar dari luar.
"kayanya rame zen"
"namanya juga pesta shan pasti ramelah, udah ayo masuk" zen kembali menarik tangan ishani untuk masuk kedalam salah satu ruangan yg cukup luas tapi.. pemandangan pertama yg membuat ishani risi adalah kenapa untuk ruangan seluas ini hanya ada satu cahaya? Bentuknya bulat dan mengeluarkan cahaya warna warni, itu tak benar-benar membuat ruangan itu terang.

Dua langkah ishani semakin memasuki ruang tersebut, bau asap rokok bercampur dengan berbagai macam parfum mulai mengganggu indra penciuman ishani.

Tunggu aku rasa aku akan muntah ! Keluh ishani dalam hatinya sembari mencoba menetralkan dirinya.

Ishani terbata-bata.
"Zen.. to..toilet dimana?"
"Dari sini lurus aja terus belok kanan dikit nah disitu ada toilet, mau aku anter?"
Ishani menggeleng pelan sembari terus menahan isi dalam perutnya, ia tak ingin membuat zen kerepotan hanya karna mengantarnya ke toilet.
"Oke aku bakal pesenin minum buat kamu"

Ishani melambaikan tangannya seraya setuju dengan pendapat zen, atau mungkin tidak peduli ia hanya perlu kamar mandi saat ini sudah itu aja.

Namun sangat di sayangkan nasib tak begitu berpihak pada ishani, karna apa yg di katakan zen tak sesederhana yg di rasakan ishani, sepanjang kakinya melangkah ia terus menemui pasangan yg bercumbu dengan terang-terangan, mereka berciuman tapi seperti sedang mengobrol biasa.

Urat malu mereka putus kapan kira-kira, nyinyir ishani kesal

Uweekk.. ishani kembali menutup mulutnya semakin kuat, oh tidak sepertinya ishani malah berjalan memutari ruangan tersebut, kenapa? Karna pintu awal dirinya masuk malah terlihat sekarang,

tidak peduli aku akan tetap keluar setidaknya jika tidak salah di samping pintu masuk terdapat pohon hias aku bisa membuang isi perutku disana,
Bergegas ishani membuka pintu tersebut dan..

Brugg.. uweekkk..

Semuanya keluar tanpa sisa, ishani benar-benar merasa lega sekarang.. tapi tunggu,
"Oh God..sorry"
Ishani terkejut salah tapi amat terkejut saat ia sadar jika mutahannya tak jatuh tapi menempel pada jas.

Ishani menatap noda tersebut, dan perlahan menuju pada wajah pria dengan tubuh tegap di hadapannya,sorot matanya tajam bagai elang rahangnya kuat dan lancip, ia terlihat tampan dengan wajah masamnya itu..

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang