When You Believe 20

843 86 14
                                    

"Haha kamu liat tadi muka dia gimana? Kamu emang yg terbaik shan" seru ranveer yg masih stabil dengan tawanya.
"Iya sih tapi apa menurutmu itu ngga keterlaluan ya? Muka dia sampe merah banget tadi"
"Hmm kamu benar mungkin aku harus minta maaf sekarang"
"Heh.. sinting kamu baru aja bikin dia cemburu veer heran kenapa makin sini urat malumu makin longgar ya"
"Didikanmu shan haha"
"Hah? Didikan ndasmu"
Ranveer tersenyum jahil menatap ishani yg masih kesal karna ulah ranveer beberapa waktu lalu.

Sudah tiga bulan ishani berkerja dan menggulangi sebagai kekasih gadungam ranveer, ishani setuju dengan syarat memberinya bonus untuk mengganti kerugian ranveer saol jas di masa lampau, dan selama tiga bulan ini mereka semakin dekat dan akrab tujuan tentu agar kemistri mereka tak di ragukan.

Dan ulah ranveer yg belum lama terjadi adalah saat ranveer di minta sang ibu untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kejutan ulang tahun oliv sang adik.
Dan disinilah mereka di sebuah pusat perbelanjaan.
Ranveer sengaja membawa ishani untuk berjaga-jaga dari halangan yg mungkin meninpa ranveer, benar saja saat ishani meninggalkannnya untuk memilih kado boneka, seorang gadis dengan perawakan bak boneka barbie menghampiri ranveer.

"Hai veer kau disini?" Ucap vanesa dengan wajah berbinar
"Ya.." jawab siangkat ranveer
Ranveer sidikit mengingat jika vanesa adalah salah satu makhluk yg mengganggu, dulu orang tua ranveer berniat menjodohkannya dengan vanesa yg kebetulan orang tuanya adalah teman baik sang ayah.
"Kau sendiri?"
Ranveer belum menjawab ia sibuk dengan ponsel yg masih berada di tangannya.
"Aku anggap ya.. bagaimana jika kita makan siang bersama?"
"Aku tidak lapar"
"Hmm kalau temani aku bagaimana?"
"Tidak bisa"
"Ayolah.. sebentar saja"
Vanesa menarik tangan ranveer menuju pintu keluar toko boneka tersebut, belum sempat melangkahkan kaki.
"Veer" seseorang memanggil ranveer dengan lembut ranveer mengulum senyum lega. Ranveer berbalik bersama dangan vanesa yg juga ingib melihat siapa yg menghentikannya.

Ishani tersenyum ramah melihat ranveer dan juga vanesa. Ranveer menyingkirkan tangan vanesa di lengannya dengan lembut.
"Ah baby bagaimna sudah ketemu boneka yg kamu inginkan?" Ranveer berdiri diaamping ishani mengulurkan tangannya merangkul pinggul ishani dengan mesra.
"Belum.. aku mendadak lupa ketika melihat boneka yg lain"
"Heh apa ada boneka lain yg membuatmu tertarik sayang?"
"Hehe entahlah aku sedang bimbang mungkin"
"Kenapa? Ambil saja yg kau mau aku sanggup memebelikannya untukmu baby"
"Kamu yakin?"
"Yes of course for you.. why not?"
"Oh manisnya pacarku" ishani tersenyum gemas sembari mencubit pipi ranveer, vanesa yg merasa si lupakan pun gemas sendiri tapi bukan gemas seperti yg di alami ishani melainkan gemas kesal, bahkan tangan vanesa mengempal kuat saking kesalnya.

Vanesa beranjak meninggalkan ranveer dan ishani dengan muka memanas.  Setalah vanesa pergi ishani baru bisa bernafas lega.
"Hehe"
"Apa ketawa?"
"Kerja bagus"
"heh nyakitin orang ko keeja bagus"
"Lebih baik begitukan dari pada aku harus memberinya perhatian palsu"
"Setidaknya kau bisa menolak saat dia mulai menggandengmu bukan mengirimkan pesan padaku"
"Bagaimana bisa aku bukan pria jahat shan.. kau taukan kadar kegantenganku akan hilang jika berbuat kasar pada wanita"
"Halah sok banget"

Kembali pada realita.
"shan"
"Hm" ishani masih menatap lurus jalan dam langkah kakinya
"Kenapa wajahmu memerah seperti vanesa tadi?"
"Vanesa?"
"Itu gadis yg baru saja kau sakiti hehe"
"Sial kau menyalahkanku"
"Haha tidak oh ya ampun kau sensi sekali shan kau sedang PMS?"
"apa urusanmu"
"Heh juteknya, kau belum menjawab pertanyaanku?"
"Yg mana?"
"Pura-pura? kenapa wajahmu memerah saat aku merangkulmu?"
"Heh kapan? Aku tidak begitu"
"Hm aneh.. vanesa memerah karna kesal.. apa kau juga
kesal?"
"Pertanyaa macam apa sih lagian kenapa aku harus kesal toh bukan aku yg panas"
"Benae juga? Hmm tunggu apa itu artinya kau menyukaiku?"
Bagai petir disiang hari yg cerah ishani meneguk ludah dengan susah payah wajahnya datar sedatar papan triplek tubuhnya kaku bagai es dalam lemari es.

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang