When You Believe 39

1.2K 87 13
                                    

WARNING 18+ !!
Di mohon bijak dalam membaca, dan mohon maaf juga ini tidak terlalu vulgar alasannya
(terlalu beresiko😂), namun tetap mengandung muatan dewasa, jadi bagi yg tidak nyaman sebaikanya tidak membaca part ini. 😊

.
.
.
.

Ishani baru saja selesai membersihkan diri, tepat tengah malam ia terpaksa mandi karna tubuhnya terasa lengket meski tidak banyak berkeringat saat acara pesta dansa tadi.

Ishani kini berada di sebuah kamar yg dua kali lipat lebih besar dari kamar saat ia tempati pagi hari, ibu juga ibu mertuanya meminta ia berpindah di kamar itu karna kamar sebelumnya akan di tempati ritika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ishani kini berada di sebuah kamar yg dua kali lipat lebih besar dari kamar saat ia tempati pagi hari, ibu juga ibu mertuanya meminta ia berpindah di kamar itu karna kamar sebelumnya akan di tempati ritika.

Ishani bisa apa jika kedua mamanya mengatakan hal yg sama, kamar itu di dominasi warna putih, entah perasaan ishani saja atau memang mansion ini memang sangat kental dengan warna putih yg sangat melambangkan kemewahan.

Ishani cukup nyaman di kamar yg berlebihan itu, di dalam sini ia bisa menemukan dapur kecil juga ruang tv walk in closet, seperti desain apartemen saja sangat lengkap untuk ukuran kamar utama.

Ishani mengeringkan rambutnya dengan handuk mengibaskan tiap helaian ke kanan dan kiri.

"Veer" terial ishani terkejut saat mendapati ranveer yg sudah berbaring dengan santainya di atas kasur.
"Hai honey sudah selesai?" Tanyanya santai.

Ishani melotot menutupi bagian lain tubuhnya yg terbuka dengan handuk yg ia gunakam untuk mengeringkan rambut tadi.
Ia sekarang paham kenapa dua mamanya itu memintanya pindah kamar. Tertipu sudah dirinya

Tapi bagaimana bisa ranveer masuk.
"Ka-kamu ngapain disini, kenapa bisa masuk, perasaan a-aku sudah mengunci pintunya tadi" ucap ishani terbata-bata.

Ranveer bangkit dari ranjang tersenyum penuh arti berjalan membawa sebuah kunci yg hampir mirip dengan kunci kamar miliknya. Ranveer terus mendekati ishani yg masih berdiri kikuk.

"Veer jangan bercanda deh" ucap ishani berjalan mundur.
Ranveer terus mengikuti hingga ishani merasa tubuhnya sudah terpojok oleh dinding.

Ranveer semakin dekat dan mendekat hingga jarak keduanya hanya satu jengkal saja. Ishani mengeratkan pegangnnya pada simpul handuk, ia hanya berharap disaat seperti ini handuknya tidak jatuh. Itu saja.

Ranveer melebarkan senyumnya senang, karna ishani begitu memaksakan matanya terejam.
"Kenapa tutup mata begitu"
"Ngga papa pengen aja" jawab ishani singkat padat tanpa berniat membuka matanya sedikitpun.

"Kenapa tubuhmu bergetar begitu" tanya ranveer lagi
Ishani tidak menjawab ia mulai megigiti bibir bawahnya cemas.

"Dia sangat menggemaskan" batin ranveer senang. Ranveer membelai pundak hingga lengan ishani lembut. Ishani meringis saat rasa geli menjalar di tubuhnya.

Bagai segangatan listrik ishani langsung menbuka matanya saat bibir ranveer melumati bibirnya lembut.

Ciuman itu berlangsung lambat, ranveer menikmati bibir ishani yg menurutnya sangat manis bercampur dengan pasta gigi mint karna ishani baru saja mandi.

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang