When You Believe 26

920 89 16
                                    

Dreett... drett..

Ponsel di atas nakas kamar ishani terus saja berdering dan bergetar. Sementara si pemiliknya masih tertidur.

Dengan mata yg masih sepet perih ishani menaruh ponselnya di telinga.

"Hei putri tidur"

Ishani membuka matanya sempurna ketika suara seseorang di sebrang sana membuatnya mengulum senyum. Siapa lagi pelakunya jika bukan ranveer.

"Aku bukan putri tidur veer"

"Tapi kamu selalu tidur dan sulit bangun sepertinya"

"Itu karna aku baru tidur veer, lagi pula lihatlah ini masih tengah malam untuk apa kamu menelfonku heh"

"Kenapa? Apa aku tidak boleh menelfon tuan putriku sendiri?"

"Hm kamu sering membual akhir-akhir ini"

"Haha aku serius kamu seorang tuan putri shan"

"Jika aku tuan putri kenapa seseorang mengganggu tidurku"

"Hehe itu karna.."

"Karna apa?"

"Karna aku merindukanmu"

Ishani menggigit bibir bawahnya, mencoba mengambil pasokan oksigen sebanyak mungkin mengumpulkan segenap energi untuknya tetap berpijak, tidak.. tidak boleh melayang sekarang.

"Shan.. kamu masih disana?"

"Ah ya aku disini"

"Dimana?"

"Disini dimana?"

"Di kamarkulah aku kan baru bangun veer"

"Oh aku fikir di samping kiriku, aku seperti melihatmu disini, duduk cantik sedang tersenyum pula"

Posisi itu sama persis di lakukan ishani, ishani memang sudah duduk tengan di tepian ranjang dan tersenyum karna ranveer terus mengucapkan hak-hal manis. Hanya saja dia sendiri, tapi hal konyol yg ia lakukan adalah menolrh samping kanan untuk sekedar menurutu imajinasi ranveer.
Mereka tersenyum lagi seolah mereka berada di satu imajinasi yg sama.

****

Ishani berjalan menuruni anak tangga dengan wajah berseri-seri meski semalam ranveer mengganggunya jam 3 pagi tak membuat senyum ity memudar.
Ritika yg baru saja menarik kursi ruang makan menaikan satu alisnya heran.
"Ada apa ini mah, sepertinya anak bungsu mama sakit"
"Masa sih?" Ucap anggun penasaran, anggun yg sibuk di dengan masakan berjalan mendekati ruang makan dimana ritika dan ishani sudah duduk di kursinya masing-masing.

"Oh itu, mama tau adik kamu sakit tika dia sakit kasmaran, biarkan saja kamu juga pernah gitu ko"
"Hehe tuh dengerin"
"Diem kamu"
"Ngga mau, cari pacar sana biar ngga sirikin aku terus"
"Heh.. denger ya hubungan kamu ini ngga akan bertahan 6 bulan liat aja"
"Kaka ngajakin shani taruhan nih"
"Siapa takut, karna pasti gue yg menang"
"Tika.." geram anggun menoyor kepala tika, anggun tidak suka jika bahasa lo gue lo gue terdengar di telinganya.
"Iya mah maaf kelepasan"
"Oke kalo shani dan ranveer bisa bertahan lebih dari 6 bulan kaka harus tinggal dirumah ngga boleh ngekos-ngekos lagi"
"Heh buktiin aja dulu ngga usah barani ngancem kalo hasilnya nihil, sakit woy" ucap ritika langsung pergi meninggalkan ruang makan.
"Liat aja ka aku bakal buktiin ke kakak kalo ranveer ngga seburuk yg kaka kira, iya kan mama tau ranveer gimana kan?"
"Iya sayang udah cepet sarapan gih, kaka kamu cuma lagi kesel ko dia ngga ada maksud buat ngomong gitu sama kamu"
"Ngga mah, ka tika emang dari awal nentang hubungan aku sama ranveer mah"
"Ya udah kamu yakinin aja kaka kamu kalo emang kamu bener, tapi jangan sampe ribut kaya tadi ya"
"Iya mah, maafin shani ya"

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang