When You Believe 32

787 88 7
                                    

Di pagi hari matahari menyinari bumi memberikan warna keceriaan.
Ishani bangun dari tidurnya menuju westafel kamar mandi.

"Bengkak" keluh ishani mengelus matanya yg besar karna terlalu lama menangis.
"Shan bangun sayang"
"Iya mah udah bangun"
"Oh syukurlah cepat mandinya nanti kamu kesiangan loh"

Ishani terdiam sesaat.
"Kesiangan? Uhh siapa juga yg sudi kerja sama orang itu"

Ishani membasuh wajahnya menyirami matanya dengan air.
"Mah aku ngga berangkat mulai hari ini"
"Eh kenapa?"
"Males"

Anggun hanya menghembuskan nafas pasrah, ishani sudah menangis sejak malam. ia tak tega jika harus memaksa anaknya.

Sementara itu ranveer sudah menunggu ishani di luar rumah.
"Kali ini harus ketemu"
Namun lama ia menunggu ishani tidak juga muncul sedangkan ponselnya terus berdering.

"Ya van ada apa? Apa tidak bisa di undur? Oke aku akan kesana segera"
Sebelum pergi ranveer lebih dulu melirik jendela kamar ishani yg berada di lantai dua, ia hanya bisa tersenyum pedih.

Ishani merasakan deyutan hebat di hatinya sebuah senyum yg di lihatnya barusan seperti memporak-porandakan bentengnya.
"Harus kuat shan harus kuat dia ngga lebih baik dari orang jahat ya harus kuat hiks.." kembali air matanya mengalir begitu saja.

Awan bergulung-gulung berpadu dengan birunya langit sangat indah sepanjang mata memandang, mentari pagi tak pernah bosan menyambut esok yg lebih baik. Angin berhembus perlahan menyentuh setiap jengkal kulit.
tapi kenapa hatinya tak dapat merasakan itu sepenuhnya,
Hanya ada kesunyian.

Hening.

Ishani menerawang jauh di atas langit bayangan kebersamaannya bersama ranveer hinggap begitu saja.
Takan ada lagi tawa yg sama kekonyolan yg sama dan semua hal manis yg pernah ia rasakan bersama ranveer.

Inikah rasanya sulit melupakan?
Inikah pedih yg harus di jalani saat terus mengingat kenangan?
Sebuah kenangan ini, apakah harus di lupakan?

I

shani mengusap air mata yg kian deras. biarlah mengalir biarlah kenangan itu mengalir layaknya air.

Ishani duduk di sebuah halte ia tengah menunggu seseorang.
"Kenapa kesini?"
"Kaka punya uang? Boleh shani pinjam?"
"Buat apa?"
"Cuma 8juta ka"
"Uang sebanyak itu buat apa shan"
"Hmm sebenernya shani punya hutang ka"
"Hutang?"
"Ceritanya panjang tapi aku bakal cerita semuanya secara singkat jadi awalnya adalah saat.."

Ishani mulai menceritakan kejadian awal saat bertemu ranveer saat jas pria itu terkena noda.

"Kamu serius?"
"Serius ka.. aku kecewa sama dia ka aku ngga mau kalo harus ketemu dia lagi"
"Tapi.."
"Ka tika ngertikan posisi aku?"
"Huh awalnya emang aku ngga setuju shan kamu sama ranveer tapi ya sudahlah tunggu di sini kaka akan ambil tabungan kaka dulu"
"Iya makasih ka"

Ritika kembali masuk kedalam kantor tempat wanita itu bekerja.

Ini adalah keputusan terakhir ishani, jika di hitung dirinya bekerja pada ranveer maka harusnya 8juta itu cukup untuk melunasi sisa hutangnya. Ya memang semua terasa begitu cepat berlalu.

Semua terjadi seperti baru kemarin di alami oleh ishani.
Ratika kembali dengan mambawa amplop berisikan sejumlah uang.

"Ini.. kamu selesaiin maslah kamu, shan apa pun keputusan kamu kaka selalu di pihak kamu, tapi kaka boleh kan ngasih kamu saran kalo sayang jangan buat dirimu tersiksa dengan mengatakan tidak itu lebih menyakitkan saat berusa melupakan"
"Aku sudah yakin ka, tapi terimakasih atas nasehatnya shani sayang sama kaka"
"Kaka juga, udah sana pergi kaka harus kerja lagi"
"Iya shani duluan ya ka"

When You BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang